Mesir Kuno/Sejarah/Kerajaan Baru
Dengan reunifikasi MesirAhmose (Kamose meninggal sebelum Mesir benar-benar bersatu) dan diusirnya bangsa Hyksos, Mesir memulai periode baru yang makmur di bawah dinasti ke-18. Pada masa ini banyak terjadi perdagangan dengan Asia Barat, dan pasukan Mesir bahkan menaklukan sebagian besar Israel dan Suriah, meskipun mereka terus-menerus berperang dengan Het dan Asyyria demi kendali atas daerah tersebut. Kuil-kuil besar dibangun di seluruh Mesir. Para ratu Mesir memiliki kekuasaan yang besar pada masa ini, dan pada 1490 SM salah satu ratu yang bernama Hatshepsut menjadi Firaun. Pemerintahan Hatshepsut berlangsung lama dan damai. Ia membuat banyak kesepakatan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan Afrika, yang membuat Mesir semakin kaya.
Pada tahun 1363 SM ada seorang Firaun terkenal bernama Akhenaten, yang mendirikan ibukota baru di Amarna da tampaknya menyembah satu dewa matahari baru, serta mengembangkan gaya seni baru. Istrinya bernama Nefertiti. Akhenaten tak memiliki putra, dan penerusnya adalah menantunya Tutankhamon. Akan tetapi pada 1333 SM para Firaun kembali ke agama lama.
Pada 1303 SM sebuah dinasti baru dari utara merebut kekuasaan, yaitu dinasti Mesir ke-19. Raja pertamanya, Firaun Ramesses, memindahkan ibukota kembali ke Memphis di utara. Pada masa pemerintahan dinasti ini, pendeta menjadi amat berkuasa. Peperangan dengan bangsa Het di Asia Barat terus berlanjut, namun perdagangan juga banyak terjadi. Ini adalah masa yang dalam Kitab Injil dan Al Qur'an disebutkan bahwa bangsa Yahudi (Bani Israil) diperbudak di Mesir.
Dinasti Firaun ke-20, sekitar 1200 SM, meneruskan kebijakan yang sama, dan semua Firaunnya disebut Ramesses. Banyak terjadi serangan terhadap Mesir, yang pertama dari Libya di arah barat dan kemudian dari Asia Barat, oleh suatu kelompok yang oleh bangsa Mesir disebut Bangsa Laut. Kekaisaran Het dimusnahkan, meskipun sekitar 1100 SM bangsa Mesir memerangi Bangsa Laut dalam suatu pertempuran laut yang besar. Akan tetapi permasalahan di Asia Barat tampaknya menyebabkan keruntuhan ekonomi besar-besaran di seluruh Mediterania Timur dan Asia Barat dan tidak lama setelahnya Kerajaan Baru runtuh.