Mesir Kuno/Sosial/Universitas
Pada masa firaun Mesir, tidak ada universitas di Mesir, dan murid tingkat lanjut bekerja bersama juru tulis profesional, belajar sebgagai murid magang.
Setelah Aleksander menaklukan Mesir, pada periode Hellenistik (Sekitar 300 SM), para penguasa Yunani di Mesir membangun universitas pertama di Mesir, sekaligus pertama di dunia. Pada awalnya, hanya orang-orang tertentu yang belajar di sana, namun berdirinya universitas itu merupakan suatu kemajuan besar dalam perkembangan pendidikan di duna kuno.
Untuk menyediakan buku bagi universitas Aleksandria, berdasarkan suatu cerita, penguasa Yunani, Ptolemaios, memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa tiap kapal yang datang ke Aleksandria, dan jika ditemukan buku, maka buku tersebut harus disalin, dan salinannya kemudian dikirim ke universitas. Para cendekiawan datang dari Italia, Yunani, Asia Barat, Afrika Utara, dan Afrika Timur untuk membaca buku-buku di perpustakaan universitas Aleksandria.
Universitas agung Aleksandria memiliki setidaknya tiga belas ruang kuliah, dan dapat menampung hingga 5000 pelajar sekaligus. Semua ruang kelas memiliki barisan bangku pada tiga sisi ruangan, dan semakin meninggi ke arah belakang. Di bagian tengah ruangan terdapat kursi yang tinggi bagi guru. Ruang kelas ini terletak di dekat teater dan lapangan terbuka, yang kemungkinan juga merupakan bagian dari universitas. Teater barangkali digunakan untuk kelas yang lebih besar.
Salah satu cendekiwan yang bekerja di Universitas Aleksandria pada masa kekuasaan Yunani di Mesir adalah Euklides. Ia menulis buku mengenai geometri. Selain itu ada pula Arkhimides, yang menemukan bahwa bumi mengelilingi matahari, dan Eratosthenes, yang berhasil menghitung diameter bumi.
Setelah Romawi merebut Mesir dari kekuasaan ratu Yunani, Kelopatra, pada 30 SM, Universitas Aleksandria tetap dijalankan. Geografer Ptolemaios bekerja di sana dan membuat peta dunia. Pada tahun 400-an M, Universitas Aleksandria masih dibuka. Matematikawan Hypatia adalah salah satu yang pernah bekerja di sana. Ia mnegembangkan rumus yang menggambarkan mengenai persinggungan kerucut dengan bidang.
Tidak diketahui secara pasti apa yang terjadi selajutnya pada Universitas Aleksandria. Kemungkinan, tempat ini menjai semakin kurang penting dan tidak terurus pada periode Romawi, apalagi setelah sekitar 400 M banyak orang yang memeluk Kristen dan tak lagi tertarik kepada buku-buku Yunani dan Romawi. Yang pasti, pada akhirnya perpustakaan Aleksandria hangus terbakar dalam satu, atau beberapa, kebakaran
Ketika Umayyah menaklukan Mesir pada 642 M, mereka dengan cepat mendirikan universitas baru di kota baru Kairo, dekat Aleksandria. Para cendekiawan Muslim seperti Ibnu al-Haytsam al Basri melanjutkan karya-karya Yunanidan Romawi mengenai astronomi di sana dengan meneliti refleksi cahaya. Cendekiawan Yahudi seperti Maimonides juga pernah bekerja di Kairo.