Miniatur yang penuh dengan rencana
premis
suntinganak lelaki yang idiot dan kesepian. Kini harus menerima tantangan untuk masuk ke dalam dunia lain.
Di tengah malam liburnya musim panas yang bertepatan di kota Italia. Kini bulan masih menerangi kehidupan di salah satu kota kecil mereka. Terlihat dari terang nya bulan terdapat satu anak lelaki dengan gaya rambut brokolinya yang sedang berayun ayun di bawah rindang nya pohon. Anak lelaki ini sedikit aneh tidak hanya sekali ia ditemukan sedang berbicara sendiri bahkan Ketika dia lari dia bisa sangat cepat seperti superhero yang terdapat pada fim animasi. Tidak sedikit orang yang bertanggapan bahwa ia idiot dan tak pantas untuk sekolah, tapi dia tidak pernah tau apa yang mereka maksut. Ayah selalu bilang kepadaku
"ayah menyuruhku untuk tidak melihat kebelakang dan jika kamu maju terus dan melihat ular lalu kamu terjatuh dan dan gagal maka itu bagian kecil dari usaha dan jika kamu mendapatkan tangga jangan puas dulu masih ada rintangan yang lebih di depan."
Aku menggangap dunia kecil ku adalah ular tangga Ketika aku melemparkan dadu kita tidak punya pilihan selain takdir yang menentukan. Ayah sering berbicara seperti itu kata kata nya sangat indah tapi dia meninggalkan ku bahkan satu bait kata kini tidak ada yang menggambarkan dirinya. Mama sendiri sudah tiada semua itu karena salahku andaikan mama pada saat itu tidak pergi untuk membelikkan kue ulang tahun ku mungkin semua itu tidak terjadi. Meski begitu aku tetap hidup tenang. Pada malam itu juga ada Sesuatu yang terasa menarik bagian belakang bajuku, Ketika aku berbalik kebelakang aku tidak melihat siapapun sekalipun itu hewan. Aku selalu berharap mama Kembali menemuiku dan mengelus ku sambil membacakan ku dongeng. Aku sangat merindukan mama liburan panas kali ini terasa lebih berat, mungkin aku tidak cerdas tapi sekarang aku sudah mengerti apa arti dari kasih sayang aku sudah beranjak dewasa dan mulai paham apa yang dilakukan seisi bumi ini. Aku mulai berlari ke dalam rumah bukan karena aku merasa ketakutan tetapi bayangan mata ku sudah seperti orang mabuk yang sudah menghabiskan begitu banyak botol alcohol.
Pagi ini matahari terlihat sanga cerah seketika sekitar kamarku mulai bewarna sedikit kekuningan. Aku mulai segera bangun dan melepaskan selimut ku yang kini sudah tidak melekat pada tubuhku lagi dan mulai membuka jendela dengan tirai yang sudah tidak dipungkiri warna apa lagi itu, Italia sangat indah dengan musim panasnya. Aku mulai mencari buku pada rak yang sudah hampir roboh itu. Seperti biasa aku suka menghabiskan waktu pagi ku dengan membaca buku walau mungkin aku tidak memahami apapun dari buku itu tanpa terkecuali. Aku mendapatkan satu judul dengan cover yang begitu menarik dari hasil rabaan ku. Buku ini tentang ilmu sains dengan tampang yang sangat bewarna, aku sempat mencampakkannya ke tempat tidur dengan tidak peduli. Mengambil kaset lalu meletakkan nya di piringan alunan lagu mulai mengiringi di seluruh area kamarku. Ketika aku menari aku tidak sengaja Kembali bertatapan pada buku itu. Karena aku penasaran aku mulai membuka buku yang sedikit sudah di tutupi debu.
Buku ini di awali dengan judul pertama yaitu air berjalan. Judul yang menarik, anak laki laki yang diperkirakan mempunyai iq rata rata kebawah kini berkutik untuk memuji satu dari 100 buku yang dia punyai itu sangat langka. Aku mulai membongkari seluru isi rumah untuk mencari bahan dan peralatan lainnya untuk mengetahui apakah betul air bisa berjalan secara ilmiah. Aku sudah siap dan meletakkan semua bahan yang dibutuhkan tertata rapi di depan ku, kemudian aku mulai menyusun cup botol yang di isi oleh pewarna lalu aku Kembali membaca paduan nya dan menghubungkan cup botol dengan tisu. Mata ku seketika melotot dan mimik wajah ku menjadi kaget ternyata aku bisa melakukanya sendiri hanya dari buku. Belum sampai situ saja ada beberapa tahap lagi di dalam buku aku hubungkan tisu dari cup satu ke cup lainnya,
“lihat warnanya itu berubah dan saling berhubungan aku bisa aku berhasil.” Batinku mengatakannya
Alunan musik itu lama kelamaan mulai mengusik telingaku Kembali, untuk nyata aku adalah anak yang begitu ceroboh. Aku tidak sengaja menjatuhkan semua eksperimenku ke lantai putih yang kini sudah bercampur menjadi enam warna. Ketika aku ingin membersihkannya aku meletakkan kain lap lalu mengusapkan nya ke lantai yang sudah bercampur pada air yang bewarna biru.
Seketika keajaiban datang aku tidak tau ini mimpi atau bukan mataku hanya melihat bingkai dengan lukisan laut yang di penuhi dengan banyak kapal dan di temani oleh buku sains yang tadi. Bingkai itu mempunyai lukisan yang indah ini mataku yang salah atau memang betulan air laut itu mulai menari dan gelombang arus nya mulai kuat, apa yang sedang terjadi aku sangat bingung. Air laut itu mulai membuyar seluruh kamarku mataku buram aku tidak bisa melihat apa apa biru nya laut menutupi mataku. Aku mulai meraba dan merasa buku sains yang tadi ada pada hadapan ku mungkin sudah lenyap tidak tau kemana, aku tidak sama sekali memperdulikan itu aku hanya ngebatin dimana akhir dari laut ini. Arus yang sangat kuat mungkin bisa membawa ku ke dunia lain. Badan ku yang terombang ambing kakiku yang sama sekali tidak bisa menyentuh dataran pada laut. Tiba tiba ada sesuatu yang menjerat kaki ku di bawah mungkin saja itu jarring dari kapal atau perahu nelayan batin ku mengatakan nya. Ternyata dugaan ku salah aku di buat naik oleh jaring yang di miliki oleh kakek tua yang cacat. Aku melihatnya lagi buku tadi buku itu buku sains yang aku temukan di rak tadi kok bisa ada bersama dia. Kakek itu diam saja dan termenung aku mengedipkan mata ku sejenak yang sudah perih karena terkena banyak nya air asin. Ketika aku membuka mataku aku sudah tidak melihat lagi kakek yang mempunyai cacat di bagaian kakinya. Aku hanya melihat buku sains yang ditutupi pasir di pesisir laut itu. Aku Kembali membuka dan membca buku itu aku melihat perbedaan, bab eksperimen yang ku buat tadi tidak ada lagi hanya bekas robekan kertas di pinggir yang tersisa. Aku mulai membuka halaman selanjutnya kertas itu berisikan tulisan yang mengatakan bahwa aku di kutuk oleh sihir nya buku itu. Aku sangat bingung di halaman selanjutnya mereka menuliskan bahwa
“Baca, renungkan dan lakukan.” buku yang betul betul sangat aneh.
Di paragraph selanjutnya ada beberapa tahap untuk mendapat peta untuk Kembali ke dunia semula. Aku mulai menuruti apa yang buku itu katakan. Aku mencari potion yang berisikan dari darah sang ratu yang ada pada dunia ini, apa aku harus menyalam hanya untuk mencari satu botol potion itu. Aku mulai menyelam Kembali kedalam air yang berasa asin itu banyak terumbu karang yang masih terawat aku terus mencari nya aku menemukan karang mutiara tanpa berpikir Panjang aku langsung membukanya dan betul saja didalam itu terdapat potion darah dari ratu itu. Aku Kembali dan membawa itu darat sesampainya aku di hadapan buku itu betapa kagetnya Ketika mendengar suara terompet di hembuskan, suara itu sangat kuat hingga menggelegar seluruh bagian telingaku. Setelah terompet itu di bunyikan seketika pedang yang di lapisi emas kini muncul di hadapan ku. Aku buru buru untuk membaca buku itu kembali. Tahap kedua yang menuliskan bahwa kini aku harus melawan ular hijau lalu cabutlah sisiknya aku tau apa sekarang guna pedang itu. Aku masih menunggu ular hijau di hadapanku dengan wajahku yang bengong sepertinya aku emang mempunyai iq dibawah rata rata. Karena aku sudah menghabiskan banyak waktu dengan termenung aku berinisiatif untuk mencarinya dan masuk kedalam hutan yang gelap. Aku mulai berjalan selangkah demi selangkah dan aku meyakinkan diriku kesekian kalinya bahwa aku pasti bisa. Hutan yang di penuhi rawa, bunga bahkan pohon yang rindang dan sangat begitu lebat. Tidak hanya tumbuhan yang terdapat pada hutan itu tidak sesekali aku mendengar ngauman hewan buas tebak sendiri saja itu apa. Aku mulai merogoh kantongku untuk mengambil peta yang ada pada buku tadi. Aku melihat kompas bahwa daerah yang aku tuju itu kearah selatan menggandeng pedang dengan tangan di sebelahnya yang memegang peta aku terus berjalan hingga aku menemui goa tersebut goa itu Bernama goa lomus. Aku meninggalkan peta dan kompas di depan goa dan aku hanya membawa pedang ke dalam goa. Hanya berjalan sedikit buku sains yang ada di pesisir laut tadi menampakkan diri di depan mataku tangan ku yang ingin meraih nya walau aku bodoh setidaknya sudah lebih dari sepuluh buku yang aku baca, aku sama sekali tidak terkecoh oleh jebakan yang dibuat oleh ratu itu. Ketika aku berjalan aku mendengar seperti ada sesuatu yang mengoceh dibagian bawah kali ini aku kaget ular itu perlahan mulai mendatangi ku dengan lidah nya yang keluar masuk, aku mulai membuka bungkusan pedang itu tanpa banyak mengulur waktu aku segera menusukkan pedang itu di kepalanya ular itu belum juga mati aku langsung mencabut Kembali pedang itu dari kepalanya dan menusukkan nya secara perlahan ke lidahnya, itu berhasil. Aku langsung mengoyakkan satu sisik nya dan membawa lari dengan secepat mungkin. Aku Kembali menuju ke tempat awal aku dibuang di kota dengan seribu keajaiban ini. Berlari terus hingga ada sesuatu yang menemuiku bisa dibilang ini seperti manusia seperti biasa tapi hidung dia berbeda hidung nya Panjang seperti pinochio. Dia menghampiri ku lalu berkata
“Kamu masih ada misi terakhir misi yang betul betul di kerjakan dengan teliti jika kamu salah pengerjaan maka kamu akan di bawa kehadapan ratu.” Pinochio memberi tau sambil memakan apel hiajau yang ia gandeng bareng keranjang.
Tanpa membalas percakapan tadi aku langsung buru buru menghampiri laut itu suara nafas ku terengah engah mungkin seluruh isi hutan bisa mendengar nafas ku jantung ku yang mulai berdegup dengan cepat kaki ku yang lari dengan sangan begitu cepat. Akhirnya aku sampai di pesisir laut itu aku menghampiri buku itu dan membacanya dengan teliti jangan ada sampai satu halaman yang tertinggal tanpa terkecuali. Membaca halaman demi halaman kini bulan Kembali meneranginya. Di halaman ini iya halaman 233 walau angkanya tidak sebegitu jelas tapi itu cukup mudah untuk dibaca, halaman itu menuliskan peta yang dimana tongkat sang ratu punya ada di situ. Tanpa berpikir Panjang aku langsung Kembali masuk kedalam hutan tapi dengan arah yang berbeda kini aku mengikuti arah utara. Aku berjalan dengan cepat tapi dengan sedikit santai karena jika aku berlari aku bisa membangunkan seluruh makhluk yang ada di hutan. Selama aku berjalan begitu banyak suara yang mengusik telingaku entah itu suara hewan buas ataupun pemburu yang ada di kota ini. Langkah demi Langkah detik demi detik tanganku yang masih memegang buku itu kini aku menjatuhkannya aku Kembali mengibaskan kertas halamannya dan aku langsung tertuju pada halaman 233, betul aku sudah sampai di tempat yang aku tuju. Aku langsung mencari di keliling sekitar bola mata ku mulai melirik dimana tongkat itu berada sekarang. Aku menemukan satu tempan yang ciri ciri nya sama percis seperti di buku kemudian aku mendekati area itu dan badanku terhempas ke tanah. Aku Kembali melihat ke dalam buku ada apa yang salah ternyata area itu di bumbui oleh mantra. Membaca buku itu lagi dan aku mendapatkan mantra itu, bunyinya seperti tidak asing pernah kedengaran di telingaku itu seperti suara singa yang pernah aku dengar instrument nya. Aku langsung mengucapkan mantra di depan area itu dan aku mulai mendekatinya, mantra itu berhasil. Kaki ku yang mulai mencarinya dengan cepat dan mataku yang tiba tiba terdiam melihat sinar yang mengkelip di ujung sana. Aku langsung menghampirinya, betul itu tongkat yang ku maksud. Sesuai yang ada pada buku jika kamu sudah mendapatkannya semua letakkan lah di batu tua di depan dimana kamu mendapatkan tongkat itu. Aku langsung melakukan yang buku itu minta, aku letakkan sisik ular hijau itu dan tongkat yang berjajar lalu aku menuangkan potion yang aku temukan di laut tadi. Ada sesuatu yang tejadi pada badanku dengan sangat cepat aku di bawa entah kemana. Aku terdiam dan aku mendengar ada alunan music dengan instrument yang sama persis seperti lagu green day. Aku melihat kebawah kaki ku ada air yang becek dibawah sana, aku mulai melihat sekitar ini kamarku dan aku mulai berlari kedepan rumah yang kini di hadapan ku hanyaa ada ayunan yang tergantung pada pohon rindang itu. Apa itu semua mimpi jika benar itu mimpi sangat indah untuk anak idiot sepertiku.