Mitologi Jermanik/Wodan
Wodan adalah dewa langit Jermanik kuno. Wodan dikenal sebagai Wodan atau Wotan oleh bangsa Saxon dan di kemudian hari sebagai Odin oleh bangsa Nordik. Wodan juga adalah dewa perang.
Wodan menjadi dewa Jermanik yang sangat terkenal, yang menggantikan Tiwaz (Tyr), sebagai dewa langit dan perang utama. Odin mewarisi banyak peran dan atribut Wodan, selain juga dari Tiwaz.
Wodan sangat populer di kalangan kelas atas, namun kurang populer di kalangan kelas pekerja dan petani. Orang desa cenderung lebih tertatik pada Donar atau Thunor (Thor), dewa petir.
Wodan (Odin)adalah suami dewi Frija atau Frea (Frigg). Dalam mitos Lombard, dia disebut Godan dan merupakan suami Frea.
Wodan tidak hanya merupakan dewa perang; dia juga adalah dewa kemenangan pertempuran. Ketika dia menunjuk salah satu pasukan dengan tombaknnya, maka pasukan tersebut akan memperoleh kemenangan.
Wodan menyukai kurban kematian dan darah. Suku Cimbri, Heruli dan Goth melakukan ritual kurban dengan menusuk dan membakar kurban mereka. Ini kemudian terserap ke dalam mitologi Nordik, ketika Odin menusukkan tombaknya dan membakar dewi Vanir, Gullveig, tiga kali, namun Gullveig selalu terlahir kembali. Akibat penganiayaan ini, terjadi perang antara dewa Aesir dan Vanir.
Seperti Odin, Wodan adalah dewa gantungan. Suku Cimbri kadang-kadang menggantung tawanan mereka di atas kuali perunggu, sementara pendeta wanita menggorok leher mereka. Kurban untuk Wodan ini kemudian dilemparkan ke danau keramat. Akan tetapi, dalam mitologi Nordik dikatakan bahwa Odin menggantung diirnya sendiri untuk mengetahui rahasia sakti puisi dan kekuatan rune.
Bangsa Romawi menyamakan Wodan dengan dewa Merkurius. Bangsa Jermanik menghormati Wodan dengan menamai hari Rabu (Wednesday) sesuai namanya. Rabu sendiri dalam bahasa Romawi adalah dies Mercurii (Hari Merkurius).
Woden bersama dengan enam dewa lainnya disebutkan dalam Mantra Merseburg Kedua sek. 900 M.