Mitologi Yunani/Kisah Cinta/Orfeus dan Euridike
Orfeus adalah musisi manusia terhebat dalam mitos Yunani. Ia adalah putra Musai Kalliope, sedangkan ayahnya entah adalah dewa Apollo atau Oiagros, raja Thrakia.
Meskipun Orfeus bisa saja merupakan putra raja Thrakia, tapi Apollo, yang merupakan musisi dewa terhebat, mengajarkan Orfeus memainkan lira. Seperti Apollo, alat musik kesukaan Orfeus juga adalah lira. Sementara Kalliope dan saudari-saudarinya mengajarkan Orfeus bernyanyi. Nyanyian dan musiknya sangat mempesona sampai-sampai bisa membuat binatang buas menjadi jinak, dan membuat bebatuan serta pohon-pohon bergerak.
Orfeus merupakan salah seorang Argonaut yang menemani Iason dalam pencarian Bulu Domba Emas. Musiknya membantu menenangkan rekan-rekannya yang sedang cemas dalam perjalanan panjang mereka. Peran penting Orfeus dalam perjalanan itu adalah ketika ia menyelamatkan rekan-rekannya dari nyanyian para Siren. Musik Orfeus yang sangat indah berhasil mengalahkan nyanyian para Siren sehingga kapal Argo dapat lewat dengan selamat.
Orfeus pernah berkelana ke Mesir. Di sana dia banyak belajar tentang para dewa dan ritus-ritus inisiasi mereka. Sepulangnya dari Mesir, Orfeus membawa serta banyak pengetahuan mengenai upacara mistis, serta ritus orgi.
Orfeus memiliki kekasih seorang nimfa bernama Euridike. Menurut Ovidius, Euridike adalah seorang naiad (nimfa air), sedangkan menurut Vergilius, Euridike adalah driad (nimfa pohon). Mereka saling mencintai dan berniat menikah. Tetapi pada hari pernikahan mereka terjadi suatu tragedi. Seorang satir (setengah manusia setengah kambing) melihat Euridike dan bernafsu padanya. Satir itu mengejar Eurdike untuk memperkosanya dan Euridike pun berlari. Ketika sedang berlari, Euridike menginjak seekor ular berbisa. Ular tersebut menggigitnya dan Euridike pun meninggal. Dalam versi lainnya, yang mengejar Euridike adalah Aristaios, dewa pertanian minor.
Orfeus sangat berduka atas kematian istrinya. Dia lalu memainkan lagu yang sangat sedih sampai-sampai semua nimfa dan dewa terharu. Orfeus pun disarankan untuk pergi ke dunia bawah dan membawa kembali istrinya.
Sambil memainkan liranya, Orfeus berjalan ke dunia bawah, dunia orang-orang mati. Di sana, musik Orfeus mampu membuat para arwah diam dan mendengarkan. Bahkan orang-orang yang sedang mengalami siksaan abadi (seperti Sisifos dan Tantalos) sejenak melupakan penderitaan mereka begitu mendengar musik Orfeus. Dengan musiknya, Orfeus tidak perlu membayar Kharon untuk menyeberangkannya melewati sungai Stix. Kerberos juga membiarkan begitu saja Orfeus melewati gerbang dunia bawah.
Hades, bersama istrinya Persefone, mendengarkan alunan musik Orfeus dan sangat terpesona. Atas permainan musiknya yang sangat indah, Hades memberi Orfeus satu permintaan. Orfeus meminta supaya dia bisa membawa kembali Euridike ke dunia atas. Hades mengabulkannaya dengan satu syarat: Orfeus harus berjalan di depan Euridike dan tidak boleh menengok ke belakang sebelum mereka berdua sampai di dunia atas. Orfeus dan Euridike kemudian berjalan pergi ke dunia atas.
Orfeus sangat gembira namun dia juga khawatir apakah Euridike masih ada di belakangnya. Begitu Orfeus tiba di permukaan bumi, dia langsung menoleh untuk melihat Euridike tetapi ternyata Euridike masih berada di pintu masuk dunia bawah dan belum mencapai dunia atas. Sesuai kesepakatan, Euridike pun menghilang kembali ke dunia bawah, kali ini untuk selamanya. Lagi-lagi Orfeus harus berduka.
Orfeus tak dapat memasuki Dunia Bawah untuk kedua kalinya selama ia masih hidup. Ia tak punya pilihan selain kembali pulang. Menurut Apollodoros, pada masa itulah Orfeus mendirikan misteri Dionisos, yang jelas merujuk kepada Misteri Orfik.
Di Thrakia, Orfeus duduk di sebuah batu di padang rumput, memainkan lagu duka cita atas hilangnya istrinya. Para Mainad, perempuan pengikut dewa anggur Dionisos, meminta sang musisi memainkan musik yang menyenangkan, namun Orfeus malah terus membawakan musik sendu. Akibatnya para Mainad marah dan menyerang Orfeus. Dalam versi lainnya, para Mainad membunuh Orfeus karena mereka berusaha merayunya tetapi Orfeus menolak mereka sebab dia hanya setia pada Euridike. Sementara dalam mitos Adonis, tindakan para Mainad disebabkan oleh dewi Afrodit, karena sang dewi marah akibat keputusan yang diambil oleh Kalliope, ibu Orfeus, terkait perselisihan antara dia dan Persefone.
Para Mainad melempari Orfeus dengan batu dan kayu. Tetapi musik Orfeus membuat batu dan kayu itu menolak melukai Orfeus. Para perempuan itu semakin marah dan akhirnya mengoyak-ngoyak tubuh Orfeus dengan tangan kosong. Mereka melempar kepala dan lira Orfeus ke sungai Hebros. Sambil terbawa aliran sungai, Kepala dan lira Orfeus terus melantunkan lagu dan musik sedih.
Para Musai (dewi seni) amat berduka atas kematian Orfeus. Mereka kemudian mengumpulkan semua potongan tubuh Orfeus dan menguburnya di Libethra, atau di Piera, Makedonia, sementara Zeus menempatkan Orfeus di angkasa sebagai konstelasi Engonasin ("Yang Berlutut"), yang melambangkan Orfeus yang tengah berlutut akibat diserang para Mainad. Kini rasi bintang tersebut dikenal sebagai konstelasi Hercules. Sementara itu lira Orfeus juga ditempatkan di angkasa sebagai rasi bintang lyra. Dalam versi lainnya, setelah jasad Orfeus dikuburkan oleh para Musai, arwah Orfeus pergi ke dunia bawah. Di sana, Orfeus bertemu lagi dengan Euridike. Kali ini tak ada yang bisa memisahkan mereka.
Selain versi di atas, [1]ada pula beberapa versi lainnya mengenai kematian Orfeus. Dalam suatu kisah, Orfeus mati akibat disambar petir, karena dia membocorkan terlalu banyak rahasia Dunia Bawah dalam misteri kultusnya. Dalam kisah lainnya, Orfeus bunuh diri di Aornos, Thesprotia, setelah tak berhasil membawa kemballi Euridike. Ada pula kisah dimana sekumpulan wanita membunuh Orfeus di Dion, Makedonia. Ketika para wanita itu hendak mencuci tangan mereka yang penuh darah di sungai Helikon, aliran sungainya mengering dan meresap ke bawah tanah. Dewa sungai Helikon tidak mau airnya digunakan untuk membersihkan tangan pembunuh.
Agama pada masa klasik akhir dan Hellenistik, disebut kultus "Orfik", disebutkan didasarkan pada sajak dan puisi karya Orfeus. Karya-karyanya dipercaya menjadi dasar untuk naskah dan kepercayaan Orfik, meskipun naskah-naskah tersebut kemungkinan besar pseudepigrafis.
Tak seperti kultus Dionisos, kultus Orfik melarang anggotanya memakan daging, minum anggur, dan berhubungan seksual. Tujuan utamanya adalah menjalani hidup yang saleh supaya dapat masuk ke Elisian. Meskipun demikian, naskah-naskah kultus Orfik menempatkan dewa Dionisos sebagai bagian penting dalam penciptaan dunia.
Dalan Argonautika, Apollonios menuturkan bahwa Orfeus menyanyikan lagu mengenai penciptaan dunia yang berbeda dari yang diceritakan oleh Hesiodos dalam Theogonia dan Erga Kai Hemerai.
Salah satu praktik ritual penting dalam kultus Orfik adalah adegan pemotongan tubuh secara berpura-pura, sebagai cara untuk mengenang bagaimana Orfeus dikoyak-koyak oleh para wanita Thrakia, meskipun ada beberapa laporan bahwa pemotongan tubuh sungguhan dilakukan dalam ritual tersebut.
- ↑ tulisan terulang dua kali, telah di hapus