Mitologi Yunani/Perang Troya/Pasca Perang Troya
Athena dan Poseidon adalah dewa yang memihak Yunani sepanjang Perang Troya. Namun kegagalan para pemimpin Yunani dalam menghukum tindakan Aias yang telah menodai altar Athena, membuat armada Yunani harus menderita kerugian dari kemarahan para dewa.
Athena meminta Poseidon menghukum armada Yunani, dan Poseidon pun mengirim badai yang menghancurkan kapal-kapal Yunani. Kapal Aias hancur namun dia masih selamat. Aias lalu memanjat ke sebuah batu karang dan menyombongkan diri bahwa dia tak bisa dibunuh bahkan oleh dewa sekalipun. Poseidon murka dan menghujamkan trisulanya pada batu karang tempat Aias berpijak. Karang tersebut terbelah dan Aias pun tenggelam ke dasar laut. Selain Aias, banyak juga para pemimpin Yunani lainnya yang mati dalam perjalanan pulang mereka.
Beberapa prajurit Lokris (anak buah Aias) berhasil selamat dan sampai di Lokris. Namun tiga tahun kemudian wabah penyakit melanda Lokris. Rakyat Lokris bertanya pada orakel dan diberitahu bahwa mereka diharuskan mmebawa sejumlah perawan Lokris ke Troya sebagai pendeta dan itu harus dilakukan selama seribu tahun. Undian dilakukan dan terpilihlah Piriboia dan Kleopatra sebagai gadis pertama yang dibawa ke Troya. Di sana, mereka bertugas menjaga kuil, hidup dalam kemiskinan, hanya mengenakan jubah, tidak mengenakan alas kaki, dan harus mencukur rambut mereka. Jika mereka mencoba kabur, mereka akan dibunuh. Mereka bertugas sampai mati. Setelah mati, gadis baru akan dikirimkan dari Lokris. Begitu seterusnya sampai waktu seribu tahun selesai.
Beberapa pemimpin Yunani berhasil menghindari badai dan kembali ke Yunani dengan selamat, sementara beberapa yang lainnya diusir dari rumah mereka atau pindah ke tempat lain seusai perang, dan mendirikan kota-kota baru di berbagai tempat di Asia Minor (Turki modern).
Kapal-kapal yang selamat dari badai masih harus menghadapi bahaya lainnya. Nauplios, ayah Palamedes, ingin membalaskan kematian putranya, yang dihukum mati oleh para pemimpin Yunani.
Ketika armada Yunani yang tersisa mendekati pulau Euboia pada malam hari, Nauplios membakar daging babi di Gunung Kaferios. Pasukan Yunani berpikir bahwa ada pelabuhan yang aman di pulau tersebur. Ketika mereka hendak berlabuh ternyata kapal-kapal mereka malah menabrak batu-batu karang dan hancur. Banyak prajurit Yunani yang terbunuh, sebagian karena tenggelam, sebagian lainnya karena menghantam karang. Maka Nauplios pun dikenal sebagai Sang Penghancur Kapal.
Amarah Nauplios tidak berhenti sampai di situ. Ketika suami-suami mereka sedang berperang, Nauplios berhasil mengajak beberapa istri dari para pemimpin Yunani untuk berselingkuh dengan pria lain. Para pemimpin Yunani yang dikhianati antara lain Agamemnon, Idomenios, dan Diomedes. Para pemimpin Yunani ini berhasil sampai di rumah dengan selamat, namun kemudian mereka mengetahui bahwa istri-istri mereka telah bercinta dengan orang lain.
Setelah sampai di Argos, Diomedes mengetahui bahwa Kometes, putra dari temannya, Sthenelos, telah memiliki hubungan asmara dengan istrinya Aigialeia, putra Adrastos. Diomedes lalu diusir oleh Kometes ke luar wilayah Argos. Diomedes berpindah ke Italia selatan, menetap di Apulia dan mendirikan kota Argiria, yang kelak disebut Arpi.
Idomenios adalah raja Kreta dan salah satu pemimpin tertua di pasukan Yunani. Istrinya bernama Meda, yang kemudian berselingkuh dengan Leukos. Akibat dari berhubungan dengan Meda, Leukos berhasil menguasai sepuluh kota di Kreta. Setelah itu Leukos membunuh Meda dan putrinya Kleisthira, lalu Leukos mengusir Idomenios keluar dari Kreta. Seperti Diomedes, Idomenios juga pindah ke Italia dan menetap di Dataran Tinggi Sallentine.
Filoktetes, pemilik panah Herakles, juga pindah ke Italia. Pertama, dia pergi ke Campania, lalu bergerak ke selatan dan terlibat dalam perang menghadapai bangsa Lucania. Filoktetes pada akhirnya bermukim di dekat Croton, di sana dia mendirikan kota Crimissa.
Kalchas sang peramal mengikuti para pemimpin bangsa Lapith, Polipoites dan Liontios, yang bermigrasi ke Kolofon di Asia Minor. Di sana mereka menemukan jasad Teiresias sang peramal buta dari Thessali, yang meninggal setelah Perang Epigoni. Untuk selanjutnya, mereka menetap di Kolofon.
Beberapa waktu kemudian, Kalkahs bertemu peramal lain bernama Mopsos, keturunan Teiresias. Kalkhas menantangnya beradu kemampuan meramal. Kalkhas bertanya pada Mopsos berapa daun yang ada di pohon ara, dan Mopsos menjawab dengan benar. Giliran Mopsos yang bertanya, dan Mopsos menanyakan berapa anak babi yang akan dilahirkan oleh seekor induk babi yang sedang hamil. Kalkhas menjawab delapan, namun ditolak oleh Mopsos yang berkata bahwa babi tersebut akan melahirkan sembilan anak babi jantan pada esok pagi. Keeseokan harinya, terbukti bahwa ramalan Mopsos akurat. Kalkhas pun mati akibat rasa frustasinya karena telah kalah. Kalkhas dikuburkan di Notion.
Sebelum meninggalkan Troya, para pemimpin Yunani melakukan pembagian budak. Hekabe, mantan ratu Troya, menjadi budak Odisseus.
Dulu, sebelum Perang Troya dimulai, Priamosdan Hekabe menitipkan salah satu putra mereka, Polidoros, di Thrakia, yang ketika itu dipimin oleh raja Polimestor. Dengan melakukannya, mereka berharap setidaknya ada putra mereka yang bakal tetap bertahan hidup setelah perang.
Dalam perjalanan pulang, Odisseus berhenti sebentar di Thrakia, dan Hekabe mengetahui bahwa raja Polimestor telah membunuh Polidoros demi uang. Hekabe marah dan membunuh Polimestor. Tindakan ini membuat para dewa murka sehingga Hekabe diubah menjadi seekor anjing.
Dalam versi lainnya, pasukan Yunani membebaskan Hekabe untuk diurus oleh Helenos. Hekabe dan Helenos lalu pergi ke Chersonese, dan entah bagaimana pada akhirnya Hekabe diubah menajdi seekor anjing. Selain itu, ada juga versi bahwa Apollo memindahkan Hekabe ke Likia.
Menelaos marah pada para dewa karena menjadikan perangnya sangat lama. Menelaos pun tidak memberikan kurban sebelum meninggalkan Troya. Akibatnya Menelaos dan Helene harus terdampar selama tujuh tahun di Mesir. Di kemudian hari, setelah Menelaos dan Helene berhasil tiba di Sparta, Telemakhos, putra Odisseus, bertemu Menelaos dan Helene di Sparta. Telemakhos berusaha mencari tahu keberadaan ayahnya.
Saudara Menelaos, Agamemnon memperoleh Kassandra, putri Hekabe, sebagai budaknya. Agaemnon memberikan kurban pada para dewa sebelum pergi dari Troya, sehingga kapal-kapalnya tidak hancur diterjang badai. Setelah sampai di Mikenai, Agamemnon dan Kassandra mati dibunuh oleh Klitaimnestra, istri Agamemnon, dan selingkuhannya, Aigisthos.
Orestes, putra Agamemnon, membalaskan kematian ayahnya dengan cara membunuh Aigisthos dan ibunya sendiri Klitaimnestra. Karenanya, para Erinya (dewi angkara murka) mengejar-ngejarnya dan memberinya kegilaan. Setelah dibebaskan dari para Erinya, Orestes menjadi raja Mikenai dan Argos.
Andromakhe, janda Hektor, serta Helenos sang peramal menjadi budak Neoptelemos.
Helenos menasihati Neoptelemos untuk melakukan perjalanan lewat darat. Dalam versi lainnya, Neoptelemos memperoleh nasihat ini dari ibunya, Thetis.
Neoptelemos memperlakukan Andromakhe dan Helenos dengan ckup baik.
Ketika melewati Thrakia, Neoptelemos berperang dengan raja Harpalikos. Neoptelemos melukai sang raja, namun putri Harpalikos, Harpalike, adalah seorang petarung yang tangguh dan berhasil memukul mundur Neoptelemos.
Neoptolemos pergi ke Phthia, di sana Peleus, kakeknya, masih berkuasa. Helenos lalu menasihatinya untuk pergi ke barat laut Yunani. Di sana, Neoptelemos menjadi raja Epiros. Suatu hari Neoptelemos pergi ke Sparta untuk menikahi Hermione, putri Menelaos dan Helene, dan dia memerdekaan Helenos dan Andromakhe.
Akan tetapi, Orestes, putra Agamemnon dan Klitaimnestra, juga ingin mendapatkan Hermione. Orestes berhasil membujuk Hermione untuk menyingkirkan Neoptelemos. Orestes membunuh Neoptelemos lalu menikahi Hermione dan kemudian memerintah Sparta setelah kematian Menelaos.
Peleus kini telah kehilangan putra dan cucunya. Untungnya Peleus berhasil menyelamatkan cicitnya, Molossos dan Pergamos. Setelah dewasa, Molossos menjadi raja di Epiros bagian utara. Sementara Pergamos pindah ke Misisa bersama pengikutnya. Pergamos menaklukan dan kemudian menetap di kota Teuthrania, yang dia ganti namanya menjadi Pergamon.
Sebagai salah satu pahlawan favorit Athena, Odisseus tetap saja harus menerima kemarahan para dewa. Odisseus tinggal di Troya agak lama untuk lebih dulu memberi kurban pada para dewa sebelum berlayar pulang dengan dua belas kapalnya. Awalnya cuaca cukup bagus untuk perjalanan Odisseus, tetapi dia telah ditakdirkan memerlukan waktu sepuluh tahun untuk mencapai kediamannya di Ithaka.
Odisseus berlayar dengan cuaca yang cukup mendukung. Namun di tengah perjalananya, Odisseus membutakan mata Polifemos, seorang Kiklops putra Poseidon. Sang dewa laut marah dan membuat perjalanan pulang Odisseus menjadi sepuluh tahun. Odisseus banyak melakukan tindakan kepahlawanan dalam perjalannya namun dia juga kehilangan banyak kapal dan anak buahnya.
Di Ithaka, sebelum dia bisa bersama kembali dengan istrinya yang tercinta Penelope dan putranya Telemakhos, Odisseus harus terlebih dahulu mengalahkan dan membunuh para pria yang ingin menikahi Penelope.