Fotografi museum
Fotografi museum mencakup pengadaan reproduksi fotografi dari objek yang dipamerkan di museum: benda-benda bermanfaat, karya seni 2D atau 3D. Ini adalah modal penting untuk memperkaya proyek-proyek Wikimedia, tetapi menghadapi kesulitan-kesulitan yang bersifat teknis, hukum dan psikologis.
Karena memerlukan representasi yang tepat dari objek tertentu, fotografi museum bertujuan untuk mendapatkan gambar "sempurna", setajam mungkin dan dihasilkan dari resolusi setinggi mungkin. Pengambilan foto yang kurang tajam sebaiknya dihindari. Fotografi museum yang berkualitas tinggi sulit diperoleh tanpa komitmen, pencahayaan khusus, dan tampilan terbuka, tetapi bukan berarti mustahil.
Keterbatasan perlengkapan dan otorisasi
suntingBeberapa museum tidak memperbolehkan segala bentuk fotografi. Fotografi jarang diperbolehkan dalam pameran temporal, terutama yang memajang benda-benda yang dipinjam dari koleksi lain. Ada masalah hak cipta yang valid untuk karya yang masih memiliki hak cipta.
Sebagian besar museum yang tidak melarang pengambilan foto mengizinkan Anda mengambil foto dengan syarat Anda tidak menggunakan lampu kilat atau memajangnya di galeri tertentu. Larangan tersebut dibenarkan karena:
- memberikan rasa nyaman kepada pengunjung lain yang mungkin terganggu karena lampu sorot kamera Anda.
- memungkinkan timbulnya kerusakan pada pigmen lukisan dan lem.
Selain itu, kebanyakan museum melarang penggunaan tripod atau monopod. Hal ini menyebabkan Anda sulit mempertahankan kestabilan kamera dengan tepat dalam jangka waktu tertentu dengan pencahayaan yang lebih lama dibandingkan jika Anda dengan memegang kamera dengan tangan. Memilih kamera dengan sistem antigoyang dapat meningkatkan kejernihan gambar yang diambil.
Jika Anda tidak dapat memakai penyangga, Anda dapat mengurangi intensitas gerakan kamera dengan cara:
- berdiri tegak lurus ke arah benda yang ingin Anda foto, buka kaki selebar bahu
- tarik siku ke dada untuk membentuk dudukan kamera dengan kedua tangan
- ingat singkatan "BRASS" -- Bernapas, Rileks, Arahkan bidikan, Secara perlahan atur tombol pelepas rana, Siap memotret sambil menahan napas.
Aspek-aspek Teknis
suntingPencahayaan / Eksposur
suntingFotografi pada dasarnya adalah tentang memperbaiki fluks cahaya pada permukaan sensitif (film kimia atau sensor elektronik).
Fotografer memiliki kontrol melalui tiga parameter:
- aperture (tingkap) atau ukuran diafragma lensa: ukuran lubang yang memungkinkan cahaya masuk ke kamera
- durasi kecepatan rana: seberapa lama lubang kamera terbuka sehingga cahaya bisa masuk
- kecepatan film, sensitivitas film/sensor: seberapa reseptif media pengambilan kita untuk merekam cahaya yang mengenainya
Gambar akhir yang ideal tampak setajam dan sejelas objek yang dapat dilihat mata secara langsung, dan memiliki noise (digital) atau grain (film) yang rendah, yang menunjukkan ukuran diafragma lubang lensa sekitar f/8 atau lebih kecil, dan sensitivitas sensor/film yang rendah untuk noise/grain yang rendah. Durasi pembukaan rana selama pencahayaan diusahakan cukup cepat agar tidak memperoleh hasil foto yang kabur karena adanya gerakan (entah gerakan subjek atau gerakan kamera/fotografer yang menggoyangkan kamera).
Interior bangunan museum biasanya sangat gelap menurut standar fotografi. Jika pencahayaan di dalam museum mungkin tidak mendukung pengambilan gambar dengan kualitas paling bagus, beberapa cara di bawah ini dapat Anda lakukan:
- tangan penyangga pengganti tripod,
- adanya pencahayaan cukup sebagai pengganti flash,
- penggunaan lubang diafragma lensa/sensitivitas, atau
- pengaturan film/sensor yang lebih tinggi.
Secara umum, kurangnya cahaya dapat diimbangi dengan empat cara:
- Pencahayaan buatan seperti flash atau lampu studio. Hal ini biasanya dilarang di museum dan sulit digunakan (lihat referensi di bawah tentang pengaturan cahaya).
- Membuka diafragma lensa lebih lebar. Tingkap yang lebih besar seperti f/1.4 biasanya memungkinkan cahaya yang masuk cukup banyak selama rana terbuka dalam waktu singkat untuk meminimalisasi pengambilan gambar objek atau kamera/fotografer yang bergerak, bahkan dalam pencahayaan museum yang rendah; tetapi ini dapat menghasilkan fokus kedalaman ruang yang kecil yang tidak bisa diterima khususnya untuk objek tiga dimensi.
- Film atau sensor yang sensitivitas lebih tinggi, tapi menghasilkan lebih banyak grain atau noise digital.
- Kecepatan rana yang lebih lambat, yang mungkin memerlukan pemasangan kamera agar tidak bergerak selama eksposur. (butuh museum yang mengizinkan tripod)
Karena bergantung dengan lingkungannya, Anda mungkin perlu menggunakan satu atau semua trik di atas untuk memperoleh pencahayaan akurat yang memuaskan dengan grain/noise yang minim. Anda juga dapat melakukan underexposure ketika mengambil foto dan overdevelop ketika memproses hasilnya (film atau digital - dikenal sebagai Push processing), namun kekurangannya adalah cara ini biasanya meningkatkan jumlah grain/noise.
Contoh Kasus Praktis
suntingKarya dua dimensi dan lubang lensa diafragma
suntingKarya seni dua dimensi, seperti lukisan, tidak membutuhkan kedalaman ruang yang besar. Kemungkinan hanya perlu membuka diafragma hingga sekitar f/4 dan mendapatkan cahaya yang cukup. Dengan demikian cahaya yang diperoleh dapat menurunkan sensitivitas sensor, dan menurunkan noise digital.
Lukisan biasanya memantulkan cahaya (lampu, matahari, kilatan flash). Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengambil foto dari sudut tertentu dan mengoreksi perspektif sudut tersebut pasca-pemrosesan.
Objek tiga dimensi dan kedalaman ruang
suntingUntuk objek tiga dimensi, sangat penting untuk mendapatkan kedalaman ruang yang cukup, untuk menghindari kasus seperti patung dengan ujung hidung yang sangat jelas dan namun badan patung tidak jelas (blur). Kasus semacam ini sangat umum pada fotografi yang objeknya 1:1 dengan fotonya. Bahkan dengan meningkatkan sensitivitas sensor (meningkatkan noise digital), hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini selain memasang kamera pada tripod.
Memasang kamera pada tripod
suntingJika tidak ada tripod, kamera dapat dipasang di beberapa benda di museum: kusen pintu, tablet, dudukan, atau pagar. Tiang-tiang pagar kecil yang menahan tali di depan pajangan dapat menjadi penyangga yang sangat baik untuk kamera. Hal ini sangat mempermudah dalam mengarahkan kamera baik dalam elevasi maupun azimuth (sudut vertikal dan horizontal).
Sebagian besar hasil goyangan kamera hilang jika kamera ditahan pada benda tertentu. Oleh karena itu, tripod lebih baik daripada monopod, tetapi monopod jauh lebih baik daripada memegang kamera dengan tangan saja.
Kaca pajangan
suntingMenekan lensa bagian ujung secara langsung ke tempat pajangan bisa dilakukan untuk mengurangi sebagian besar pantulan di kaca dan menjadi penyangga untuk kamera tidak bergerak. Namun, hal ini artinya jarak ke benda yang akan difoto tidak bisa diubah-ubah: jadi jarak fokus dan jarak fokus minimum (biasanya tertulis di ujung lensa [1]) harus disesuaikan:
- lensa makro bisa dipakai untuk mencapai fokus pada objek dekat (baik objek yang kecil atau detail objek yang lebih besar)
- lensa sudut lebar diperlukan untuk menangkap keseluruhan objek yang lebih besar. Dalam hal ini, hati-hatilah terhadap deformasi yang disebabkan oleh lensa sudut yang terlalu lebar.
Hati-hatilah terhadap lensa yang mengubah panjangnya saat fokus pada satu titik (focusing) atau memperbesar tampilan (zooming). Idealnya, Anda perlu memperbesar atau memokuskan lensa setelah memasang kamera pada tripod. Disarankan untuk menggunakan tudung lensa (lens hood) agar ujung yang menyentuh kaca pajangan tidak bergerak terkait dengan posisi kamera.
Cara lain untuk mengurangi pantulan adalah dengan menggunakan polarizer. Ini akan menghabiskan satu setengah cahaya (This will cost you one and half stops of light), jadi Anda mungkin perlu menggunakan tripod.
Mengenai kaca pajangan dengan posisi horizontal, kamera dapat diletakkan langsung di atas kaca, yang akan berfungsi sebagai penyangga. Hasil foto yang kabur dapat dihindari dengan mengatur kamera dengan fitur pengaturan waktu (timer). Pantulan dapat diminimalisir dengan menyandarkan kamera langsung ke kaca, dan menggunakan tubuh atau tangan untuk menghalangi masuknya cahaya yang tidak diinginkan.
Untuk kaca dengan jenis ini, Anda dapat dengan mudah memperoleh foto dari berbagai sudut, dengan bantuan beberapa alat, seperti tudung lensa, Anda bisa mengatur sudut dan jarak kamera ke kaca.
Perlengkapan
suntingBelilah peralatan penyetabil kamera. Peralatan ini membantu hingga 3 jarak durasi lebih baik (Stabilization gains about three stops) pada kecepatan rana paling lambat, sehingga memungkinkan untuk mengambil gambar dengan kecepatan rana hingga 1/15 detik tanpa risiko gambar kabur akibat getaran. Hindari pemakaian ISO tinggi, terkadang disebut sebagai "stabilisasi digital" dalam iklan, karena fitur ini mengurangi kualitas gambar.
Di antara kamera-kamera dengan lensa yang dapat ditukar (SLR, ILC): sistem Canon (IS), Nikon (VR) dan Panasonic (OIS) memiliki model lensa stabil, sementara sistem Olympus, Sony dan Pentax memiliki bodi kamera dengan sensor stabil. Efektivitas stabilisasi bervariasi dari dua hingga empat "setopan", tergantung pada pabrikannya.
Lensa cepat (apertur maksimum besar) sangat membantu. Sebagian besar kamera dengan lensa yang dapat ditukar memiliki lensa utama 50mm unstabilized yang murah (cepat dan ringkas). Lensa jenis ini berfungsi dengan baik, terutama saat dipasang pada jenis kamera kedua (Olympus/Sony/Pentax).
Jarak fokus untuk fotografi museum biasanya adalah jarak "standar" alias "normal". Dianjurkan untuk membawa lensa sudut lebar menengah untuk objek besar karena kemampuan untuk bergerak mundur terbatas; dan lensa makro, untuk objek yang lebih kecil dan untuk jarak fokus yang lebih dekat.
Kesesuaian kecerahan / keseimbangan warna
suntingPelajari cara mengatur kesesuaian kecerahan pada kamera Anda secara khusus dan bawalah selembar karton atau plastik putih untuk referensi. Menentukan kesesuaian kecerahan yang benar dapat menghemat banyak waktu selama pasca-pemrosesan dan membantu menghindari kemungkinan kesalahan. [2]
Aturan museum: aspek hukum dan psikologis
suntingMuseum biasanya memiliki peraturan internal, yang melarang penggunaan gambar "serius" atau komersial yang diambil tanpa izin khusus. Oleh karena itu, kebanyakan museum tidak mengizinkan pengambilan gambar untuk Wikipedia. Namun Commons tidak mengharuskan atau mendukung aturan museum-museum seperti itu.
Larangan terhadap fotografi (dan penerbitan foto) sering kali tidak tepat dan tidak dapat dipaksakan. Di sebagian besar negara, karya seperti foto pribadi dimiliki oleh orang yang membuatnya dan dapat digunakan sesuai keinginan pembuatnya. Jadi, jika foto yang Anda ambil bukan foto suatu karya yang dilindungi oleh hak cipta orang lain, maka foto dan hak ciptanya adalah milik Anda, dan tidak ada orang lain yang memiliki hak lebih tinggi atas foto Anda.
Di sisi lain, banyak aturan anti-fotografi museum dibuat untuk mencegah objek museum rusak karena difoto. Ini terkait dengan pelestarian, bukan hukum kekayaan intelektual.
Cara menjawab pertanyaan
suntingPegawai museum dapat mengajukan pertanyaan mengenai penggunaan foto untuk masa mendatang, terutama ketika seseorang menggunakan kamera mahal yang mampu membuat gambar dengan kualitas yang tinggi, seperti:
- "Mas/Mbak, potret-potret untuk apa ya?"
- "Pak/Bu, ini foto-fotonya apa mau dijadikan buku?"
- "Bang/Kak, itu nanti hasilnya mau dibuat apa?"
... dan seterusnya. Dalam kasus apa pun seseorang tidak perlu merasa terdorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Dengan mengatakan bahwa seseorang mengambil foto untuk Wikipedia mungkin akan menghasilkan kesalahpahaman, diskusi panjang dan tidak menyenangkan dan larangan untuk memotret, bahkan penyitaan kamera, film atau kartu memori Anda. Jangan memberikan jawaban dengan mengatakan bahwa foto-foto tersebut untuk tujuan pribadi. Cobalah memberikan jawaban seperti ini:
- "Wah, ini saya abadikan untuk kenangan sepanjang hidup saya nanti ..."
- "Begini, nanti kalau saya sudah tua, saya mau melihat foto-foto ini lagi ..."
- "Ini untuk kakek nenek saya yang sudah rabun ..."
Dengan demikian, tujuan pribadi Anda yang tidak terucapkan yang pada akhirnya bisa membagikan gambar kepada publik dengan memasangnya di Wikimedia Commons tidak menjadi urusan mereka. Memang,
- pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan yang invasif (dan tidak sopan),
- di sebagian besar yurisdiksi, penjaga museum tidak memiliki hak menanya-nanyai Anda karena mereka bukan polisi, dan
- pertanyaannya berasal dari premis keliru bahwa museum secara de fakto memiliki hak cipta pada karya-karya yang sebenarnya sudah domain publik.
Mereka mungkin mencoba melarang pengambilan gambar di ruang mereka, tetapi maksimal yang dapat mereka lakukan adalah mengusir Anda dari museum. Mereka tidak memiliki hak atas gambar Anda. Mereka sendiri tidak dapat membatasi hak cipta foto yang Anda ambil sendiri karena mereka tidak memiliki hak cipta atas foto Anda, bahkan jika Anda mengambil foto di area yang dianggap terlarang oleh orang lain. (salah satu perkecualian adalah di Italia, namun peraturan ini dibuat oleh pemerintah Italia, bukan museum Italia)
Dokumentasi
suntingSetiap foto perlu diberi nama dan deskripsi yang lengkap. Label yang tepat harus mencakup:
- nama karya dan deskripsi singkat;
- nama pembuatnya, jika diketahui;
- tanggal dan lokasi pembuatannya;
- dimensinya dan bahan pembuatannya, dan
- nomor referensi museum, lokasi pajangan di dalam museum.
Informasi ini sering ditulis pada label di sebelah karya itu sendiri. Foto-foto label ini harus diambil untuk melakukan pelabelan lebih lanjut pada Commons. Label tersebut mungkin memiliki hak cipta secara independen dan sering kali tidak sesuai untuk Commons sendiri. Sebaliknya, label ini biasanya ditranskripsikan dalam deskripsi gambar yang relevan di Commons.