Nara si Penjual Buket

      NARA SI PENJUAL BUKET
     Oleh: Nurjanna Ramadhani

Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari masih terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang gadis cantik sedang sibuk membuat buket di kamar kosnya karena nanti jam 7 pagi dia harus mengantarnya ke pelanggannya. Siapa gerangan gadis itu? Dia adalah seorang penjual buket dan mahasiswa semester 5, yang bernama Nara. Nara meninggalkan kampung halamannya untuk melanjutkan pendidikannya kuliah di kota.

Adzan subuh berkumandang dan aktivitasnya membuat buket pun sudah selesai, Nara segera bergegas untuk melaksankan sholat shubuh. Setelah sholat subuh, Nara melakukan aktivitas paginya yaitu membersihkan kamar kosnya dan bersiap-siap karena dia harus berangkat lebih cepat, karena harus mengantar buket dan kekampus .

Nara berangkat menggunakan motor. Motor satu-satunya yang dimilikinya sebagai trasportasi ke mana-mana. Motor itu adalah pemberian dari ayahnya karena sudah tidak tinggal lagi dengan orang tuanya berhubung dia kuliah di kota, walaupun sudah jadul Nara tetap bahagiah menggunakannya.

Sesampainya di rumah pelanggannya yang memesan buket, Nara kaget ternyata orang yang memesan buket adalah teman lamanya. Orang memesan buket kepada Nara memang hanya menggunakan via online, jadi terkadang hanya nomor yang tertera tetapi tidak ada wajahnya.

Nara turun dari motornya dan menghapiri Savana teman lamanya itu. Namun Savana bersikap cuek ketika Nara menyapanya. Savana langsung mengambil buket di tangan Nara dan memberinya uang. Namun, ternyata uang yang diberikannya itu kurang.

“Maaf sebelumnya Savana, tapi uangnya kurang, harga buketnya itu 150 ribu tapi kamu memberikan uangnya hanya 100 ribu” ucap Nara dengan senyum manis di wajahnya.

“Kita baru ketemu loh, kok gak ada harga teman sih. Ayolah Nara, 100 ribu aja, kita kan udah kenal lama masa kamu tidak kasih diskon” jawab Savana dengan wajah memelas.

“Baiklah kalau begitu, aku pamit dulu yah, soalnya aku ada kuliah juga” ucap Nara lalu meninggalkan Savana.

Selanjutnya Nara mengantarkan buket kedua ke alamat lainnya. Dan ternyata yang memesan itu teman lamanya juga yang pindah ke kota untuk menetap disana, ia adalah Orlin. “Ma Syaa Allah, ternyata kita dipertemukan lagi setelah sekian lama semenjak tamat SMA” ucap Orlin dan langsung memeluk Nara.

“Iya Orlin, aku memang udah curiga kalau yang memesan itu kamu soalnya kamu hanya chat aku tanpa foto profil” jawab Nara terkekeh.

“Jadi ini semuanya berapa yah Nara” ucap Orlin sambil membuka dompetnya. “150 ribu Orlin” jawab Nara Orlin mengeluarkan uang 100 ribu 2 lembar

“Ambil aja kembaliannya dan aku tidak terima penolakan” ucap Orlin

“Terimakasih Orlin, kalau gitu aku pamit yah” ucap Nara dan pergi meninggalkan Orlin.

Sepanjang perjalanan kekampus Nara memsang wajah ceria, walaupun tadi Savana memberikannya uang yang kurang. Akan tetapi dia dipertemukan dengan Orlin yang begitu baik.

Setelah pelajaran selesai, bukannya Nara bahagiah mala bebannya bertambah lagi karena harus mengerjakan tugas yang begitu banyak dan harus selesai besok pagi. Nara mencoba membuka ponselnya karena dari tadi notifikasi selalu masuk. Setelah membuka pesan dari nomor baru, muka Nara langsung bahagiah melihat ada orang yang memesan 7 buket money, yang jumlah uang setiap buketnya itu 25 lembar uang 50 ribu. Jadi orang yang memesan buket itu langsung mentransferkan uangnya tetapi hanya uang yang dibuket saja, uang jasa buketnya akan diberikan ketika Nara mengantarkan buketnya besok pagi.

Nara bergegas ke toko terdekat untuk membeli bahan yang akan nantinya dipakai untuk membuat buket. Malam pun tiba tetapi tugasnya belum selesai dan buket money juga baru 3 selesai, itupun dia mengerjakannya tadi siang.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, tugas kuliahnya pun selesai. Nara yang sudah mengantuk berat tetap tidak tidur, dia melajutkan membuat buket. Adzan subuh sudah berkumandang namun Nara belum pernah tidur, dia bergegas melaksanakan sholat shubuh dan melanjutkan membuat buket.

Setelah selesai, Nara bersiap-siap untuk mengantar buket dan setelah itu kekampus. Lagi-lagi, ternyata orang yang memesan buket money itu ternyata Savana, Nara hanya bisa berdoa semoga kejadian kemarin tidak terulang kembali. Namun, ternyata Savana memberinya uang yang sangat kurang dari kesepakatan kemarin. Savana hanya memberikan uang 50 ribu, dan itu membuat Nara rugi besar, uangnya habis semua untuk membeli perlengkapan buket mala diberi bayaran seperti itu. Dengan perdebatan yang panjang akhirnya Nara hanya mengikhlaskan saja. Mungkin Allah punya rencana lain untuk Nara.

Di perjalanan menuju kampus, Nara menghentikan motornya di pinggir jalan, dia menghubungi temannya untuk izin tidak masuk ke kampus dulu. Setelah itu, dia kembali ke rumah Savana karena penasaran untuk apa dia memesan buket sebanyak itu. Dia memarkirkan motornya sedikit jauh dari rumah Savana. Nara berjalan mengendap-endap karena melihat ada beberapa orang di rumah Savana, Nara juga mendengar pembicaraan mereka.

Betapa tekejutnya Nara ternyata Savana menjual lagi buket yang dia beli dan menjualnya dengan harga lebih tinggi. Bisa-bisanya Savana yang selalu memberikan bayaran yang kurang pada Nara, malah menjualnya ke orang lain dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga yang Nara berikan kepada Savana, seandainya Savana membayarnya dengan harga yang wajar, Nara tidak ada masalah. Ketika orang-orang itu sudah pergi, Nara pun menghampirinya.

“Tega banget kamu Savana, kamu selalu memberikan aku uang yang kurang dan malah menjualnya ke orang lain dengan harga yang lebih tinggi” ucap Nara dengan suara seperti menangis.

“Kamu aja yang bego, makanya jangan langsung percaya kepada orang. Kamu memang gak ada kapok-kapoknya yah ditipu sama aku, hahha. Dari dulu aku selalu tipu kamu waktu sekolah ketika kamu menjual coklat huruf, aku selalu meminta gratis ke kamu lalu aku menjualnya ke orang lain” jawab Savana tanpa rasa bersalah.

Setelah berdebat dengan Savana, Nara meninggalkan rumah Savana dan menuju ke kosnya. Setelah beberapa hari kejadian tersebut, Nara mendapat pesan dari Orlin untuk menemuinya di rumahnya.

Nara pun melajukan motornya menuju ke rumah Orlin. Sesampainya di sana ternyata Orlin dan ayahnyna memberikan tawaran menarik kepada Nara. Orlin melihat kualitas buket yang dibuat Nara itu sangat bagus sehingga dia ingin Orlin bekerja sama dengan Perusahaan Buket milik ayaahnya. “Jadi bagaimana Nara, apakah kamu setuju dengan tawaran yang saya berikan, minimal 10 buket yang harus kamu bawa kesini setiap hari, dan jenis buketnya harus ada buket money, buket snack, dan buket bunga yang nantinya akan kami pasarkan di toko-toko buket yang bekerjasama dengan kami” ucap ayah Orlin.

“In syaa Allah, saya setuju pak, dan saya sangat berterima kasih dengan tawaran yang bapak berikan kepada saya, dengan ini saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat buket dengan baik” jawab Nara dengan penuh rasa bahagia.

Semenjak bekerjasama dengan Perusahaan Buket milik ayah Orlin tersebut, aktivitas nara semakin bertambah, ditambah tugas kuliah yang semakin sulit. Namun dia tidak pernah mengeluh, walaupun ada perasaan lelah tetapi dia tetap semangat karena selain mendapatkan uang untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya, dia juga senang mengembangkan bakatnya.

Sudah 3 bulan Nara bekerjasama dengan Perusahaan Buket milik ayahnya Orlin, dan akhirnya ayah Orlin memberikan amanah kepada Nara untuk mengelola salah satu toko buket yang akan dia buka di dekat kampus. Awalnya Nara menolak, namun setelah berbincang-bincang akhirnya Nara menerima tawaran tersebut.

Rasanya Nara hanya bermimpi karena dia tidak menyangka dengan apa yang dialami sekarang. penghasilannya sekarang juga sudah bertambah, bahkan bukan orang tuanya lagi yang memberikannya uang, melainkan Nara yang memberikan uang kepada orang tuanya. Nara juga bisa menyeimbangi anatara tugas kuliah dan bisnis buket yang dikelolanya sekarang.

“Setelah ditipu oleh Savana, akhirnya Allah memberikan yang lebih baik dari apa yang kuimpikan. Karena terkadang kesulitan mengantar kita pada hasil yang lebih baik dari apa yang kita harapkan. Dengan adanya kesulitan akan timbul rasa syukur ketika kesulitan itu terlewati” ucap Nara dengan senyuman yang terpancar di wajahnya. TAMAT