Pelayaran Sungai dan Danau/Karakteristik Angkutan Perairan Daratan

Pelayaran diperairan daratan merupakan salah satu angkutan orang dan atau barang tertua yang ekonomis dan berwawasan lingkungan dan untuk daerah pedalaman bisa jadi menjadi satu-satunya moda angkutan untuk akses ke pasar dan kegiatan sosial lainnya. Moda angkutan dapat berupa rakit bambu sampai kapal bermotor yang bisa beroperasi di sungai kecil, danau sampai sungai besar.

Karakteristik Perairan Pedalaman

sunting

Karakteristik utama

sunting

Perairan pedalaman mempunyai empat karakteristik utama:

  1. Perairan pedalaman merupakan koridor yang mencakup beberapa wilayah kabupaten/kota bahkan propinsi, sehingga langkah yang diambil oleh daerah yang satu dengan daerah lainnya harus terkoordinasi dengan baik.
  2. Terminal/dermaga dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang atau barang untuk selanjutnya dengan moda jalan disalurkan dengan tujuan akhir.
  3. Rute yang dilalui biasanya tunggal, kecuali bila dari satu sungai dengan sungai lainnya terhubungkan dengan Anjir seperti yang terdapat di Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Selatan.
  4. Pengendalian navigasi perlu dikendalikan bila lintas alur pelayaran pedalaman ini digunakan untuk berbagai keperluan, angkutan barang, penumpang dan wisata.

Untuk mendapatkan suatu sistem tranportasi perairan pedalaman yang baik, perlu dilakukan perawatan, pengendalian dan pengaturan dan bila diperlukan dengan menetapkan tarip untuk penggunaan alur pelayaran seperti yang dilakukan di Ambang Barito.

Keunggulan

sunting

Secara teknis, karakteristik angkutan perairan daratan memberikan keunggulan kepada moda tersebut untuk bersaing dengan moda lain. Keungggulan-keunggulan penggunaan angkutan di perairan daratan tersebut antara lain:

  1. Pada daerah yang mempunyai sungai yang bisa digunakan untuk transportasi, maka tidak perlu dibangun infrastruktur baru selain dermaga bongkar muat karena telah tersedia secara alami. Di India, dengan panjang jalur transportasi yang sama, biaya untuk mengembangkan angkutan perairan daratan hanya sekitar 5% hingga 10% dari biaya mengembangkan jalan tol 4 lajur ataupun membangun jaringan kereta api.
  2. Infrastruktur sungai hanya perlu dipelihara dengan biaya yang murah sehingga kapasitas infrastruktur umumnya akan mencukupi. Di India, dengan panjang jalur transportasi yang sama, biaya pemeliharaan angkutan perairan daratan hanya sekitar 20% dari biaya pemeliharaan jalan;
  3. Berperan sebagai angkutan utama untuk daerah terpencil (remote area) dimana konstruksi jalan belum atau mahal untuk dibangun;
  4. Mempunyai tingkat keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan angkutan jalan dari aspek kecepatannya yang rendah, terutama bila dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang memadai;
  5. Amat cocok untuk angkutan wisata, seperti yang sudah mulai dikembangkan di sungai-sungai besar Kalimantan maupun di sungai Musi ;
  6. Mampu mengangkut secara langsung dari angkutan perairan laut dalam ke perairan daratan dan sebaliknya.
  7. Mampu mengangkut dengan volume besar, sepanjang kedalaman dan lebar alur sesuai dengan kapal yang digunakan;
  8. Penggunaan bahan bakar lebih efisien, walaupun semakin tinggi kecepatan kapal penggunaan bahan bakar akan meningkat secara eksponensial, sehingga angkutan perairan lebih sesuai untuk barang dengan nilai rendah dan volume besar;
 
Hubungan antara konsumsi bahan bakar dengan kecepatan kapal
 
jarak tempuh untuk mengangkut satu ton muatan dengan konsumsi bahan bakar yang sama[1]
Tabel 3.1. Perbandingan Konsumsi Energi per Unit Muatan[2]
Moda Rata-rata Minimum Maximum
Perairan pedalaman 1,0 1,0 1,0
Kereta Api barang 1,42 1,0 1,71
Jalan (truk 25 - 38 ton) 3,08 2,47 3,57
9. Mempunyai dampak lingkungan lebih rendah bila dibandingkan jalan dan rel;
Tabel 3.2. Perbandingan Dampak Lingkungan Per ton-kilometer[3]
Beban lingkungan Jalan Kereta api Pelayaran pedalaman
Gas Rumah Kaca (g CO2 Eq) 59,0 28,0 22,0
Gas beracun NOx, SO2 (ppm) 16,7 7,2 9,8
Smog ( g NOx dan HC) 0,84 0,35 0,47
10. Lebih ekonomis untuk angkutan barang curah pada jarak relatif panjang;
Tabel 3.3 Perbandingan Biaya Angkut per Unit Muatan[3]
Moda US c/ton mile Relatif terhadap moda air
Perairan 0,75 1
Pipa 1,45 2
Kereta api 2,3 3
Jalan 26,2 35
Udara 61,2 82

Kelemahan

sunting

Pada sisi lain, karakteristik angkutan perairan daratan juga mempunyai kelemahan antara lain:

  • Mempunyai hambatan alam (tergantung pada kedalaman dan kelebaran alur);
  • Fluktuasi air pada musim kemarau;
  • Pada musim hujan terkadang terjadi banjir;
  • Rawan terjadinya pendangkalan dan erosi tebing sungai;
  • Kecepatan relatif lebih rendah;
  • Tingkat reliabilitas kurang terjaga;
  • Kurang fleksibel karena jangkauan daerah (catchment area) yang kecil di sepanjang aliran alur saja;
  • Aksesibiltas rendah karena terkadang sulit dijangkau dari jalan;
  • Ada kecenderungan angkutan untuk over capacity;
  • Investasi tinggi untuk kapal baru;
  • Tingkat kenyamanan yang rendah untuk angkutan penumpang;
  • Budaya yang konservatif dan tradisional pada operasional penyediaan jasa angkutan perairan daratan;
  • Peran yang kecil (modal share) pada sistem transportasi; dan
  • Waktu operasi terbatas karena pada malam hari sulit berlayar dengan sarana bantu navigasi yang terbatas.

Angkutan perairan daratan bisa berkembang bila ada faktor-faktor lain yang mendukung, seperti:

  • Kemacetan di jalan raya;
  • Disediakan fasilitas pergudangan di atas air (gudang yang mengambang);
  • Efisiensi angkutan perairan daratan ditingkatkan; dan
  • Terjadi peningkatan biaya pada transportasi jalan raya.

Jarak Perjalanan

sunting
 
Keekonomian moda angkutan jalan, kereta api dan laut

Masing-masing moda mempunyai keunggulan berdasarkan jarak, untuk jarak pendek akan lebih menguntungkan untuk menggunakan moda jalan, jarak menengah kereta api sedang jarak jauh menggunakan moda air seperti ditunjukkan dalam gambar berikut.

Masih ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan yaitu ketersediaan infrastruktur, bila infrastruktur tidak tersedia seperti kereta api hanya terdapat dipulau Jawa dan sebagian Sumatera. Didaerah aliran sungai yang tidak didukung oleh jaringan jalan, moda angkutan tidak punya pilihan lain selain moda air.

Referensi

sunting
  1. Robert A. Pietrowsky, Inland waterways: A Key Part of the US Freight Transportation System, 2009
  2. Department for Environment, Food & Rural Affairs, Freight on Water A New Perspective, London, 2002
  3. 3,0 3,1 Idem