Pelayaran Sungai dan Danau/Prasarana Pelayaran Pedalaman

Prasarana pelayaran pedalaman biasanya berupa prasarana alam berupa sungai yang bisa dimanfaatkan untuk transportasi yang murah, tetapi terkadang ditemukan beberapa permasalahan agar dapat di optimalkan penggunaannya dengan pembuatan kanal, kolam pemindahan kapal ataupun harus dirawat dan di keruk secara reguler terutama pada sungai-sungai yang daerah aliran sungainya tidak terkendali sehingga erosi yang terjadi didaerah aliran sungai pada gilirannya mengakibatkan pendangkalan alur pelayaran.

Alur Pelayaran sunting

 
Potongan melintang alur pelayaran satu arah pada gambar atas dan dua arah pada gambar bawah, alur pelayaran harus dijaga kedalamannya dengan pengerukan secara periodik.

Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari oleh kapal di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta Navigasi dan buku petunjuk-pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang. Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal dilintasan sungai atau danau.. Penguasa alur berkewajiban untuk melakukan perawatan terhadap alur pelayaran, perambuan dan pengendalian penggunaan alur. Persyaratan perawatan harus menjamin: keselamatan berlayar, kelestarian lingkungan, tata ruang perairan dan tata pengairan untuk pekerjaan di sungai dan danau. Perencanaan Alur Pelayaran sangat penting untuk menjaga keselamatan pelayaran. Perencanaan alur pelayaran yang baik dapat mempercepat produktivitas bongkar muat di pelabuhan, lancarnya pergerakan kapal dan dan yang paling utama adalah faktor keselamatan kapal yang berlayar. Data-data yang diperlukan dan harus diketahui untuk mengetahui kondisi hidrografi alur pelayaran perairan daratan adalah:

  1. Kedalaman alur
  2. Pasang surut
  3. Lebar alur
  4. Perubahan geometri/alignment alur
  5. Ruang bebas diatas permukaan air

Kedalaman Alur Pelayaran sunting

 
Kedalaman alur pelayaran

Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal kedalaman air di alur pelayaran harus cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah (LWL) dengan kapal bermuatan maksimum atau kedalaman alur harus lebih besar dibandingkan dengan batas muatan kapal terbesar yang melewatinya, disamping itu kedalam alur Pelayaran harus memperhatikan jarak toleransi dari gerakan kapal yang disebabkan oleh gelombang, angin dan arus.

Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

H = d + G + R + P + S + K

Dimana:

H = Kedalaman alur, m
d = draft kapal, m
G = gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat, m
R = ruang kebebasan bersih untuk:
Kolam 7%-15% dari draft kapal
Alur 10%-15% dari draft kapal
P = Ketelitian pengukuran, m
S = Pengendapan sedimen antara dua pengerukan, m
K = toleransi pengerukan, m

Pasang-surut sunting

Data pasang surut merupakan perubahan naik turunnya permukaan air atau fluktuasi muka air dalam periode tertentu. Untuk mengetahui pasang surut nya permukaan air diperlukan pencatatan yang dapat dilakukan secara manual, mekanik ataupun elektronik. Pencatatan dilakukan terutama pada tempat-tempat:

  1. Sungai atau terusan, pada setiap alur yang padat lalu lintasnya dan perioritas pada sungai atau terusan utama serta dermaga sungai dan tempat-tempat yang rawan terhadap hambatan alur pelayaran.
  2. Danau atau waduk.

Kecepatan Arus sunting

Data kecepatan arus permukaan yang dapat membahayakan keselamatan pelayaran dalam batas kecepatan arus sampai dengan kedalaman 5 meter untuk alur pelayaran pedalaman. Pengukuran dilakukan dengan cara manual, mekanis ataupun elektronik. Tempat pengukuran diutamakan pada lokasi-lokasi yang rawan terhadap kecelakaan, diukur dibagian tengah, kiri dan kanan alur pelayaran. Pengukuran dilakukan sekali dalam sebulan atau sewaktu terjadi kenaikan muka air diatas normal, khususnya dimusim hujan ataupun hujan terjadi dibagian hulu sungai.

Lebar Alur sunting

Lebar alur pelayaran diukur pada posisi air surut terendah (LWS). Lebar alur yang dianjurkan sekurang-kurangnya 24 m. Perubahan geometri/alignment alur adalah perubahan arah alur yang disebabkan :

  • sedinentasi/erosi atau banjir,
  • perubahan permukaan air karena berkurangnya debet air,
  • data perubahan alur yang diperlukan adalah data perubahan mengenai,
  • kedalaman alur,
  • lebar alur,
  • lebar sungai pada kedalaman air pasang tertinggi/banjir,
  • kecepatan arus, serta
  • faktor-faktor penyebab perubahan.

Untuk keselamatan dan kelancaran pelayaran, data perubahan geomatri/alignment alur diprioritaskan pada alur yang perlu segera penanganan terutama yang padat lalu lintusnya.

Ruang bebas sunting

 
Ruang bebas ke bangunan jembatan

Data perubahan ruang bebas diatas permukaan alur pelayaran perairan daratan yang diperlukan adalah :

  1. data ruang bebas antara muka air yang tertinggi dengan bangunan yang terendah yang menyilang alur,
  2. data mengenai adanya rencana pembangunan bangunan yang menyilang alur (jembatan, waduk, kabel listrik/jaringan pipa),
  3. data ruang bebas di atas permukaan air diwaktu pasang tertinggi, dan
  4. data penyebab perubahannya.

Peralatan survei sunting

Peralatan hidrografi yang diperlukan adalah sebagai berikut :

  1. rantai duga, yaitu peralatan untuk menduga kedalaman alur pelayaran perairan daratan atau penyeberangan secara manual, yang berbentuk rantai logam berdiameter 0.2 Cm. panjang 10 meter dan diberi beban/pemberat 2.5 Kg.
  2. Echosounder, yaitu peralatan untuk mengukur kedalaman alur pelayaran secara mekanik atau elektronik dan standar teknis yang boleh dipergunakan untuk pemakaian peralatan ini harus mempunyai ketelitian yang tinggi, dengan angka penyimpangan tidak boleh lebih dari 0.05 %;
  3. current meter, yaitu peralatan untuk mengukur kecepatan arus/aliran air pada alur pelayaran perairan daratan atau penyeberangan secara mekanik atau elektronik yang mempunyai ketelitian yang tinggi dan dengan angka penyimpangan tidak boleh lebih dari 0,05 %;
  4. palem, yaitu peralatan untuk mengukur pasang surut air/fluktuasi air pada alur pelayaran perairan daratan secara manual yang berbentuk papan kayu/ fiber glass/logam anti karat yang tahun air, standard teknis peralatan untuk ukuran papan (0,20 x 0,05 x 6) meter, arah memanjang dengan pembagian setiap 5 Cm diberi warna berselang-seling (merah, kuning, merah dan seterusnya), sedangkan warna dasar dengan cat warna putih;
  5. water lavel recorder, yaitu peralatan untuk mengukur paeanu surut air pada alur pelayaran perairan daratan secara mekanik atau elektronik. dan standard teknis peralatan ini harus mempunyai ketelitian yang tinggi angka penyimpangannya tidak boleh melebihi dari 0.05 %;
  6. theodolite, yaitu alat untuk mengukur jarak dan perbedaan tinggi satu tempat terhadap tempat lainnya. dan standard teknis peralatan ini harus mempunyai ketelitian yang tinggi dengan angka penyimpangan tidak boleh besar dari 0,05%;
  7. titik reference, yaitu titik tetap di tepi alur pelayaran perairan daratan yanq dibuat sebagai patokan/pedoman terhadap kedudukan titik nol dari palem, dan titik reference ini tidak boleh terendam air dan mudah dilihat, terbuat dari logam dengan ukuran diameter 2.5 cm, panjang 40 cm ditanamkan ke dalam balok beton cor sedalam 0,40 meter. ukuran balok cor ( 30 x 30 x 100) cm dicat warna kuning dan ditulis angka tertinggi terhadap LLWL.

Perawatan Alur sunting

Untuk menjaga alur pelayaran tetap bisa digunakan sepanjang masa, alur harus dirawat secara reguler.

Hambatan pelayaran sunting

Hambatan pelayaran terjadi karena berbagai faktor, diantaranya karena:

  1. Tonggak-tonggak yang tertanan di sungai
  2. dahan dan atau ranting-ranting serta sampah rumah tangga merupakan gangguan yang besar terhadap pelayaran, sebagaimana dialami oleh bus air yang digunakan di DKI Jakarta[1] yang harus sering-sering membersihkan sampah sari propeler. Di Indonesia sungai masih dianggap tempat mandi, cuci, dan kakus dan juga untuk membuang sampah.
  3. dahan dan atau ranting-ranting kayu yang menjorok ketengah sungai
  4. sisa-sisa penebangan kayu atau hutan yang terbawa oleh hutan yang terbawa arus sungai
  5. balok-balok kayu yang terlepas dari ikatannya
  6. kerangka kapal yang berada dialur pelayaran perairan daratan
  7. batu-batuan dan segala macam endapan atau pendangkalan sungai
  8. jenis tumbuh-tumbuhan/gulma yang tumbuh atau berada dialur pelayaran perairan daratan yang mengganggu khususnya di perairan tropis adalah tanaman seperti eceng gondok (Eichhornia crassipes), terutama pada perairan yang kecepatan arusnya rendah, tanaman semak dipinggir alur. Sungai Musi[2] telah terganggu cukup parah oleh Eceng gondok yang mengganggu pergerakan kapal, karena gulma ini mengganggu keseimbangan ekosystem, mesin kapal atau perahu motor sering mati mendadak gara-gara eceng gondok membelit propeler.
  9. pendangkalan sungai atau alur karena daerah aliran sungai kurang dikendalikan dengan baik dengan banyaknya penebangan liar, daerah pertanian yang pengendalian erosinya buruk, pertambangan, terutama tambang yang membuang sisa hasil tambang (tailing) ke sungai mengakibatkan pendangkalan yang sangat cepat. Untuk itu dibutuhkan pengerukan yang dilakukan secara reguler agar alur pelayaran bisa digunakan secara terus menerus seperti yang dilakukan di Ambang sungai Barito[3]. Kebutuhan dasar pelayaran pedalaman adalah pengendalian kedalaman alur pelayaran. Oleh karena itu pengerukan untuk menjaga kedalaman alur pelayaran perlu dilakukan. Memang biaya menjadi pertimbangan utama dalam melakukan pengerukan tetapi pada bisa dilakukan analisis ekonomi untuk menilai manfaat pengerukan terhadap transportasi perairan daratan. Disamping itu perlu ada gerakan nasional untuk menjaga agar erosi bisa dikendalikan dengan baik di daerah aliran sungai/hinterland sungai yang bersangkutan.
  10. bangunan atau benda-benda yang menyilang alur baik diatas maupun dibawah permukaan air.

Perawatan sunting

Dalam rangka pencegahan terhadap hambatan pelayaran dilakukan program pemeliharaan alur. Tahapan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan alur meliputi kegiatan:

  • penelitian terhadap :
    • lokasi yang akan dibersihkan;
    • jenis dan sumber datangnya hambatan
    • kondisi hambatan (volume);
    • rencana lokasi pembuangan.
  • persiapan operasional terhadap kelengkapan dan tenaga
    • unit kapal pembersih alur;
    • petugas/personil;
    • rencana pelaksanaan pekerjaan;
    • alat-alat perlengkapan lainnya sehubungan dengan pekerjaan pemeliharaan alur.

Teknis Pelaksanaan perawatan sunting

Pelaksanaan pemeliharaan alur pelayaran perairan daratan kegiatan pembersihan dan pengerukan alur pelayaran perairan daratan. Pelaksanaan pemeliharaan alur sebaiknya dilakukan pada saat musim kemarau. atau air surut, atau saat-saat yang diperlukan dan dilakukan mulai dari hilir ke hulu sungai. Pembuangan hasil pembèrsihan alur agar dibuang di suatu tempat pembuangan terdekat yang telah disediakan khusus untuk penampungan, dan tidak menimbulkan pancemaran lingkungan. Pendanaan terhadap Pekerjaan pemeliharaan alur, dlbiayai oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Teknis Pelaksanaan pemeliharaan alur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

  • terhadap tonggak-tonggak yang tertanam di sungai :
    • dengan cara mengikat kemudian diangkat dengan kekuatan darek (crane) atau
    • dengan cara mengikat kemudian ditarik dengan kekuatan tenaga penggerak kapal: atau
    • menggunakan 2 (dua) buah floater yang berisi air dan diikatkan pada bagian bawah tonggak tersebut. kemudian air da1am'Iloater tersebut
    • dipompa keluar sehingga tonggak tersebut terangkat;
    • apabila cara-cara tersebut tidak berhasil maka pada lokasi tersebut dipasang rambu sungai yang sesuai dengan peruntukannya.
  • terhadan dahan dan/atau ranting-ranting kayu yang hanyut dan sisa-sisa penebangan hutan, dapat dikumpulkan dengan Jala kemudian diangkat dan dimasukan kedalam tongkang untuk dibuang ke lokasi pembuangan:
  • terhadap dahan dan/atau ranting-ranting kayu yang menjarah ke sungai, dilaksanakan dengan menebang seluruh dahan dan/atau ranting-ranting kayu yang menjorok kesungai. kemudian dimasukkan kedalam tongkag untuk dibuang ke lokasi pembuangan:
  • terhadap balok-balok kayu yang terlepas dari ikatannya. maka balok-balok tersebut dikumpulkan, diteliti dan dicatat kemudian dibawa/digandeng ke tempat pos yang terdekat, selanjutnya dapat dikembalikan kepada pemilik dengan beberapa persyaratan/peringatan dan/atau sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku;
  • terhadap kerangka kapal, dapat dilaksanakan dangan cara mengikat kerangka kapal untuk kemudian diangkat dengan derek/crane, atau ditarik dengan kekuatan tenaga kapal dan bila tidak memungkinkan, maka di lokasi tersebut dilengkapi dengan rambu sesuai peruntukannya;
  • terhadap batu~batuan, dapat dilaksanakan terlebih dahulu dengan meneliti Jenis/kondisi dan lokasi batu-butuannya. bila dimungkinan diangkat dengan menggunakan derek/crane atau ditarik dengan kekuatan tenaga kapal, dan bila tidak mungkin dihancurkan dengan dinamit, dan bila tidak memungkinkan juga maka pada lokasi tersebut dipasang rambu sesuai dengan peruntukannya;
  • terhadap Jenis tumbuh-tumbuhan (rumput echornia):
    • dalam kelompok kecil, dapat dengan menggunakan Jala yang kemudian dimasukan ke dalam tongkang untuk dibuang ke lokasi pembuangan ;
    • dalam kelompok besar, untuk tidak menimbulkan kerusakan linxkun?an maka dapat mengnunakan zat kimia antara lain Kranaxon dengan cara disemprotkan sehingga akan terjadi pembusukan yang kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam tongkang untuk dibuang ke lokasi pembuangan;
  • terhadap pendangkalan/pengendapan :
    • meneliti terhadap pendangkalan
    • meneliti terhadap lokasi rawan erosi yang disertai dengan usaha-usaha untuk mengatasinya;
    • mengadakan pengerukan alur.
  • pemeliharaan alur pada bagian sungai yang berbelok-belok (meandering). dilakukan dengan merekayasa sungai (river trainning) dengan cara pembuatan krab-krab/tongak/graving pada tepi sungai di lokasi-lokasi terbentu.

Pencegahan sunting

Dalam rangka pencegahan terhadap hambatan pelayaran perlu mengambil langkah-langkah sebagai berikut :

  • mengadakan penelitian terhadap asal atau sumber datangnya hanbatan-hambatan tersebub dan cara pananggulangannya.
  • memberikan kesadaran dan tangguna jawab masyarakat setempat dan menempatkan / memasang papan pengumuman di daerah pemukiman. pabrik-pabrik. daerah penebangan hutan dan di tempat-tempat yang diperlukan melalui Pemerintah Daerah setempat tentang:
    • larangan membuang kotoran / limbah, sampah / sisa-sisa penebangan hutan ke sungai yang dapat membahayakan lalu lintas kapal,
    • meneliti dan mengikat kuat-kuat balok dan 'rakit yang berada dalam lingkup tanggung jawabnya.
  • menempatkan pos-pos pengawasan alur di tepi sungai setiap jarak maksimum 15 km, lengkap dengan petugas pegawai yang memantau alur pelayaran secara rutin,
  • mempersiapkan dan menugaskan petugas / regu-regu khusus pembersihan alur dengan tugas mengadakan pengawasan / pangamatan alur dan pelaksaannya secara rutin.
  • memasang tanda/rambu petunjuk pada lokasi rawan erosi tentang batas kecepatan maksimum bagi pemakai alur:
  • mewajibkan para pemegang/pemilik HPH untuk mangadakan pemugaran sepanjang tepi sungai pada wilayah kerjanya dan/atau penawaran pada daerah-daerah yang diduga sumber datangnya pengotoran sungai dengan ukuran dan konstruksi yang disesuaikan dengan fungsinya untuk menahan datang/hanyutnya segala jenis hambatan/kotoran dari daratan pada saat terbawa air suruh;
  • memberikan rekomendasi terhadap instansi yang akan melaksanakan segala bentuk bangunan/bendu-benda yang akan dibangun menyilang alur pelayaran baik di atas maupun di bawah permukaan air sesuai dengan kondisi dan keadaan penggunaan alur setempat;
  • menbangun/memasang konstruksi turap pada pinggir tebing di tikungan sungai dan atau lokasi rawan erosi.

Terusan sunting

 
Peta Anjir yang menghubungkan beberapa sungai di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan

Untuk memperpendek jarak antara daerah satu dan lainnya[4] dibangun terusan atau kanal yang dalam bahasa setempat disebut antasan atau anjir. Antasan dibangun terutama untuk memperpendek jarak dengan cara menghubungkan dua saluran air, sungai atau danau yang sudah ada sebelumnya.

Berbeda dengan alur pelayaran alam, terusan atau yang dikenal sebagai canal merupakan alur pelayaran buatan yang digunakan untuk mempercepat pelayaran kapal. Tanpa melewati terusan, kapal harus berlayar mengelilingi daratan yang jauh jaraknya. Terusan dapat berupa sungai yang dimodifikasi atau kanal khusus yang dibangun dari awal untuk keperluan tersebut.

Syarat suatu kanal untuk dapat dipakai sebagai terusan adalah kanal tersebut harus memiliki kedalaman yang cukup dengan jenis kapal yang melewati kanal tersebut, minimal 5 m (16,4 kaki). Tujuan dari terusan adalah:

  1. Sebagai jalan singkat dan menghindari rute pelayaran yang lebih jauh.
  2. Sebagai jalan antara dua buah laut atau danau yang tertutup oleh daratan.
  3. Sebagai sarana akses ke lautan bagi kota yang berada jauh di daratan.
  4. Sebagai penghubung dua buah sungai yang menghubungkan dua sungai di Kalimantan, seperti Anjir Kalampan yang menhubungkan Sungai Kahayan dengan Sungai Kapuas, Anjir Serampat yang menghubungkan Sungai Kapuas dan Sungai Barito.

Kolam Pemindahan Kapal sunting

 
Kapal yang sedang melewati pintu/lock berlayar ke tempat yang lebih tinggi. Diawali dengan membuka pintu yang pertama, kemudian pada gambar ditengah kapal masuk ke lock, pintu pertama ditutup dan pintu kedua dibuka baru setelah itu kapal bisa berlayar melanjutkan perjalanan.
 
Kapal yang sedang melewati pintu/lock berlayar ke tempat yang lebih rendah.

Kolam pemindahan kapal atau pintu ataupun dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama Lock merupakan perangkat untuk mengendalikan kedalaman alur pelayaran serta merupakan perangkat untuk mengangkat kapal menuju lintasan yang lebih tinggi ataupun lebih rendah dengan menggunakan prinsip hidrolika.

Cara kerja Kolam Pemindahan kapal sunting

Kapal untuk menuju ketempat yang lebih tinggi masuk keruang pertama pintu ditutup, kemudian air dari ruang kedua dialirkan sampai dengan ketinggian tertentu dan selanjutnya kapal berlayar ke ruang kedua dan seterusnya. Pada gambar berikut ditunjukkan proses penggunaan pintu/lock dari bagian sungai atau kanal yang lebih rendah menuju ketempat yang lebih tinggi melalui suatu lock dan sebaliknya turun menuju tempat yang lebih rendah. Bila ketinggian yang akan dicapai sangat tinggi maka jumlah lock bisa merupan rangkaian beberapa buah lock. Untuk menuju alur yang letaknya lebih rendah dapat dilihat pada gambar berikutnya.

Pintu digunakan di sungai yang dan terusan/canal seperti salah satu yang sangat populer yaitu terusan Suez di Timur Tengah dan terusan Panama di Panama.

Ukuran pintu/lock sunting

Ukuran lock sangat tergantung kepada kapal yang akan menggunakan lintasan yang bersangkutan tentu setelah melalui analisis ekonomi terhadap ukuran, waktu transit di lock, ukuran kapal atau tongkang yang menggunakan lock, jenis lock yang digunakan, tunggal atau beberapa. Pada tabel berikut ditunjukkan ukuran lock yang biasa digunakan:

Tabel 4.1. Dimensi pintu yang bisa digunakan[5]

Lebar, ft Lebar, m Panjang, ft Panjang, m
84 25,6 600 182,7
84 25,6 800 243,6
84 25,6 1200 365,4
110 33,5 600 182,7
110 33,5 800 243,6
110 33,5 1200 365,4
 
Pandangan atas dan potongan memanjang pintu pemindahan kapal/lock

Di Eropah[6] banyak digunakan pintu/lock dengan ukuran panjang 15 m – 21 m saja dan lebar hanya 2,1 m saja yang digunakan untuk kapal penumpang, barang ukuran kecil.

Gambar berikut menunjukkan profil dan pandangan atas Lock[7] dimana bisa dilihat bagian-bagian penting dari suatu pintu/lock, yaitu pintu lock atas maupun bawah yang harus kedap air (kebocoran rendah), dinding pengarah, saluran air untuk mengisi ataupun mengosongkan ruang lock (chamber).

Ukuran kapal/tongkang sunting

Ukuran tongkang yang biasanya digunakan diperairan pedalaman yang biasa digunakan untuk melewati sungai, kanal, kolam pemindahan kapal serta yang bisa masuk juga ke perairan laut, dapat dilihat dalam gambar berikut:

 
Ukuran tongkang yang bisa digunakan dalam pelayaran pedalaman

Jenis tongkang yang digunakan sunting

Jenis tongkang yang diguanakan dapat dikelompokkan atas:

  1. Tongkang yang ditarik kapal tunda
  2. Tongkang Yang didorong

Jumlah tongkang sunting

Jumlah tongkang yang ditarik biasanya hanya 1 tongkang, tetapi tongkang yang didorong dapat sekaligus menarik beberapa buah tongkang sekaligus. Rangkaian tongkang bisa disusun atas dua, empat, enam tongkang sekaligus, untuk itu pertimbangan keekonomian kecepatan bongkar muat serta kedalaman dan lebar alur pelayaran menjadi menjadi perhatian.

Gangguan alur pelayaran pedalaman sunting

Alur pelayaran pedalaman perlu dirawat agar arus lalu lintas kapal tidak dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya:

Gulma sunting

Hal yang menggangu di perairan tropis adalah tanaman seperti eceng gondok (Eichhornia crassipes), terutama pada perairan yang kecepatan arusnya rendah, tanaman semak dipinggir alur. Sungai Musi[8] telah terganggu cukup parah oleh Eceng gondok yang mengganggu pergerakan kapal, karena gulma ini mengganggu keseimbangan ekosystem, mesin kapal atau perahu motor sering mati mendadak gara-gara eceng gondok membelit propeler, sehingga pada gilirannya mengurangi kecepatan serta meningkatkan konsumsi bahan bakar.

Sampah sunting

Seperti halnya gulma, sampah rumah tangga, balok kayu, ranting merupakan gangguan yang besar terhadap pelayaran, sebagaimana dialami oleh bus air yang digunakan di DKI Jakarta[9] yang harus sering-sering membersihkan sampah sari propeler. Di Indonesia sungai masih dianggap tempat mandi, cuci, dan kakus dan juga untuk membuang sampah, permasalahan ini diperparah oleh industri[10] yang membuang limbahnya ke sungai.

Lumpur sunting

Karena daerah aliran sungai kurang dikendalikan dengan baik dengan banyaknya penebangan liar, daerah pertanian yang pengendalian erosinya buruk, pertambangan, terutama tambang yang membuang sisa hasil tambang (tailing) ke sungai mengakibatkan pendangkalan yang sangat cepat. Untuk itu dibutuhkan pengerukan yang dilakukan secara reguler agar alur pelayaran bisa digunakan secara terus menerus seperti yang dilakukan di Ambang sungai Barito[3]. Kebutuhan dasar pelayaran pedalaman adalah pengendalian kedalaman alur pelayaran. Oleh karena itu pengerukan untuk menjaga kedalaman alur pelayaran perlu dilakukan. Memang biaya menjadi pertimbangan utama dalam melakukan pengerukan tetapi pada bisa dilakukan analisis ekonomi untuk menilai manfaat pengerukan terhadap transportasi perairan daratan. Disamping itu perlu ada gerakan nasional untuk menjaga agar erosi bisa dikendalikan dengan baik di daerah aliran sungai/hinterland sungai yang bersangkutan.

Pengerukan Alur sunting

Untuk menjaga alur agar tetap dapat dilayari terutama pada alur pelayaran yang membawa material hasil erosi yang tinggi, perlu dilakukan perawatan alur dengan melakukan pengerukan secara reguler.

Jenis-jenis pengerukan sunting

Capital dredging sunting

Pengerukan ini dilakukan untuk membuat: kolam pelabuhan baru, termasuk alur pelayarannya. Melebarkan dan atau menambah kedalaman kolam pelabuhan / terusan / sungai yang sudah ada.

Alat yang biasa digunakan untuk melakukan pengerukan adalah kapal keruk hisap. Pengerukan ini dilakukan untuk hal-hal berikut:

  1. Navigasi
  2. Infrastruktur

Pengerukan perawatan sunting

Pengerukan perawatan atau disebut juga Maintenance Dredging oleh Trailing Suction Hopper Dredger Dilakukan untuk memelihara dan melindungi fungsi-fungsi dari suatu subyek berkenaan dengan:

  1. aspek-aspek pelayaran / nautical aspects
  2. perlindungan tanah / pantai
  3. nilai-nilai lingkungan

Dalam hal ini aspek-aspek pelayaran menyangkut alur pelayaran, terkait dengan fungsi ekonomi misalnya (bila pelabuhan dangkal maka kapal tidak dapat merapat), serta faktor-faktor alam lainnya seperti sedimentasi dll. Jenis kapal yang sering digunakan adalah trailing suction hopper dredge.

Environmental dredging sunting

Pengerukan dengan alasan untuk memperbaiki lingkungan dari suatu lokasi perairan. Termasuk dalam hal ini adalah memindahkan tanah atau sedimen yang terkena polusi.

Kapal keruk sunting

Untuk melakukan pengerukan digunakan beberapa cara, biasanya menggunakan kapal keruk. Kapal keruk merupakan kapal yang memiliki peralatan khusus untuk melakukan pengerukan. Kapal ini dibuat untuk memenuhi menggerus dasar alur, baik untuk kolam pelabuhan maupun alur pelayaran. Ada beberapa jenis kapal keruk yaitu kapal keruk penghisap, kapal kerukbak lumpur dan kapal keruk jet air.

Kapal Keruk Hisap sunting

Kapal keruk penghisap beroperasi dengan menghisap material melalui pipa panjang seperti vacuum cleaner, digunakan untuk mengeruk dasar alur pelayaran yang tidak keras atau liat seperti pasir dan lumpur. Setelah cairan bercampur lumpur dihisap, material endapan kemudian dipisahkan dari cairan dengan menggunakan sentrifuse.

 
Kapal keruk timba

Kapal Keruk Timba sunting

Kapal keruk timba atau bak lumpur adalah kapal keruk yang dilengkapi dengan bak lumpur yang disusun sedemikian dan digerakkan untuk mengeruk dasar perairan, hasil kerukan kemudian ditampung di tongkang untuk kemudian dibuang ditempat pembuangan lumpur. Pengerukan kanal ataupun sungai dapat dilakukan dari pinggir kanal atau sungai seperti ditunjukkan dalam gambar.

Kapal Keruk Jet Air sunting

Kapal keruk jet air adalah kapal keruk yang menggunakan kekuatan air untuk menggerus dasar perairan. Permasalahan yang timbul adalah material kerukan dapat kembali mendangkalkan alur pelayaran.

Kapal Keruk Backhoe sunting

Kapal keruk backhoe merupakan kapal keruk yang mengeruk perairan dengan menggunakan backhoe. Dalam bentuk yang sederhana bachhoe bisa ditempatkan diatas tongkang atau ponton. Kapal keruk jenis ini bisanya digunakan untuk mengelakukan pekerjaan keruk yang tidak terlalu besar.

Referensi sunting

  1. Waterway, Angkutan Air Masa Depan, Kamis, 2008 Juni 12 Oleh wongbanyumas, [1]
  2. Kompas,Sabtu, 22 April 2006, Eceng Gondok Ganggu Alur Sungai Musi
  3. 3,0 3,1 Alur Barito Bisa Dilayari 24 Jam
  4. Endang Susilowati, Peranan Jaringan Sungai Sebagai Jalur Perdagangan Di Kalimantan Selatan Pada Pertengahan Kedua Abad XIX
  5. US Army Corps of Engineers, Planning and Design of Navigation Locks, Springfield, 1995
  6. Craft and Lock Dimensions
  7. US Army Corps of Engineers, Hydraulic Design of Navigation Locks, Springfield, 1995
  8. Sungai-sungai yang Kalah
  9. Waterway, Angkutan Air Masa Depan, Kamis, 2008 Juni 12 Oleh wongbanyumas,[2]
  10. Limbah Sawit Dibuang ke Sungai