Pembicaraan:Bahasa Indonesia/Ungkapan

   Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
   Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
   Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong)
   Karena ucapan orang itu, Waluyo naik darah.(marah)
   Itulah akibatnya kalau menjadi anak yang berkepala batu. (tidak mau menurut)
   Hati-hati terhadap orang yang besar mulut itu. (suka membual)
   Merah telinganya ketika ia dituduh sebagai koruptor. (marah)
   Karena gelap mata, dia mengamuk di kantor. (hilang kesabaran)
   Lebih baik berputih tulang daripada hidup menanggung malu seperti ini. (mati)
   Ketika kutinggalkan dulu engkau masih merah, sekarang sudah seorang jejaka. (masih bayi)
   Selama pertandingan sepak bola itu, benar-benar dia menjadi bintang lapangan. (pemain yang baik)
   Pidatonya digaraminya dengan lelucon sehingga menarik para pendengarnya. (dibumbui; dihiasi)
   Lagi-lagi aku yang dikambing hitamkan bila timbul keributan di kelas. (orang yang dipersalahkan)
   Maaf, aku tak sudi kaujadikan aku sebagai kuda tunggangmu. (kausuruh-suruh untuk kepentinganmu)
   Kalau rasa permusuhan itu tidak dicabut sampai akar-akarnya, hubungan kalian tak pernah baik. (dihilangkan benar-benar)
   “Gema Tanah Air” sebuah bunga rampai yang disusun oleh H.B. Jassin. (buku yang berisi kumpulan karangan beberapa orang)
   Kalau bekerja dengan setengah hati, hasilnya kurang memuaskan.(tidak sungguh-sungguh)

Mulai diskusi tentang Bahasa Indonesia/Ungkapan

Mulai diskusi baru
Kembali ke halaman "Bahasa Indonesia/Ungkapan".