Sinopsis sunting

Kelompok Saudagar singgah di sebuah pulau bernama Little Garden. Di pulau itu, Para Saudagar mendapat pengalaman luar biasa yang bisa dikenang sampai sekarang.

Lakon sunting

Saudagar Fenisia

Lokasi sunting

Little Garden

Cerita Pendek sunting

Penemu Huruf

"Ayo naikkan barang-barangnya!" Seru seorang awak kapal dari geladak kapalnya.

"Satu. Dua. Tiga!" Teriak mereka sambil beramai-ramai menarik barang menggunakan tali yang besar menuju badan kapal yang tinggi.

         Setiap hari, pekerjaan awak kapal itu adalah mengangkut, menurunkan dan menukar barang. Mereka adalah penjelajah handal yang mempunya kapal besar sebesar gunung. Selain besar, kapalnya juga dilengkapi alat perang yang lengkap. Ada beragam tameng, panah dan tombak. Awak kapalnya pun pandai-pandai. Ada yang pandai navigasi, perang, berjual-beli bahkan pertukangan.

        Meskipun kapalnya besar dan memiliki awak kapal, mereka bukan armada bajak laut. Mereka tidak merampas atau pun merampok harta orang lain. Mereka menjelajahi lautan hanya untuk berdagang. Ya, berdagang. Banyak sekali barang dagangan mereka, seperti kain-kain berwarna cerah, cangkir berbentuk unik, sampai alat berburu yang kuat.

        Saudagar hebat ini berasal dari kawasan yang tidak jauh dari orang Yahudi, mereka menghuni kota-kota yang makmur dan kuat melebihi Yerussalem, yaitu pelabuhan Tirus dan Sidon. Awak kapal hebat ini adalah orang Fenisia, saudagar lautan. Begitulah orang-orang mengenalnya.

         Orang Fenisia senang sekali berpetualang ke berbagai negeri asing. Mereka menjelajahi lautan, dan tinggal di pulau singgahannya untuk berdagang. Rata-rata, orang Fenisia lebih suka tinggal di tempat rantauan. Mereka lebih senang berkelana di tempat-tempat baru dan mendirikan pos-pos dagang. Biasanya, penghuni daerah yang mereka singgahi akan menukarkan bulu-bulu binatang yang halus dan tebal, ataupun bebatuan yang berharga dengan barang dagangannya.

***

         Suatu hari, Saudagar Fenisia berlayar ke sebuah pulau bernama Little Garden. Pulau itu tak terlalu luas, tetapi sangat subur dan kaya rempah-rempah. Penduduknya ramah, mereka menyambut baik saudagar yang melabuhkan kapalnya di bibir pantai. Mereka senang sekali melihat barang dagangan Saudagar Fenisia yang begitu bagus. Terutama, kain-kain yang diwarna merah lembayung.

        Di pulau Little Garden ini saudagar Fenisia merasa lebih dekat dengan kesuksesan. Apa pun yang mereka cari ada di sini. Akan tetapi, siapa sangka Pedagang Fenisia justru mengalami hal yang tak terduga.

Suatu hari, di aula kapal besar.

"Bagaimana ini, aku sungguh pusing." Keluh salah seorang dari mereka.

"Kalau dilihat-lihat, gambar ini mirip seperti burung. Apa maksudnya ya?" Seru yang lain sambil menunjuk sebuah tanda di papirus.

"Kalau tiga garis ini mirip cakar kucing, mungkin maksudnya tanda bahaya, atau hujan? Hehe" Sahut kawannya lagi.

"Aduh! Aku sama sekali tak mengerti." Sambung yang lain sambil meremas kepalanya.

          Saudagar Fenisia itu tengah kesulitan membaca tulisan penduduk Little Garden. Selama menjelajah dari satu tempat ke tempat lain, mereka selalu mempelajari bahasa dan tulisan dari tempat yang mereka singgahi. Bagi mereka, bisa membaca tulisan dari negeri asing sangatlah penting, sebab kegiatan berdagang juga melibatkan tulisan-tulisan. Sama halnya, ketika kalian ingin berbelanja di supermarket, pasti ada tulisan yang bisa kalian temukan, baik di slip harga atau di barangnya sendiri. Bahkan, nama tokonya saja ada tulisannya bukan?

         Sejak dahulu, tulisan itu sangat penting. Bisa membaca juga sangat diutamakan. Oleh sebab itu, saudagar Fenisia berusaha sekali mempelajari tulisan penduduk Little Garden, meskipun tanda yang mereka gunakan begitu rumit. Bentuknya hampir sama dalam setiap huruf, yang membedakan adalah tambahan garis atau kotak yang semakin banyak. Tanda baca setiap hurufnya begitu banyak dan sangat sulit dimengerti. Huruf-huruf penduduk Little Garden tidak jauh rumitnya dengan Hieroglif dari Mesir Kuno, ataupun Huruf Paku. Kedua jenis tulisan ini memakai tanda yang sangat banyak. Tanda-tanda baru terus dibuat paling sedikit satu suku kata, dan tidak mewakili bunyi huruf tunggal.

Kalian bingung? Sama. Begitulah kerumitan yang dirasakan saudagar Fenisia saat mempelajari tulisan penduduk Little Garden.

"Aku punya ide. Kenapa kita tidak menyederhanakan saja huruf-huruf ini?" Seru saudagar itu.

"Maksudmu?" Tanya temannya.

"Iya. Kita ciptakan saja huruf-huruf baru yang lebih sederhana." Jawabnya.

"Caranya?" Sahut temannya penasaran.

"Kalau kita perhatikan, huruf-huruf Little Garden, atau pun negeri-negeri yang sudah kita singgahi itu begitu rumit. Banyak tanda-tanda yang semakin dipelajari semakin memusingkan." Tutur saudagar cerdas itu.

"Benar. Lalu?" Tanya kawannya lagi.

"Kita ciptakan saja huruf sederhana, yang dapat disusun menjadi kata apa saja." Jawabnya.

"Maksudmu, setiap huruf bisa dipakai untuk melambangkan satu bunyi?" Sahut teman yang lain.

"Tepat sekali!" Ucapnya.

          Saudagar pandai itu kemudian berusaha menyusun sendiri huruf-huruf sederhana yang mereka inginkan. Tentu tak mudah. Mereka harus melakukan percobaan berkali-kali, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Simbol satu ke simbol lain mereka coba, coret sana coret sini. Semua mereka lakukan di tengah kesibukan berjual beli.

Hingga suatu ketika, salah satu dari mereka mulai merasa lelah.

"Rasa-rasanya, aku ingin pulang saja." Keluh salah satu saudagar itu.

"Kenapa?" Tanya temannya.

"Aku merindukan kakekku." Jawabnya sambil menggerutu.

"Tunggu dulu, di tempat ini kita sudah dekat dengan impian. Batu mulia, rempah-rempah, mantel berbulu hangat. Apa lagi?" Terang temannya.

"Kamu benar... Tapi aku rindu keluargaku." Ucapnya ketus.

"Jika kita menemukan tanda sederhana itu. Kamu bisa berkirim surat untuk kakekmu." Kawannya berusaha menghibur.

"Betul sekali. Kita juga bisa berkomunikasi dengan saudara kita di pos-pos dagang sana." Ucap kawan lainnya.

"Kita juga bisa dikenal seantero bumi!" Sahut temannya lagi.

"Selain itu, kita bisa mewarisi ilmu untuk generasi selanjutnya." Imbuhnya.

"Baiklah. Tunggu apa lagi. Mari lanjutkan perjuangan kita!" Seru para saudagar itu.

         Orang Fenisia itu kembali melakukan uji coba huruf sederhana yang mereka inginkan. Mereka terus mencobanya di tengah sibuk berdagang. Sebab keluarga, impian juga ilmu telah mengembalikan semangat mereka yang mulai pudar. Hingga pada akhirnya, usaha mereka mulai menunjukkan hasil.

"Kawan-kawan! Coba lihat ini!" Seru salah satu dari mereka sembari menunujukkan coretannya di papirus.

"Sekarang coba kita susun, I, B, U dibaca Ibu." Imbuhnya.

"Wah, menarik! Coba sekali lagi!" Seru teman-temannya.

"B, A, P, A. Bapa. B, A, B, I. Babi. Semua huruf ini berdiri sendiri. Mereka bisa disusun menjadi kata apa pun yang kita mau." Tuturnya sambil menatap tajam teman-temannya.

"Waw! Genius! Bagaimana kamu menemukannya?" Tanya salah satu teman.

"Aku tak tahu. Aku hanya terus melakukannya. Lagi dan lagi." Jawabnya sambil tersenyum puas.

"Akhirnya kita menemukannya! Saatnya dunia ikut bersorak!"

"Horee!!!" Seru mereka bersuka cita.

           Akhirnya, Saudagar Fenisia itu berhasil menemukan huruf sederhana yang mudah dipelajari. Huruf-huruf itu berjumlah dua puluhan. Huruf itu juga bisa membentuk kata apa pun yang mereka mau. Saudagar Fenisia itu, sekarang bisa menulis surat dari tempat rantauan ke tempat asal mereka. Mereka pun mulai menyebarkan huruf temuan mereka kepada siapa pun yang mereka temui. Orang-orang dari negeri asing pun menyambutnya penuh suka cita, sebab huruf temuan mereka sangat mudah dipahami.

            Orang-orang seantero bumi akhirnya mempunyai huruf yang mempermudah komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Mereka menulis segala macam surat, perjanjian dan pernyataan lewat huruf-huruf yang ditemukan Saudagar Fenisia itu. Bahkan, huruf yang sama masih kita gunakan sampai sekarang. Seperti huruf 'B' misalnya.

Jadi, Sudah tahu kan, siapa penemu huruf-huruf sederhana itu, tentu kalian tidak akan lupa dengan orang Fenisia.