Tabuhan Sakral Menyatu dalam Jiwa
Tabuhan Sakral Menyatu dalam Jiwa Pagi itu Uni mengunjungi rumah kakaknya untuk mengerjakan tugas, lebih tepatnya menumpang ngeprint.kebetulan sekali saat itu dia bertemu dengan kakaknya yang sedang menonton televisi. Sekilas uni melihat sebuah gendang kecil, pastinya gendang tersebut punya ponakannya. “Kak, gendangnya diaz yang dulu itu,” tanyanya “Iya, yang dulu dibeliin kakek saat dia menangis karena teman-temannya yang lain sudah punya,” ucap kakaknya sambil terkekeh kecil. Uni ikut terkekeh, dia ingat saat itu anak-anak seumuran ponakannya sangat senang memainkan gendang tersebut. Gendang itu merupakan replika yang dibuat seukuran anak kecil dari alat musik tradisional daerah tempat tinggal Uni, Lombok. Gendang beleq namanya, alat musik tradisional yang sangat sakral untuk masyarakat Lombok. Uni kemudian naik ke lantai dua rumah kakaknya untuk mengerjakan tugas, kebetulan juga ada ponakannya disana yang sedang bermain game. “Kak ating, adek mana?” tanya Uni pada ponakannya “Tadi dia pergi sama temannya, katanya mau nonton gendang Beleq,” jawab ponakannya. “Eeh, nonton dimana?“ Tanya Uni “ Didepan rumah Kakek “ Jawab ponakannya Uni kemudian terdiam, pikirnya pantas saja tadi tetangganya banyak berkumpul didepan rumah. Ternyata akan ada pertunjukkan gendang beleq disana. Dia mengingat, dulu Uni tidak menyukai tabuhan gendang beleq ini. Baginya, suara tabuhan gendang disertai alat musik lain yang mengiringinya akan membuatnya sedih karena terdengar seperti tabuhan kesedihan dari alat musik tersebut. Namun, entah kenapa, ayahnya sangat suka mendengarkan pertunjukkan gendang beleq padanya sejak kecil, sehingga dia sangat tidak menyukainya. Uni tersenyum mengingat kejadian itu, dan kembali mengajak ngobrol ponakannya. “Kenapa nggak ikut nonton sama adek kak?” tanya Uni pada ponakannya. “ Nggak, males aku keluar,” jawab ponakannya “ Nggak baik tau main game terus, ayo nanti ikut tante lihat gendang beleq,” bujuk Uni kepada ponakannya “ Males tante .....” rengek ponakannya “ Panggilin bapaknya nih, main game terus soalnya, mamanya bilang juga tadi ajakin si Fatin keluar sana dia bilang “ ancam Uni kepada ponakannya “Hmmm, iya iyaa ....” jawab ponakannya dengan pasrah. Uni tersenyum kecil, karena keponakannya itu termasuk anak yang jarang bermain diluar rumah apabila teman-temannya tidak mengajaknya bermain duluan. Uni juga dulu seperti keponakannya, tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau gendang beleq tersebut. Dia merasa bercermin pada keponakannya sendiri karena sama-sama tidak suka dengan alat musik tradisional itu. “ Tau nggak kak ating, tante juga dulu nggak terlalu suka sama gendang beleq. Suaran tabuhan sama iringan alat musik lainnya kerasa horror buat tante, seperti akan ada ritual-ritual mengerikan yang akan dilakukan. Tapi itu berubah, sejak tante tau arti dan makna tabuhan gendang beleq itu. Kakek pernah cerita ke tante,kalau gendang beleq mempunyai makna yang sangat mendalam kalau kita menghayatinya. Disana terdapat sebuah pesan moral dalam tabuhan dan iringan musiknya. Makanya dahulu kala, gendang beleq dijadikan sebuah penyabmbut para prajurit setelah pulang dari medan perang. Ada salah satu tabuhannya yang berjudul Anjani. Anjani atau doa orang tua, yang menjadi tabuhan khas gendang beleq yang berisi moral dan pesan orang-orang tua pada zaman dahulu atau pesan-pesan moral nenek moyang kita. Begitulah kakek cerita ke tante. Sekarang setiap mendengar tabuhan gendang beleq, pasti akan membuat tante berkaca-kaca, karena gendang beleq tersebut seperti terikat dalam hati dan jiwa .” cerita Uni kepada ponakannya sambil terlihat berkaca-kaca Keponakan Uni hanya diam dan menyimak dengan serius apa yang Uni ceritakan. Seakan-akan itu sebuah dongeng yang biasa di ceritakan oleh kakenya pada saat dia masih kecil dahulu. Suara tabuhan gendang beleq sudah semakin dekat terdengar dari arah menuju rumah Uni. Seperti yang Uni ceritakan, tabuhan serta iringan musiknya membuat hati dan jiwa seakan-akan menyatu akan keindahan tabuhannya. Uni dan keponakannya sangat antusias melihat pertunjukkan gendang beleq tersebut. Uni melihat kearah ponakannya, dia sangat menikmati pertunjukkan itu seakan-akan tabuhan gendang beleq didepannya menghipnotis. Uni melihat dari sorot mata keponakannya, seperti dia dulu yang sadar akan betapa sakralnya gendang beleq untuk dirinya. “ Bagus kan kak? Tante juga dulu seperti itu, terpaku melihat dan mendengar tabuhan gendang beleq,” bisik Uni pada ponakannya. “ Yaaah, awalnya berisik tan, tapi semakin lama didengar dan dihayati, jiwaku semakin penasaran akan bagaimana gagahnya para prajurit saat itu dengan bangganya pulang dari medan perang, “ Jawab ponakannya sambil berbisik. Uni terkekeh pelan, lalu kembali menyaksikan pertunjukkan gendang beleq itu dengan perasaan bangga dan haru. Entah mengapa, setiap tabuhan dan iringan musik gendang beleq tersebut, akan membawa jiwanya seakan-akan merasakan makna dari setiap tabuhannya. Uni pun bertekad hingga dewasa nanti, dia ingin terus bisa melihat, melestarikan, dan tetap menceritakan gendang beleq ini kepada teman, adik-adik,orang-orang disekitarnya, hingga menceritakan kepada dunia akan agungnya gendang beleq tersebut
Bagian ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikibuku Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini. |