Jika perang Bharata Yuddha terjadi selama delapan belas hari, maka perang Troya terjadi selama sepuluh tahun, di mana bangsa Yunani bersatu mengepung Kota Troya dikarenakan istri raja Sparta yang bernama Helena telah diculik oleh Paris, pangeran dari Troya. Konon perang ini terjadi sekitar tahun 1250 Sebelum Masehi di daerah Dardanella, yang sekarang terletak di sebelah barat laut Turki.

Berikut saya telah meringkas jalannya peperangan tersebut mulai dari latar belakang sampai dengan kehancuran Kota Troya. Sumber utama dari kisah ini adalah rangkaian puisi yang dituturkan penyair Homerus dalam karyanya yang berjudul “Iliad”.

Kelahiran Paris

Raja Troya bernama Priamus memiliki permaisuri bernama Hecuba. Ketika mengandung anak kedua, Hecuba bermimpi telah melahirkan seonggok kayu yang menyala. Aesacus, anak Priamus dari istri sebelumnya meramalkan bahwa Hecuba akan melahirkan bayi yang kelak menyebabkan kehancuran Kota Troya. Karena ngeri membayangkan ramalan itu, Hecuba pun membuang bayinya setelah lahir di Gunung Ida.

Namun bayi tersebut tidak mati, bahkan disusui oleh seekor beruang betina. Bayi itu kemudian dipungut oleh seorang penggembala baik hati dan diasuh bagaikan anak sendiri. Ia diberi nama Paris.

Paris tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan dan bertubuh bagus. Ia juga gagah berani dalam melindungi ternak dari serangan perampok atau binatang buas, sehingga masyarakat setempat menjulukinya sebagai Alexandrus, atau pelindung manusia.

Paris alias Alexandrus.

Apel pertengkaran

Tersebutlah seorang peri laut yang cantik bernama Thetis. Kecantikannya membuat Zeus sang raja dewa dan Poseidon sang penguasa lautan jatuh hati dan ingin menikahinya. Namun mereka mengurungkan niat karena mendengar ramalan bahwa kelak anak yang akan dilahirkan Thetis akan berjaya mengungguli ayahnya.

Thetis akhirnya menikah dengan seorang manusia bernama Peleus. Pernikahan mereka begitu meriah dan dihadiri banyak dewa-dewi. Ada seorang dewi yang ternyata tidak diundang, yaitu Eris, si dewi pertengkaran. Ia pun mengacaukan perkawinan itu dengan melemparkan sebutir apel emas bertuliskan “untuk yang tercantik” ke tengah-tengah pesta.

Para wanita yang hadir bertengkar memperebutkan apel emas tersebut. Sampai akhirnya, pihak yang berebut hanya tinggal tiga orang dewi saja, yaitu Hera, Athena, dan Aphrodite. Karena ketiganya tidak ada yang mau mengalah, maka Zeus pun memerintahkan Hermes untuk mencari Paris selaku manusia paling tampan di dunia sebagai juri bagi ketiga dewi yang berselisih.

Hermes menyampaikan pesan ketiga dewi kepada Paris di Gunung Ida. Hera menjanjikan berkah kekuasaan jika ia dipilih sebagai yang tercantik. Athena menjanjikan berkah kejayaan jika ia yang dipilih. Sementara itu Aphrodite sang dewi asmara berjanji akan memberikan manusia tercantik di dunia jika Paris memilihnya sebagai dewi paling cantik. Paris akhirnya memilih Aphrodite sebagai dewi yang berhak mendapatkan apel emas tersebut, dan tentu saja membuat Hera dan Athena sakit hati kepadanya.

Kembalinya Paris

Paris kemudian menikah dengan peri hutan bernama Cenone. Namun kebahagiaan mereka hanya berlangsung singkat karena Paris berangkat ke Kota Troya untuk menyaksikan acara pertandingan ketangkasan yang diselenggarakan raja. Dalam acara itu, Paris berani masuk gelanggang dan bertanding melawan Hector, putra sulung Priamus. Pertarungan antara putra mahkota melawan seorang penggembala muda itu nyaris memicu terjadinya keributan.

Anak perempuan Priamus yang memiliki bakat meramal, bernama Cassandra, mengenali Paris yang merupakan saudaranya sendiri. Ia pun mengumumkan hal itu kepada Priamus dan Hecuba. Melihat putra yang dibuang sejak bayi telah tumbuh menjadi pemuda tampan dan gagah berani, Priamus dan Hecuba pun menerima Paris menjadi anggota istana, serta melupakan segala ramalan buruk tentang kehancuran Kota Troya kelak.

Penculikan Helena

Priamus sangat menyayangi dan mempercayai Paris. Suatu hari ia mengutus Paris menjadi duta besar untuk menemui Menelaus, raja Sparta. Sebelum berangkat, Paris mendapat pesan dari Cassandra supaya tidak membawa seorang wanita dari Yunani, karena hal ini diramalkan bisa menjadi malapetaka untuk keluarga Priamus dan Kota Troya.

Paris tiba di Sparta dan disambut oleh Menelaus beserta istrinya yang cantik jelita, bernama Helena. Kebetulan Menelaus harus pergi menghadiri pemakaman pamannya, sehingga ia pun meninggalkan Paris tanpa curiga. Pada saat itulah Aphrodite memenuhi janjinya kepada Paris, yaitu menghadiahkan seorang wanita paling cantik di dunia. Ia pun menghidupkan rasa cinta di hati Helena kepada Paris, sehingga permaisuri Sparta itu tidak menolak saat Paris membawanya pergi menuju Troya.

Menelaus yang mendengar penculikan istrinya segera melapor kepada kakaknya, yaitu Agamemnon raja Mycenae, yang merupakan raja paling kuat di seluruh Yunani. Mereka berdua lalu pergi menemui Nestor, raja tua bijaksana di Pylos. Nestor menyarankan agar Agamemnon dan Menelaus menagih janji para raja dan pangeran yang dulu telah bersumpah setia melindungi Helena bersama-sama.

Helena adalah perempuan paling cantik di dunia yang menjadi rebutan para raja dan pangeran di seluruh penjuru Yunani. Bersama-sama mereka melamar dan mengepung Sparta. Demi menjaga perdamaian, Odysseus raja Ithaca yang cerdik mengumumkan agar para pelamar merelakan siapa saja yang dipilih Helena sebagai suami, serta mereka semua harus berjanji untuk ikut serta menjaga dan melindungi perkawinan tersebut. Setelah para pelamar setuju, Helena pun menjatuhkan pilihan kepada seorang pangeran bernama Menelaus. Tidak hanya itu, kakak perempuan Helena yang bernama Clytaimnestra juga dinikahkan dengan Agamemnon, kakak Menelaus. Setelah pernikahan tersebut, Clytaimnestra mengikuti Agamemnon sebagai permaisuri di Mycenae, sedangkan Menelaus menggantikan sang mertua menjadi raja di Sparta, didampingi Helena.

Helena dan Paris.

Memaksa Odysseus bergabung

Saat itu para raja dan pangeran yang pernah melamar Helena segera menyatakan diri untuk mendukung Agamemnon dan Menelaus merebut kembali Helena. Banyak juga para kesatria yang tidak ikut melamar Helena, namun secara sukarela ikut bergabung demi kehormatan Yunani, setelah mendengar seruan bijak dari Palamedes, duta yang dikirim Agamemnon. Namun, Odysseus yang dulu mengusulkan perjanjian tersebut justru berusaha menghindar karena mendengar ramalan bahwa perang melawan Troya akan memakan waktu sangat panjang.

Saat itu Odysseus hidup bahagia bersama istrinya yang bernama Penelope, serta bayi mereka yang bernama Telemachus. Palamedes datang ke Ithaca dan melihat Odyssseus pura-pura gila, yaitu membajak sawah menggunakan kuda, dan menaburi tanah dengan garam sebagai pengganti pupuk. Palamedes pun merebut bayi Telemachus dari tangan Penelope dan meletakkannya di depan mata bajak yang digerakkan Odysseus. Dengan cekatan, Odysseus berhasil mengangkat mata bajaknya sehingga Palamedes dapat membuktikan bahwa ia sebenarnya tidak gila.

Odysseus pura-pura gila.

Menemukan Achilles

Achilles adalah putra Peleus dan Thetis yang diramalkan memiliki kejayaan melebihi ayahnya. Sebagai seorang peri, Thetis dapat membawa bayi Achilles untuk dimandikan di Sungai Styx, yaitu sebuah sungai yang mengalir di alam baka. Dengan mandi di sungai itu, Achilles memiliki kekebalan di sekujur tubuhnya, kecuali bagian tumit kanan. Hal itu karena Thetis memegangi tumit kanan bayi Achilles saat mencelupkannya ke dalam aliran sungai.

Ketika Achilles berusia sembilan tahun, Thetis mendapatkan ramalan bahwa anaknya itu akan berumur panjang tetapi menjadi manusia biasa, atau berumur pendek tetapi namanya dikenang sepaanjang masa. Thetis berharap ramalan yang pertama terjadi pada anaknya, sehingga ia pun menyembunyikan Achilles di Pulau Scyros.

Ketika Agamemnon mengumpulkan sekutu untuk menyerang Troya, usia Achilles masih lima belas tahun. Namun kepandaiannya dalam bertempur sudah melebihi pria dewasa, hasil berguru kepada Chiron, sang centaur sakti. Seorang peramal hebat bernama Calchas mengatakan bahwa pasukan Yunani harus dipimpin Achilles sebagai panglima, yang saat ini bersembunyi di Pulau Scyros. Agamemnon pun mengirim Odysseus untuk menemukan Achilles.

Saat itu Achilles didandani ibunya menjadi perempuan supaya tidak ikut Perang Troya. Odysseus datang dengan menyamar sebagai pedagang perhiasan. Para wanita pun berdatangan karena tertarik, kecuali perempuan samaran Achilles yang justru tertarik melihat pedang yang dibawa Odysseus. Supaya lebih yakin, Odysseus pun meniup terompet perang, membuat Achilles tidak dapat menahan diri sehingga membuka penyamarannya.

Peleus mengizinkan anaknya bergabung dengan pasukan Yunani. Ia menyertakan Patroclus dan pasukan Myrmidon bersama keberangkatan Achilles.

Odysseus menemukan Achilles.

Persiapan perang

Tak terasa, Agamemnon menghabiskan waktu sepuluh tahun untuk mengumpulkan sekutu sebanyak-banyaknya dalam usaha menyerbu Kota Troya. Ini menimbulkan dugaan bahwa tujuan utama Agamemnon bukanlah untuk mengembalikan Helena ke tangan Menelaus, adiknya, tetapi untuk menguasai kota makmur tersebut. Bagaimana tidak, letak Troya sangat strategis, dan menjadi pintu masuk yang menghubungkan Yunani dengan benua Asia.

Mula-mula Menelaus dan Odysseus datang ke Troya sebagai duta untuk meminta Helena secara baik-baik, atau perang melawan Yunani tidak bisa dihindari lagi. Mereka menginap di rumah Antenor, adik ipar Priamus. Priamus sendiri menerima kedua duta ini dengan sangat baik, tetapi menyatakan diri tidak akan mengembalikan Helena yang sudah menjadi istri Paris, anaknya.

Kedua duta pun kembali ke Yunani dan menyampaikan bahwa pihak Troya memilih perang. Agamemnon segera mengumpulkan pasukannya di pelabuhan Aulis. Ribuan kapal telah bersiaga siap untuk berangkat. Pada saat upacara pemberangkatan, terlihat seekor ular menyerang sarang burung pipit. Ular itu melahap sembilan anak burung satu per satu, kemudian melahap induknya pula. Calchas meramalkan bahwa pengepungan Kota Troya akan menghabiskan waktu selama sepuluh tahun.

Pertempuran yang keliru

Pasukan Yunani mulai berlayar menuju Troya. Mereka keliru mendarat dan menyerang Mysia. Raja negeri itu bernama Telephus, anak pahlawan besar Hercules, berhasil memukul mundur pasukan tersebut kembali ke kapal. Namun ia kemudian terluka oleh tombak Achilles.

Agamemnon membawa pasukannya kembali ke Aulis. Dalam perjalanan itu Achilles merawat Patroclus yang terluka saat bertempur melawan Telephus. Sejak kejadian tersebut, Achilles dan Patroclus menjadi sahabat karib sehidup semati.

Telephus sendiri tidak kunjung sembuh dari lukanya. Ia mendapatkan ramalan bahwa orang yang bisa menyembuhkannya adalah orang yang telah melukainya. Maka, ia pun berangkat ke Aulis meminta pertolongan Achilles. Sebaliknya, Odysseus meminta tolong supaya Telephus menjadi penunjuk jalan menuju Troya yang sebenarnya. Telephus setuju, dan ia pun diobati Achilles sampai sembuh.

Pelayaran kedua

Saat hendak berlayar untuk yang kedua kalinya, Agamemnon tanpa sengaja membunuh seekor rusa betina, yang merupakan hewan keramat kesayangan Dewi Artemis. Sang dewi pun marah dan mengirim angin badai untuk menghalangi kapal-kapal Yunani berlayar.

Calchas meramalkan, badai tersebut akan reda jika Agamemnon mengorbankan putrinya yang bernama Iphigenia. Dengan berat hati, Agamemnon pun mengadakan upacara pengorbanan nyawa Iphigenia. Tanpa sepengetahuan semua orang, Artemis muncul dan membawa pergi Iphigenia menjadi pengikutnya.

Badai pun reda sehingga kapal dapat berlayar menuju Troya dengan dipandu Telephus. Ketika singgah di Pulau Lemnos, seorang kesatria ahli waris panah Hercules bernama Philoctetes digigit ular kakinya. Karena lukanya busuk dan berbau, Agamemnon mengusirnya keluar dari pasukan. Odysseus menyarankan agar Philoctetes ditinggalkan di Pulau Lemnos saja untuk menerima takdirnya.

Artemis menyelamatkan Iphigenia.

Awal peperangan

Pihak Troya sendiri juga menghimpun sekutu dari berbagai penjuru, meskipun jumlahnya tidak sebanyak musuh. Karena Priamus sudah tua, maka yang menjadi panglima adalah Hector, putra sulungnya.

Ketika kapal-kapal Yunani sudah mendekat, Hector memimpin pasukan menghadang mereka. Di pihak Yunani terjadi kebimbangan karena mereka mendengar ramalan, barangsiapa mendarat pertama kali di tanah Troya, maka ia akan menjadi korban pertama dalam perang tersebut. Protesilaus yang gagah berani mengabaikan ramalan itu. Ia mendarat pertama kali dan mengamuk menyerang pasukan Troya. Akhirnya, ia pun mati di tangan Hector.

Achilles memimpin pasukan Yunani menghalau pasukan Troya. Karena jumlah musuh lebih besar, Hector pun menarik mundur pasukannya ke dalam kota. Kota Troya dilindungi dinding tebal yang membuatnya tidak dapat ditembus sampai bertahun-tahun.

Protesilaus menjadi korban pertama.

Fitnah untuk Palamedes

Pertempuran antara pihak Yunani dan Troya terjadi berlarut-larut sekian lama tanpa kepastian. Pada saat itulah Odysseus merencanakan aksi balas dendam kepada Palamedes.

Palamedes adalah kesatria Yunani yang berjasa mengumpulkan para raja dan pangeran menjadi sekutu Agamemnon. Kejujuran dan kebaikan hatinya membuat ia banyak disukai orang, kecuali Odysseus raja Ithaca yang menyimpan dendam karena merasa telah dipisahkan dari istri dan anaknya yang masih kecil.

Odysseus kemudian menulis surat palsu dari Priamus yang isinya berterima kasih atas bantuan informasi yang diberikan Palamedes. Saat surat tersebut ditemukan, Palamedes segera ditangkap untuk diadili. Lebih-lebih di dalam kemah tersebut juga ditemukan sejumlah mata uang Troya yang sengaja ditaruh Odysseus.

Agamemnon menjatuhkan hukuman mati kepada Palamedes yang dituduh telah berkhianat menjadi mata-mata Troya. Meskipun sadar telah difitnah, Palamedes sama sekali tidak membantah karena bukti-bukti yang memberatkan dirinya begitu banyak. Kesatria cerdik dan bijaksana itu akhirnya mendapat hukuman dilempari batu sampai mati.

Kemarahan Achilles

Pada tahun kesepuluh, terjadi peristiwa pertengkaran antara Agamemnon dan Achilles. Pihak Yunani yang mengepung Troya selama bertahun-tahun tentu saja menjarah daerah-daerah lainnya demi mendapatkan bahan makanan dan sebagainya. Ketika menyerbu Kota Pedasus, Agamemnon menawan seorang gadis bernama Chryseis, sedangkan Achilles mendapatkan tawanan pula bernama Briseis.

Ayah Chryseis adalah pendeta kuil Apollo yang bernama Chryses. Ia datang ke kemah Agamemnon memohon supaya putrinya dibebaskan. Agamemnon marah-marah dan mengusir pendeta itu. Chryses yang sedih berdoa kepada Apollo supaya menghukum keserakahan Agamemnon. Dewa Apollo pun menurunkan wabah penyakit yang melanda perkemahan pasukan Yunani. Banyak sekali prajurit yang meninggal akibat wabah tersebut.

Calchas meramalkan bahwa wabah penyakit itu akan lenyap jika Chryseis dikembalikan kepada ayahnya. Achilles berjanji melindungi Calchas untuk melaporkan itu kepada Aagamemnon. Agamemnon sendiri masih kesal kepada Calchas sejak dirinya kehilangan Iphigenia. Ia pun memaki Calchas sebagai dukun setan serta menuduhnya telah bersekongkol dengan Achilles. Ia bersedia mengembalikan Chryseis dengan syarat meminta Briseis, gadis tawanan Achilles, sebagai gantinya.

Achilles ganti memaki Agamemnon sebagai raja yang rakus. Pertengkaran pun terjadi dan hampir saja ia membunuh Agamemnon jika Dewi Athena tidak datang menyabarkannya. Achilles akhirnya bersedia menyerahkan Briseis namun ia menolak melanjutkan perang melawan Troya.

Odysseus ditugasi mengantarkan Chryseis kembali kepada ayahnya. Chryses kemudian berdoa kepada Apollo supaya mencabut wabah penyakit yang melanda perkemahan Yunani. Doa tersebut dikabulkan. Agamemnon kemudian mengirim orang untuk mengambil Briseis dari tangan Achilles.

Briseis merasa berat berpisah karena selama ini ia diperlakukan dengan baik oleh Achilles. Namun Achilles sendiri tidak kuasa membantah rajanya yang angkuh. Ia memilih menyepi di kemahnya dan tidak peduli lagi dengan perang melawan Troya. Ia juga meminta kepada ibunya untuk menyampaikan kepada Dewa Zeus agar memberkahi pihak Troya, supaya pihak Yunani sadar bahwa tanpa dirinya kemenangan sulit diperoleh. Thetis pun mengabulkan keinginan anaknya itu.

Pertarungan Menelaus dan Paris

Dengan mundurnya Achilles, semangat pasukan Troya menjadi lebih berkobar. Paris yang sering disindir Hector sebagai penyebab terjadinya perang memutuskan untuk menantang kesatria Yunani bertanding melawan dirinya. Dari pihak Yunani majulah Menelaus yang menyimpan dendam atas penculikan istrinya. Perjanjian pun disepakati. Barangsiapa yang menang, maka Helena menjadi miliknya, serta berhak menguasai seluruh harta kekayaan pihak yang kalah. Sementara itu, barangsiapa yang kalah akan dimakamkan secara baik-baik dan tidak akan dirusak mayatnya.

Sebelum perang tanding dimulai, Agamemnon membuat persembahan kepada Dewa Zeus supaya memberikan kesialan kepada pihak yang melanggar perjanjian. Dalam pertarungan itu, Menelaus berhasil membuat Paris terdesak. Ketika Menelaus hampir membunuh lawannya, Dewi Aphrodite turun tangan dan menyelamatkan Paris. Menelaus marah-marah dan menantang Paris supaya keluar melanjutkan pertandingan. Pada saat itulah seorang sekutu Troya bernama Pandarus melepaskan panah dan melukai Menelaus.

Agamemnon memerintahkan Machaon untuk mengobati luka adiknya. Ia memprotes pihak Troya yang melanggar perjanjian. Perang pun berlanjut kembali.

Menelaus menarik helm Paris.

Diomedes melukai Aphrodite dan Ares

Diomedes adalah sekutu Yunani yang sangat disayangi Dewi Athena. Setelah pertandingan Paris dan Menelaus dinyatakan gagal, ia mengamuk menyerang pasukan Troya dan banyak membunuh musuh, antara lain Pandarus si pemanah ulung. Sampai akhirnya ia bertempur melawan Aeneas, putra Dewi Aphrodite.

Aphrodite tidak tega melihat putranya jatuh pingsan terkena senjata Diomedes. Ia pun menyelamatkan Aeneas dan membawanya pergi. Diomedes mengejar dan berhasil melukai lengan Aphrodite. Aphrodite menangis dan mengadu kepada Ares, kakaknya.

Ares sang dewa perang mengamuk menghadapi Diomedes. Melihat itu, Athena turun tangan pula membela Diomedes. Atas bimbingan sang dewi, Diomedes berhasil melukai Ares. Athena kemudian mengajak pergi Ares kembali ke Gunung Olympus. Di sana, Dewa Zeus menegur Ares karena terlalu banyak ikut campur dalam Perang Troya.

Athena membantu Diomedes melukai Ares.

Pertarungan Hector dan Ajax

Hari berikutnya Hector kembali menantang kesatria dari pihak Yunani untuk melakukan perang tanding seperti yang telah dilakukan Paris dan Menelaus. Karena tidak ada Achilles, maka diadakan undian di antara para kesatria Yunani untuk menentukan siapa yang harus menghadapi Hector. Ternyata undian jatuh kepada Ajax putra Telamon.

Dalam pasukan Yunani terdapat dua orang kesatria bernama Ajax yang sering bertempur berdampingan. Yang satu adalah putra Telamon yang bertubuh tinggi besar, sehingga kadang disebut Ajax Besar, sedangkan yang satu lagi bertubuh lebih kecil, yaitu Ajax putra Oileus.

Dalam pertandingan itu Ajax Besar maju menghadapi Hector. Ajax memiliki tenaga yang lebih kuat, sedangkan Hector lebih lincah dan gesit. Sebenarnya mereka masih bersaudara sepupu karena ibu Ajax adalah Hessione, adik perempuan Priamus, ayah Hector. Keduanya terus-menerus bertarung, tiada yang menang, juga tiada yang kalah. Ketika matahari terbenam, pertandingan tersebut dinyatakan berakhir.

Sebagai kenang-kenangan, Ajax menyerahkan ikat pinggangnya kepada Hector, sedangkan Hector menyerahkan pedangnya yang terbuat dari perak kepada Ajax. Kedua kesatria itu lalu kembali ke pasukan masing-masing. Tak disangka, kedua benda tersebut kelak menjadi benda yang mengiringi kematian mereka berdua.

Ajax melawan Hector.

Kematian Patroclus

Pihak Yunani semakin hari semakin terdesak, membuat Agamemnon berjanji kepada Achilles akan mengembalikan Briseis, ditambah dengan putrinya pula. Namun Achilles yang terlanjur sakit hati tidak sudi menerimanya, dan tetap menolak kembali ke pertempuran.

Sementara itu serangan Hector semakin tak terbendung. Beberapa kapal Yunani hancur akibat dibakar prajurit Troya. Peristiwa ini membuat Patroclus prihatin. Atas saran dari Nestor, ia pun memohon Achilles agar meminjamkan baju zirah dan kereta perang untuk menghadapi Hector. Achilles sendiri memang sakit hati kepada Agamemnon, namun ia juga tidak tega melihat para prajurit Yunani berjatuhan. Maka, ia pun menyerahkan apa yang dipinjam Patroclus, dengan syarat hanya untuk melindungi kapal-kapal dan perkemahan Yunani.

Dengan memakai baju zirah dan mengendarai kereta perang tersebut, Patroclus memimpin pasukan Yunani mengusir musuh. Pihak Troya gentar karena mengira Achilles kembali terjun ke pertempuran. Hector pun memerintahkan pasukannya mundur. Patroclus melupakan pesan Achilles. Ia mengejar Hector yang mundur sampai mendekati dinding Troya. Di sana ia mengamuk membunuh banyak sekutu Troya, di antaranya adalah Sarpedon yang berpengalaman. Namun, kesatria muda itu akhirnya gugur pula di tangan Hector yang mendapat bimbingan dari Dewa Apollo.

Hector melucuti dan merampas baju zirah yang dipakai Patroclus. Menelaus dan Ajax Besar datang menggempur Hector dan berhasil merebut mayat Patroclus, serta membawanya kembali ke perkemahan.

Menelaus merebut mayat Patroclus.

Kematian Hector

Achilles sangat sedih menangisi kematian sahabat karibnya. Ia pun bersumpah tidak akan menyelenggarakan pemakaman Patroclus jika belum membunuh Hector beserta dua belas kesatria Troya sebagai korban. Semangatnya kembali menyala dan ia menyatakan diri kembali bertempur di pihak Yunani, serta berbaikan dengan Agamemnon.

Mendengar anaknya kembali maju perang, Thetis pun memohon kepada Dewa Hephaestus supaya membuatkan baju zirah baru. Permintaan itu dikabulkan. Achilles mendapatkan baju zirah baru yang lebih bagus dan kuat dibandingkan dengan baju zirah milik para kesatria lainnya.

Achilles kembali memimpin pertempuran. Pasukan Troya berhasil dipukul mundur sampai di depan dinding kota. Di situlah ia berhadapan dengan Hector. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Hector dihinggapi rasa gentar. Ia pun berlari menghindari Achilles sampai tiga kali mengelilingi tembok kota. Priamus dan anggota keluarga yang lain menyaksikan dari atas tembok apa yang sedang terjadi.

Achilles menantang Hector perang tanding satu lawan satu. Keduanya lalu bertarung di depan gerbang Scaean. Akhirnya, Hector pun tewas terkena tombak Achilles. Namun sebelum meninggal, ia sempat mengutuk Achilles kelak juga akan mati di tempat yang sama.

Achilles kemudian melepas ikat pinggang pemberian Ajax Besar dari tubuh Hector untuk digunakan mengikat kaki musuhnya. Dengan ikat pinggang tersebut, Achilles menyeret mayat Hector menggunakan kereta mengelilingi tembok kota sebanyak tujuh kali, kemudian kembali ke perkemahan Yunani. Dewi Aphrodite yang berduka memberkahi mayat Hector supaya tidak rusak akibat perlakuan itu.

Achilles juga menangkap dua belas kesatria Troya. Mereka disembelih di depan api yang membakar jasad Patroclus. Setelah itu, Achilles pun menggelar pertandingan olahraga dan membagi-bagi hadiah untuk mengantarkan roh Patroclus menuju alam baka.

Malam harinya, Priamus raja Troya diam-diam pergi ke perkemahan Achilles dan memohon supaya mayat Hector diserahkan kepadanya. Permohonan tulus tersebut menimbulkan rasa iba di hati Achilles. Achilles pun menyerahkan mayat Hector, dan memuji Priamus sebagai raja yang jauh lebih baik daripada Agamemnon.

 Hector melawan Achilles.

Penthesilea Ratu Amazon

Penthesilea adalah wanita cantik pemimpin bangsa Amazon. Ia datang ke Troya untuk menantang Achilles berperang tanding. Dalam pertandingan itu, Achilles sebenarnya tidak sepenuh hati karena yang menjadi lawannya adalah seorang petarung wanita. Namun karena Penthesilea terus-menerus mengincar nyawanya, terpaksa Achilles membunuh wanita itu.

Para prajurit Amazon dan Troya bersiap maju merebut mayat Penthesilea. Achilles segera mengumumkan bahwa hal itu tak perlu dilakukan, karena ia menghormati keberanian Penthesilea dan akan memberikan mayatnya saat ini juga. Ucapannya itu menimbulkan rasa hormat, baik dari pihak kawan maupun lawan.

Namun demikian, seorang kesatria Yunani yang sombong bernama Thersites dengan lancang menusuk mayat Penthesilea. Achilles marah dan langsung membunuh Thersites. Kematian Thersites yang sombong itu tidak terlalu meresahkan pihak Yunani, kecuali Diomedes yang masih kerabatnya.

Diomedes menuntut pengadilan untuk Achilles. Agamemnon selaku raja tertinggi yang seharusnya menengahi kedua sekutunya itu, justru berusaha menghindar. Achilles yang angkuh memilih pergi ke Pulau Lesbos.

Odysseus diam-diam mengikuti Achilles. Sesampainya di Lesbos, ia segera membujuk Achilles supaya kembali. Bujukan tersebut berhasil, dan Achilles pun kembali ke perkemahan Yunani. Di antara semua kesatria Yunani, Odysseus memang yang paling dihormati Achilles.


Penthesilea.

Kematian Achilles

Achilles kembali ditantang sekutu Troya, yang kali ini bernama Memnon, seorang kesatria kulit hitam dari Aethiopia. Keduanya bertarung seimbang karena Memnon juga memakai baju zirah buatan Dewa Hephaestus. Setelah berjuang dengan susah payah, Achilles akhirnya berhasil menewaskan Memnon.

Setelah pertempuran yang berat itu, Achilles mabuk kemenangan. Ia pun memimpin pasukannya bergerak menuju Tembok Troya. Di atas tembok ia melihat putri Priamus yang cantik, bernama Polyxena, dan jatuh hati kepadanya. Dalam keadan lupa diri, Achilles pun mengajukan lamaran kepada Priamus supaya diizinkan menjadi suami sang putri. Priamus mengabulkan lamaran tersebut.

Priamus memerintahkan kedua putranya, Paris dan Deiphobus, untuk menjemput Achilles di depan gerbang Scaean. Ketika Deiphobus memeluk Achilles, kesempatan itu segera dimanfaatkan Paris untuk membalas kematian Hector dan para kesatria Troya lainnya. Paris pun melepaskan panah dengan bimbingan Dewa Apollo. Anak panah tersebut menancap di tumit kanan Achilles.

Meskipun terluka pada titik kelemahannya, Achilles berusaha mengamuk melampiaskan kemarahannya. Setelah membunuh sejumlah musuh, ia mulai gemetar dan akhirnya roboh kehilangan nyawa.

Melihat sang panglima telah gugur, pasukan Yunani pun mengamuk di bawah pimpinan Odysseus dan Ajax Besar. Mereka berdua berhasil merebut mayat Achilles supaya tidak dirusak oleh pihak Troya sebagaimana yang pernah dialami Hector.

Kematian Achilles.

Kematian Ajax Besar

Dewi Thetis datang menangisi kematian putranya. Upacara pembakaran jasad Achilles pun diadakan. Abu jenazah sang kesatria disandingkan dengan abu jenazah Patroclus, sahabat karibnya. Di atasnya dibangun sebuah tugu peringatan untuk mengenang kepahlawanan mereka berdua.

Sebuah pertandingan olahraga pun diselenggarakan demi mengantar roh Achilles menuju alam baka. Setelah itu, Thetis membagi-bagikan harta warisan putranya kepada para kesatria Yunani. Baju zirah buatan Hephaestus adalah harta yang menjadi rebutan. Akhirnya diputuskan, baju zirah tersebut akan dihadiahkan kepada kesatria yang paling berjasa dalam merebut mayat Achilles dari tangan pasukan Troya, yaitu Odysseus atau Ajax Besar.

Odysseus yang lebih cerdik berhasil meyakinkan persidangan bahwa dirinya lebih berjasa daripada Ajax, apalagi ia mendapat dukungan dari para kesatria Troya yang menjadi tawanan Yunani. Baju zirah peninggalan Achilles pun ditetapkan menjadi miliknya.

Ajax yang sangat menginginkan baju zirah itu menjadi kehilangan akal sehatnya. Ia akhirnya bunuh diri mengakhiri hidup dengan menggunakan pedang perak pemberian Hector.

Ajax bunuh diri.

Tiga syarat untuk menjatuhkan Troya

Perang Troya terjadi selama sepuluh tahun sesuai ramalan Calchas. Namun sampai hari itu tembok kota masih tegak berdiri dan entah bagaimana cara untuk menembusnya. Agamemnon sendiri sudah tidak percaya kepada Calchas sejak peristiwa pengorbanan Iphigenia dan pengembalian Chryseis.

Helenus anak Priamus memiliki kemampuan meramal, namun ia bernasib sial karena tertangkap oleh Odysseus. Setelah dipaksa dengan berbagai cara, akhirnya Helenus meramalkan bahwa Kota Troya akan jatuh apabila tiga syarat dipenuhi, yaitu anak Achilles ikut berperang, panah warisan Hercules digunakan, serta patung Palladium direbut.

Odysseus segera berlayar menuju ke Pulau Scyros di mana dulu ia menemukan Achilles untuk pertama kali. Ternyata di pulau itu Achilles pernah menikah dan memiliki putra bernama Neoptolemus. Putra Achilles tersebut masih muda belia namun memiliki keterampilan berperang yang sangat hebat, sehingga dijuluki sebagai “Pyrhus”

Syarat kedua adalah panah warisan Hercules yang saat ini ada di tangan Philoctetes. Odysseus kembali berlayar ke Pulau Lemnos bersama si tabib Machaon. Philoctetes yang ditinggal di pulau itu selama sepuluh tahun karena digigit ular segera mendapatkan pengobatan.

Philoctetes dan panah warisan Hercules.

Kematian Paris

Philoctetes tiba di pantai Troya dan disambut baik Agamemnon yang dulu pernah mengusirnya. Sejak hari itu, Philoctetes terjun ke medan perang bersenjatakan panah peninggalan Hercules. Hercules adalah pahlawan besar Yunani yang sebelum meninggal sempat mewariskan panah-panahnya yang ampuh kepada Philoctetes, sahabatnya.

Dalam sebuah pertempuran, panah Hercules yang dilepaskan Philoctetes berhasil melukai Paris. Tubuh Paris pun dibawa mundur untuk mendapatkan pengobatan, namun keadaannya semakin bertambah parah. Menurut ramalan, luka Paris itu akan sembuh apabila mendapatkan maaf dari istri pertamanya.

Paris pun dibawa ke Gunung Ida menemui Cenone yang dulu pernah ia tinggalkan. Karena sakit hatinya begitu dalam, Cenone menolak memberikan maafnya. Namun setelah Paris dibawa kembali ke Troya, Cenone merasa menyesal dan buru-buru pergi menyusul mantan suaminya itu.

Sesampainya di Kota Troya, penyesalan Cenone bertambah dalam karena melihat jasad Paris telah dibakar. Paris ternyata meninggal karena lukanya yang semakin parah.

Cenone menolak memaafkan Paris.

Pencurian Palladium

Setelah Paris tewas, bangsa Troya mengurung diri di balik tembok kota yang tinggi dan kokoh. Odysseus menemukan akal untuk mencuri patung Palladium untuk melengkapi syarat ketiga. Bersama Diomedes, ia pun menjalankan rencananya. Odysseus menyamar sebagai pengemis yang berhasil menyusup masuk ke dalam tembok kota, sedangkan Diomedes menunggu di luar.

Di dalam Kota Troya, Odysseus bertemu dengan Helena. Sejak kematian Paris, rupanya Helena dinikahkan dengan Deiphobus. Mendapat suami baru justru membuat Helena merindukan suami lamanya, yaitu Menelaus. Odysseus gembira telah menemukan sekutu di dalam kota. Berkat bantuan Helena, ia berhasil mencuri patung Palladium dari kuil Athena di dalam kota, dan melemparkannya keluar untuk ditangkap Diomedes.

Odysseus mencuri Palladium.

Kuda kayu raksasa

Pihak Yunani telah mengumpulkan ketiga syarat untuk menjatuhkan Troya, namun tembok kota tetap kokoh berdiri dan sulit ditembus. Odysseus kembali mencari akal. Kali ini ia merencanakan untuk menyusup ke dalam kota dengan sejumlah kesatria di dalam perut sebuah patung kuda kayu berukuran raksasa.

Epeios ditugasi membangun kuda kayu raksasa tersebut dan berhasil menyelesaikannya. Odysseus bersama sejumlah kesatria bersembunyi di dalam perut kuda kayu, sedangkan Agamemnon memimpin pasukan bersembunyi di Pulau Tenedos. Perkemahan Yunani pun segera dibongkar habis.

Sinon ditugasi Odysseus menunggui kuda kayu tersebut. Ketika Priamus dan pengikutnya datang untuk menyelidiki asal-usul kuda kayu itu, Sinon bercerita bohong bahwa pasukan Yunani bubar setelah dilanda wabah penyakit mematikan. Wabah ini dikirim Dewi Athena yang tersinggung karena pihak Yunani telah mencuri patung Palladium dari kuilnya. Karena mendapat murka dari sang dewi yang selama ini mendampingi, pihak Yunani pun memutuskan untuk meninggalkan Troya.

Sinon mengaku sebagai budak Yunani yang berhasil melarikan diri. Ia bercerita bahwa Calchas mengusulkan supaya pihak Yunani membangun sebuah patung kuda kayu berukuran raksasa sebelum pulang untuk meredakan amarah Athena. Kelak jika Athena telah kembali memberikan restunya, maka pihak Yunani akan datang lagi untuk menyerang Troya. Patung kuda kayu itu sengaja dibuat sangat besar supaya tidak bisa melewati gerbang tembok Troya. Dengan demikian, kuda kayu tersebut tidak mungkin bisa dibawa pihak Troya masuk ke dalam kota, sehingga restu Athena tidak mungkin pula jatuh ke tangan Troya.

Antenor ipar Priamus mengusulkan agar membawa kuda kayu tersebut masuk ke dalam kota supaya restu Athena berpindah menjadi milik Troya. Sementara itu, pendeta kuil Apollo bernama Laocoon menentang karena yakin bahwa kuda kayu tersebut adalah siasat licik bangsa Yunani. Ia pun meraih tombak dan bersiap melemparkannya ke arah perut kuda kayu.

Dewi Athena yang selalu merestui siasat Odysseus segera mengirimkan dua ekor ular besar untuk membunuh Laocoon dan kedua putranya. Melihat itu rakyat Troya semakin yakin kalau kuda kayu tersebut adalah benda keramat. Mereka pun beramai-ramai menyeret kuda kayu itu masuk ke dalam kota. Tembok bagian atas gerbang Scaean terpaksa dijebol karena patung kuda tersebut ternyata ukurannya lebih tinggi seperti yang tadi dijelaskan Sinon.

Cassandra putri Priamus yang pandai meramal dapat melihat kalau patung kuda kayu itu akan menjadi sumber malapetaka bagi Troya. Namun sudah ditakdirkan ramalannya menjadi bahan tertawaan orang, sesuai dengan kutukan Dewa Apollo dulu.

Rakyat Troya membawa kuda kayu masuk kota.

Kehancuran Troya

Malam harinya, saat rakyat Troya terlena karena mabuk kemenangan, Sinon membuka perut kuda kayu. Odysseus dan para kesatria keluar. Mereka membuka pintu gerbang dari dalam dan mengirim isyarat kepada pasukan induk yang bersembunyi di Pulau Tenedos.

Melihat isyarat tersebut, Agamemnon segera memimpin pasukan menyerbu ke dalam kota. Pembantaian pun tak bisa dihindari lagi. Sejumlah bangunan dibakar, kuil-kuil dirusak, istana dijarah, dan terjadi pembunuhan terhadap warga Troya di sana-sini.

Menelaus yang memasuki kota dengan penuh dendam berhasil menemukan Helena bersama suami barunya, yaitu Deiphobus. Ia pun membantai dan mengeluarkan isi perut Deiphobus, kemudian membawa Helena yang menyerahkan diri kepadanya.

Neoptolemus anak Achilles berhasil menemukan Priamus yang sedang berdoa di kuil Zeus. Ia pun membunuh raja tua itu dengan kejam, kemudian menangkap istri Hector bernama Andromache, dan membunuh anaknya yang masih bayi, bernama Astyanax. Tidak hanya itu, Polyxena putri Priamus juga diseret dan disembelih di depan tugu makam Achilles, karena perempuan itu yang telah menyebabkan ayahnya lengah dan kehilangan nyawa.

Cassandra si gadis peramal ditangkap dan diperkosa Ajax Kecil di depan kuil utama. Perempuan itu kemudian ditemukan Agamemnon dan dijadikan tawanan. Sementara ibunya, yaitu Hecuba istri Priamus menjadi tawanan Odysseus.

Salah seorang kesatria Troya yang berhasil lolos dari maut adalah Aeneas. Ia berhasil melarikan diri dan kelak menurunkan raja-raja Romawi.

Neoptolemus membantai keluarga Priamus.

Kepulangan pasukan Yunani

Setelah perang Troya, para kesatria Yunani kembali ke negerinya masing-masing. Nestor, Diomedes, dan Neoptolemus adalah beberapa yang kembali dengan selamat. Namun ada pula yang mendapatkan murka dari para dewa, antara lain sebagai berikut,

Ajax Kecil yang telah memperkosa Cassandra di dalam kuil, mendapat hukuman dari Poseidon. Dalam perjalanan pulang ke Yunani, kapal yang ditumpanginya dihantam badai sehingga tenggelam. Ajax berhasil selamat dengan berpegangan pada batu karang. Sebenarnya Poseidon telah mengampuninya. Namun Ajax bermulut lancang mengatakan bahwa ia bisa tetap hidup tanpa membutuhkan bantuan dewa lagi. Poseidon kembali murka dan menghancurkan batu karang itu, sehingga Ajax pun tewas tenggelam.

Calchas si peramal sesampainya di Yunani bertemu dengan peramal yang lebih hebat. Dalam adu kepandaian, ia kalah dan kehilangan nyawa.

Odysseus yang banyak akal cerdik maupun licik harus tersesat dan terlunta-lunta selama sepuluh tahun. Kisah petualangan Odysseus setelah perang Troya dikenal dengan cerita berjudul “Odyssey”, karya Homerus pula.

Agamemnon sang raja utama membawa Cassandra ke negerinya di Mycenae. Tak disangka, istrinya, yaitu Clytaimnestra bersekongkol dengan sepupunya yang bernama Aegisthus merencanakan pembunuhannya. Rupanya sang istri menyimpan dendam atas pengorbanan Iphigenia sebelum berangkat menyerbu Troya dulu. Cassandra yang sudah meramalkan itu lagi-lagi tidak dipercaya, sehingga Agamemnon bersama dirinya yang malang pun tewas di tangan Clytaimnestra dan rekannya.

Menelaus sendiri menerima kembali Helena sebagai istrinya meskipun telah dinikahi orang lain sekian lama. Mereka tersesat ke Mesir namun mendapat sambutan baik dari Proteus, raja di sana. Setelah mendapatkan berbagai hadiah, Menealus dan Helena kembali ke Sparta. Mereka hidup bersama sampai akhirnya Menelaus meninggal dunia, dan Helena pun diusir oleh anak-anak tirinya, yaitu para pangeran yang lahir dari selir-selir Menelaus.

Helena dan Menelaus.

http://catatanrupa.blogspot.com/2013/09/ringkasan-perang-troya.html