Permainan Anak Tradisional Kalimantan Selatan/Balogo

Balogo merupakan permainan anak tradisional Kalimantan Selatan dengan menggunakan alat yang disebut logo. Permainan ini umumnya dimainkan oleh sekelompok anak laki-laki, dan dilakukan di halaman luas, atau di lantai dengan permukaan datar dan memanjang.

Permainan ini dilakukan secara berkelompok, di mana satu kelompok minimal dihuni oleh dua orang. Sehingga dalam permainan Balogo, dibutuhkan minimal empat pemain atau lebih. Bisa juga dilakukan oleh dua orang yang saling berhadapan.

Alat Permainan

sunting

Ada tiga jenis logo yang pernah Penulis temukan, masing-masing terbuat dari bahan yang berbeda.

  • Pertama, logo yang terbuat dari lelehan plastik bekas. Umumnya pemain akan mencari barang yang terbuat dari plastik pecah belah, lalu dilelehkan dengan api, dan dituang ke dalam cetakan (bisa berupa kaleng atau galian tanah). Logo bisa dibentuk sekreatif pembuatnya, bisa berbentuk bundar (mengikuti bentuk dasar kaleng), atau segitiga. Plastik yang sudah dilelehkan pelan-pelan akan mendingin dan bisa diukir menjadi logo. Umumnya logo memiliki diameter 5-10 cm, dan ketebalan kurang lebih 1 cm. Logo yang ringan dan kuat akan lebih menguntungkan dalam permainan.
  • Kedua, logo yang terbuat dari tempurung kelapa. Logo ini terlihat lebih tipis karena menyesuaikan ketebalan tempurung kelapa. Bentuknya pun bisa sekreatif pembuatnya, tetapi harus diukir menggunakan senjata tajam.
  • Ketiga, logo yang terbuat dari papan kayu. Sama seperti sebelumnya, logo ini bisa dibentuk sekreatif pembuatnya. Peran orang dewasa sangat dibutuhkan dalam penggunaan senjata tajam untuk mengukir logo.

Alat lainnya yang digunakan dalam permainan Balogo adalah sebilah kayu yang terbuat dari potongan batang bambu, biasanya disebut campah atau panapak. Panjangnya sekitar 30 cm, dan lebarnya segenggaman anak-anak, atau sekitar 2-3 cm. Salah satu ujungnya dibuat runcing membentuk segitiga, agar bisa memberikan daya dorong pada logo lebih baik.

Cara Bermain

sunting
 
Seseorang sedang membidik logo dari pemain yang 'ajak' dalam permainan Balogo khas Kalimantan Selatan. Sebilah kayu yang dipegang oleh pemain disebut sebagai panapak untuk memukul logo supaya bisa membidik dengan lebih akurat.

Pemain Balogo dibagi menjadi dua kelompok, gunakan hompimpa untuk menentukan kelompok mana yang jaga atau ajak, dan kelompok mana yang akan bermain lebih dulu.

Kelompok yang ajak akan mendirikan logonya dalam jarak tertentu, misalnya masing-masing berjarak dua meter, memanjang lurus ke belakang. Sementara kelompok yang sedang bermain, akan mengambil posisi di garis awal, umumnya sekitar 3-4 meter dari logo pertama yang ajak.

Pemain pertama (sebut saja A) akan merebahkan logonya di garis awal, lalu didorong atau dipukul menggunakan panapak (kayu pemukul) agar bisa mengenai logo yang ajak. Jika logo lawan yang dipasang jatuh atau tumbang, maka A berhak mendekati logo berikutnya, dengan melihat di mana logo A mendarat, lalu ditarik garis lurus agar sejajar logo yang pasang, dan didekatkan sepanjang satu kali panjang panapak.[1]

Jika A tidak berhasil merebahkan logo yang menjadi target, maka permainan akan diganti oleh pemain berikutnya dari tim yang sama, dengan langkah-langkah yang sama. Jika sampai pemain terakhir, logo dari kelompok lawan masih ada yang berdiri tegak, maka posisi ajak pun berganti. Kelompok yang tadinya bermain akan ajak, dan kelompok yang tadinya ajak akan memulai permainan.

Nilai Permainan

sunting

Permainan Balogo sejak awal mengasah kreativitas pembuat logo, entah saat mengukir atau membentuk logo, supaya bisa bergerak gesit dan kuat, namun pembuatan logo harus tetap didampingi oleh orang dewasa. Permainan Balogo juga bisa mempererat persahabatan, mengasah kerja sama tim, dan mengasah fokus untuk membidik target.

Referensi

sunting
  1. Seman, Syamsiar (2006). Permainan Tradisional Orang Banjar. Banjarmasin: Lembaga Pendidikan Banua Banjarmasin. hlm. 60. ISBN: 979-15063-2.