Permainan Anak Tradisional Kalimantan Selatan/Kalayangan Dandang

Kalayangan Dandang adalah salah satu permainan tradisional yang hanya bisa ditemui di Kabupaten Tapin dan Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Kalayangan adalah Bahasa Banjar dari layang-layang, namun khusus Kalayangan Dandang memiliki ciri khas tersendiri.

Bakalayangan (kata Kalayangan yang mendapat imbuhan ba- dalam Bahasa Banjar) umumnya dimainkan oleh anak laki-laki, banyak juga orang dewasa yang memainkannya, sementara anak perempuan umumnya hanya akan menonton permainan ini.

Bakalayangan adalah permainan yang dilakukan di lapangan terbuka, umumnya setelah para petani selesai membersihkan sawah paska panen, sehingga permainan ini biasanya bisa ditemui saat musim kemarau.

Alat Permainan

sunting
 
Ilustrasi kalayangan dandang khas Kalimantan Selatan.

Sama seperti permainan layang-layang, permainan Bakalayangan juga memerlukan layang-layang yang terbuat dari kerangka bambu dan dilapisi kertas atau plastik, sehingga mudah diterbangkan angin. Permainan ini juga dilengkapi dengan tali benang atau senar yang kuat agar tidak mudah putus.

Namun khusus permainan tradisional dari Kalimantan Selatan, layang-layang yang dibuat memiliki ukuran yang sangat besar, panjang ujung sayap kiri ke ujung sayap kanan bisa mencapai 2-5 meter, atau bahkan lebih. Di atasnya memiliki bentuk lancip seperti paruh, badan layang-layang melebar ke sayap, dan bagian ekornya membentang seperti piramida.

Kata Dandang (dendang) berarti bunyi-bunyian yang muncul dari layangan tersebut. Bunyi ini muncul karena pembuat layang-layang umumnya menambahkan seruas bambu panjang yang berlubang, sehingga akan mengeluarkan bunyi jika tertiup angin.[1]

Ukuran yang melebar membuat pemilik Kalayangan Dandang bisa menuliskan sesuatu atau menggambar di atas layang-layang tersebut. Gambar biasanya berbentuk ornamen khas Kalimantan Selatan, atau sesuai kreativitas dan imajinasi pemiliknya.

Berhubung tali benang atau senar tidak akan kuat mengangkat beban berat Kalayangan Dandang yang sangat besar, maka harus digunakan tali yang lebih kuat, yaitu ijuk, atau dalam Bahasa Banjar disebut tali haduk.

Cara Bermain

sunting

Dalam permainan layang-layang biasa, satu atau dua orang pemain sudah cukup untuk menerbangkan layangan. Satu orang memegang tali benang atau senar, dan satu orang lainnya coba mengarahkan layang-layang sesuai arah angin, kemudian dilepas ke udara.

Para pemain biasanya beradu layangan siapa yang bisa bertahan lebih lama di udara, dan siapa yang senarnya putus. Layang-layang yang putus kemudian akan dikejar dan diperebutkan kepemilikannya.

Namun, mengingat Kalayangan Dandang memiliki ukuran yang sangat besar, maka perlu beberapa orang untuk mengangkatnya, dan mendirikannya sesuai dengan arah angin bertiup. Sejumlah pemain lain memegang uluran tali ijuk atau tali haduk dengan jarak yang cukup, misalnya 10 meter.

Jika angin berhembus kencang, maka layang-layang bisa mengudara perlahan-lahan. Pemain yang memegang tali ijuk akan mengulurkannya sedikit demi sedikit, agar layang-layang bisa terbang lebih tinggi.

Jika Kalayangan Dandang sudah mengudara, maka ini akan menjadi pemandangan yang menghibur bagi masyarakat yang melihatnya. Apalagi beberapa layang-layang biasanya dilengkapi dengan tulisan-tulisan berbentuk pesan moral, atau juga lukisan kreatif.

Nilai Permainan

sunting

Permainan Kalayangan Dandang dapat mengasah jiwa kreativitas dalam membuat layang-layang. Permainan ini juga membutuhkan tenaga kuat agar bisa menerbangkan layang-layang yang ukurannya sangat besar, serta kejelian dalam membaca arah angin.

Di samping itu, permainan ini umumnya dilangsungkan serempak bersama pemain-pemain lain di lapangan yang luas, sehingga menjadi ajang silaturahmi dan temu sapa dengan pemain lainnya, juga para penonton yang memadati lapangan.

Permainan Kalayangan Dandang ini juga bisa menjadi daya tarik pariwisata, karena terbilang unik dan hanya bisa dijumpai di daerah tertentu, saat selesai panen di musim kemarau.

Referensi

sunting
  1. Seman, Syamsiar (2006). Permainan Tradisional Orang Banjar. Banjarmasin: Lembaga Pendidikan Banua Banjarmasin. hlm. 51. ISBN: 979-15063-2.