Permainan Anak Tradisional Kalimantan Selatan/Tali Ulai
Permainan tali ulai (tali yang diputar) merupakan permainan tradisional yang menggunakan peralatan berupa seutas tali yang terbuat dari karet gelang, dianyam sedemikian rupa sehingga terjalin kuat dan tidak mudah putus. Permainan ini umumnya dimainkan oleh sekumpulan anak-anak perempuan, tetapi juga bisa diikuti oleh anak laki-laki.
Alat Permainan
suntingPermainan ini menggunakan sekumpulan karet gelang yang dianyam sedemikian rupa hingga membentuk seutas tali, dengan panjang kurang lebih empat meter.
Cara Bermain
suntingSekumpulan pemain harus menentukan siapa dua orang yang ajak dengan metode hompimpa. Dua pemain ajak akan memegang ujung tali, dan memutarnya ke arah kanan secara serempak (dalam Bahasa Banjar disebut ulai). Pemain lainnya yang tidak dalam posisi ajak, akan menyeberangi tali itu satu per satu dengan cara melompat.
Dalam permainan ini terdapat beberapa tantangan, yang dibagi dalam 20 babak. Babak pertama, pemain akan melompat sekali. Babak kedua, pemain akan melompat dua kali, begitu pula seterusnya hingga babak ke-20.
Namun dalam setiap babak terdapat tantangan, misalnya di babak kelima, pemain harus melompat lima kali dengan menggunakan satu kaki saja. Kemudian, tantangan babak kedelapan, pemain harus melompat dengan sebelah mata tertutup. Babak ke-12, pemain harus melompat dengan posisi jongkok. Babak tertinggi, yakni babak ke-20, pemain harus melompat sebanyak 20 kali dengan kedua mata tertutup, hanya mengandalkan suara dari tali ulai tersebut. Tantang setiap babak bisa didiskusikan terlebih dahulu.
Seperti permainan lompat tali, dalam permainan tali ulai ini, jika ada pemain yang gagal menyelesaikan tantangan atau misi di babak tersebut, maka ia harus menggantikan posisi pemain yang ajak.[1]
Nilai Permainan
suntingPermainan tali ulai dapat mempererat persahabatan, mengasah kekuatan fisik dan strategi untuk bisa melewati tantangan demi tantangan dengan baik. Permainan ini juga bisa mengasah panca indera.
Referensi
sunting- ↑ Pengalaman pribadi Penulis, ditambahkan dengan hasil wawancara pada sumber primer lainnya, yakni Ayu Amaliah (25 tahun), di TK Bahagia, Desa Anjir Pasar Lama, Kalimantan Selatan, Rabu, 15 Maret 2023, pukul 08.00 WITA.