Pa’i atau dalam bahasa Indonesia disebut Gasing adalah salah satu permainan tradisional yang dimainkan oleh masyarakat Gorontalo. Pada saat dimainkan, pa’i bisa berputar pada poros dan berfokus pada suatu titik. Tidak hanya anak-anak, pa’i juga dimainkan oleh orang dewasa. Pa’i dibuat dari kayu yang diukir dan dibentuk sedemikian rupa hingga bisa dimainkan. Kayu diukir hingga terbentuk menjadi badan pa’i yang bagian bawahnya runcing. Untuk memainkannya dibutuhkan tali yang dililitkan pada badan pa’i. Pa’i dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu pa’i adu putar, adu bunyi dan adu pukul.
Di wilayah Sulawesi Utara serta Gorontalo yang dulunya merupakan bagian Sulawesi Utara, pa’i mulai dikenal sejak 1930-an. Permainan ini biasanya dimainkan di pekarangan rumah yang tanahnya bertekstur keras dan datar. Pa’i dimainkan secara perorangan ataupun berkelompok dengan jumlahnya bervariasi sesuai kebiasaan dan aturan yang diberlakukan oleh pemain.
Saat ini permainan tradisional tersebut sudah jarang dijumpai di berbagai daerah di wilayah Gorontalo. Permainan pa’i tidak lagi dijumpai dikalangan anak-anak zaman sekarang. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat. Anak-anak sekarang lebih cenderung memainkan permainan elektronik menggunakan smartphone¬¬.

Bentuk sunting

Bentuk pa’i sangat beragam tergantung daerahnya. Ada bentuknya bulat lonjong, ada yang berbentuk seperti kerucut, silinder, bahkan ada yang bentuknya menyerupai piring terbang. Bagian pa’i terdiri dari kepala, badan dan bagian kaki.

Cara memainkan sunting

Memainkan pa’i tidak begitu sulit. Pemain harus yakin dan tidak boleh ragu saat melempar pa’inya ke tanah. Cara memainkannya antara lain:
1. Pa’i dipegang menggunakan tangan kiri, dan tangan kanan memegang tali.
2. Lilitkan tali dengan kuat pada pa’i mulai dari bagian kaki sampai pada bagian badan pa’i.
3. Setelah itu, pa’i dilemparkan ke tanah.
Pa’i yang dilemparkan ke tanah akan berputar beberapa saat hingga akhirnya berinteraksi dengan tanah dan menjadi tegak lalu berputar untuk beberapa waktu. Putarannya lama kelamaan semakin memelan dan efek giroskopik berkurang hingga akhirnya badan pa’i jatuh ke permukaan tanah.