Permainan Tradisional Anak-Anak Kalimantan Selatan yang Jarang Orang Tahu/Catuk Kepala Haruan
Catuk Kepala Haruan adalah salah satu permainan tradisional yang meggunakan satu bilah kayu atau rotan yang pendek (disebut anak atau dicutat dan memiliki panjang kira-kira 10-15 sentimeter dengan garis tengah antara 1,5 sampai 2 sentimeter) yang akan dilempar dengan satu bilah kayu yang lebih panjang (disebut dengan induk atau pencutat dan memiliki panjang kira-kira 30-45 sentimeter dengan garis tengah antara 1,5 sampai 2 sentimeter). Secara nasional, permainan yang dimainkan secara berkelompok ini disebut dengan Patok Lele atau Buta Lele.[1][2]
Cara melakukan permainan
suntingPermainan ini menggunakan lapangan dengan ukuran lapangan kurang lebih 20x4 meter. Permainan ini dimulai dengan mencari anggota kelompok, dimana dalam satu kelompok berisi 2-4 anggota. Setelah semua kelompok sudah terbentuk, salah satu kelompok yang menjadi penyerang meletakkan alat yang akan dicutat di tengah lubang berukuran kurang lebih 10x5x3 sentimeter, lalu alat tersebut dicutat sejauh mungkin dan alat pencutat diletakkan melintang di atas lubang yang telah dibuat. Saat alat yang dicutat berada di udara, kelompok penjaga harus menangkap alat tersebut sebelum sampai ke tanah lapangan. Jika kelompok penjaga dapat menangkap alat yang dicutat dengan satu tangan, maka mereka memperoleh nilai yang lebih tinggi daripada mereka menangkap alat tersebut dengan dua tangan. Jika mereka tidak dapat menangkap alat cutatnya, maka alat cutat tersebut diletakkan di tengah lubang. [1][2]
Seorang pemain dinyatakan mati jika alat yang dia cutat ditangkap oleh penjaga sebelum menyentuh tanah. Seorang pemain juga dinyatakan mati apabila alat cutat yang diletakkan melintang di lubang akibat alat cutatnya tidak ada yang ditangkap terkena alat cutatan lawan. Jika semua anggota kelompok dinyatakan mati, maka dia tidak bisa melanjutkan permainan dan harus bertukar fungsi dengan kelompok lawan, dimana yang awalnya sebagai penjaga menjadi penyerang dan begitu pula sebaliknya.[1]
Ada yang mengatakan bahwa apabila suatu pemain kalah dalam permainan ini, maka pemain tersebut harus membawa alat yang dicatut dengan berjalan satu kaki dan pemain yang menang akan mengikuti dari belakang sambil bersorak-sorai.[2]