Permainan Tradisional Bali/Matembing
Matembing
sunting
Permainan matembing pada awalnya digunakan oleh anak-anak desa untuk melindungi dirinya, media batu yang digunakan dalam permainan ini digunakan sebagai alat perlindungan seperti dari hewan anjing, ulat dan binatang lainnya, dimana benar-benar dapat kita rasakan terutama di pedesaan.[1] Maka sebagai sasaran dipakailah benda keras lainnya seperti batu atau pecahan genteng. Untuk dapat menarik minat anak-anak maka diaturlah menjadi sebuah permainan yang mengasikan sehingga anak-anak secara tidak langsung dilatih ketrampilannya dalam melindungi diri dari ancaman musuh. Pada awalnya permainan ini dilakukan dengan melempar saasaran yang ditentukan dengan batu secara bergantian, siapa yang mengenai sasaran maka akan dinyatakan menang. Seiring dengan perkembangan waktu permainan matembing mengalami perubahan sesuai dengan selera generasi berikutnya, seperti pada awalnya satu sasaran dibidik secara bergantian sekarang berkembang menjadi sasaran sebanyak pemain. Pemenang akan ditentukan dari yang paling banyak mengenai sasaran. Sebagai sebuah permaianan kini permainan matembing sudah dilengkapai dengan beberapa pedoman sebagai pegangan untuk bermain.
Sarana & Prasarana
suntingDalam permainan ini memerlukan batu sebagai sarana bermain dan memiliki bentuk gepeng untuk memudahkan saat baru dilempar, dimana setiap pemain akan mempunyai masing-masing satu buah.
Aturan Permainan
sunting- Sebelum memulai permainan maka seluruh peserta harus menentukan permainan matembing akan dilakukan dengan sistem satu sasaran atau dengan sistem banyak sasaran (sebanyak jumlah pemain). Jika memakai sistem banyak sasaran pemain dianggap memperoleh 1 poin kemenangan bagai yang menjatuhkan atau mengenai sasaran.
- Pemain masing-masing menyiapkan sebuah batu sebagai alat pelempar dan seluruh pemain sepakat untuk membuat lubang sebagai sasaran di sebuah tempat. Seluruh bermain akan berdiri pada titik berdiri dan mulai pelemparan batu ke titik sasaran yang sudah disepakati. Jika menggunakan sistem satu sasaran dalam menentukan urutan peserta yang akan bermain dahulu maka akan dilakukan pelemparan dari tempat sasaran dan siapa yang paling jauh jaraknya dari sasaran maka ia paling dahulu dan diikuti dengan yang lebih dekat lagi hingga seterusnya. Sedangkan jika menggunakan sistem banyak sasaran maka tiap-tiap pemain memasa sasarannya secara berderet.
- Secara bergantian pemain akan melempar sasaran, selanjutnya diikuti oleh yang lebih dekat dan seterusnya.
- Permainan Matembing dengan sistem satu sasaran) Pemisalan lima orang anak bermain sebagai A,B,C,D dan E, anak yang melempar paling jauh adalah E, menyusul D,C,B dan A. Maka giliran didahului oleh E dan terakhir A. Pelemparan dilakukan dari tempat batunya berada, dimisalkan E melempar dan tidak terkena sasaran maka akan dilajutkan oleh D. Jika lemparannya mengenai saasaran maka D memperoleh satu poin kemenangan. Permainan akan dilanjutkan sesuai urutan peserta hingga seluruh peserta mendapat giliran bermain. Tahap terakhir untuk menentukan siapa yang menang dalam permainan ini adalah dengan menghitung poin terakhir yang didapat selama bermain.
- Permainan dengan sistem banyak sasaran) maka dalam menentukan giliran sama dengan cara sasaran yaitu melempar batu dari tempat sasaran ke arah luar. Namun disini sasaran akan dipasang secara vertikal dengan jarak kurang lebih 10-20cm sebanyak jumlah pemain. Perbedaan yang dapat ditemui dalam sistem ini yaitu jika seseorang dapat giliran dan mengenai sasarannya maka ia belum boleh ganti ke pemain selanjutnya sebelum ia melempar berikutnya yang tidak mengenai sasaran. Permainan ini berakhir dengan menghitung jumlah poin untuk menentukan pemenangnya.
Manfaat Permainan
suntingPermainan matembing dapat membantu anak dalam melatih kecermatan, keterampiralan dan konsentrasi anak saat bermain karena anak dituntut fokus untuk mampu mengenai batu sasaran agar mendapatkan poin.
Refrensi
sunting- ↑ Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah (1979/1980 [i.e. 1979?]). Permainan rakyat daerah Bali. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. OCLC 24872285