Permainan Tradisional Berkelompok/Permainan Bentengan

Permainan bentengan atau bebentengan sudah ada semenjak masa penjajahan Belanda di Indonesia. Permainan ini menjadi cerminan strategi pertahanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan pada masa itu[1]. Dalam permainan tradisional bentengan tidak ada yang menjadi tim penjaga maupun tim penyerang, kedua tim memiliki kedudukan dan ambisi yang sama. Dibutuhkan kecepatan berpikir, ketangkasan dan strategi yang baik untuk memainkan permainan berkelompok ini. setiap pemain harus menghindari kejaran lawan, berlari dan saling berkomunikasi untuk menangkap lawan, menyerang dan merebut benteng lawan. Kedua tim menentukan media yang akan menjadi benteng bisa berupa pohon, tiang ataupun batu bata sesuai dengan kesepakatan dua tim.

Tujuan utama dari permainan ini adalah menyerang dan merebut “benteng” lawan dengan cara menyentuh tiang atau pilar pilihan lawan lalu meneriakkan kata “Benteng!”. Akan tetapi kemenangan juga bisa diraih dengan menjadikan semua anggota tim lawan sebagai “tawanan” semua dengan menyentuh tubuhnya. Penentuan siapa yang berhak menjadi "penawan" dan siapa yang menjadi "tawanan" ditentukan dari kapan terakhir kali para pemain tersebut menyentuh “benteng” mereka masing-masing.

Cara bermain

sunting
  • Pilihlah tempat yang cukup luas untuk memainkan permainan ini, seperti lapangan ataupun halaman rumah.
  • Pemain menentukan siapa saja anggota tim nya yang masing-masing terdiri dari 4-8 orang.
  • Setiap tim memilih objek (tiang, pohon, ataupun batu) yang akan menjadi “benteng” nya.
  • Selanjutnya, para pemain berusaha menyentuh benteng maupun pemain tim lawan untuk menjadikannya “tawanan” agar lebih mudah menembus pertahanan lalu menyentuh benteng lawan dan meraih kemenangan.

Aturan permainan

sunting
 
Ilustrasi arena bermain permainan tradisional bentengan
  1. Terdapat beberapa area dalam permainan bentengan. Area menyerang, tempat tawanan, dan benteng itu sendiri.
  1. Para anggota tim akan berusaha menyentuh anggota tim lawan dan membuatnya “tertawan / tertangkap”.
  2. Pemain harus sering kembali dan menyentuh bentengnya karena penentuan apakah pemain tersebut “tertawan” atau “ ditawan” berdasarkan dari waktu terakhir pemain menyentuh “benteng” nya.
  3. Orang yang paling dekat waktunya menyentuh benteng berhak menjadi “penawan”. Mereka bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk menjadikan tawanan.
  4. Pemenangnya adalah tim yang dapat menyentuh tiang atau pilar lawan dan meneriakan kata “Benteng!” atau jika telah “menawan/menangkap” semua anggota tim lawan.
  5. Anggota tim dapat menyelamatkan rekannya yang “ditawan” dengan cara menyentuh lengan rekan yang sedang menjadi “tawanan” tersebut.

Strategi

sunting

Seperti pada perang, permainan tradisional bentengan juga membutuhkan strategi untuk memenangkannya. Salah satu strategi permainan ini adalah membagi anggota kelompok menjadi “penyerang”, “mata-mata”, "pengganggu”, dan “penjaga benteng”.[2]

  • Penyerang bertugas mencari celah agar dapat menyentuh benteng lawan.
  • Mata - mata bertugas mencari lawan yang telah lama tidak menyentuh benteng.
  • Pengganggu bertugas memancing lawan untuk keluar dari daerah aman.
  • Penjaga “benteng” harus menjaga benteng mereka dari pihak lawan yang ingin menyentuh benteng.

Referensi

sunting
  1. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25276/3/NADIA%20ISTIQOMAH-FITK.pdf
  2. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/bentengan-betawi/