Permainan Tradisional Lampung/Main Babekhukan
Permainan ini dinamakan "Main Babekhukan" atau dalam bahasa lndonesianya Main Beruk-Berukan. Penamaan ini mungkin dikarenakan anak-anak yang melakukan permainan ini meniru-niru tingkah laku dan gerak-gerik dari pada binatang beruk yaitu sebangsa monyet atau kera. Permainan ini dilakukan biasanya pada waktu malam hari di kala mulai terang bulan. Permainan ini dapat dilakukan oleh siapa saja dan dari segala tingkatan atau lapisan masyarakat.
Peserta/Pelaku Permainan
suntingPermainan ini dilakukan oleh anak laki-laki saja yang berusia antara 8-12 tahun dan dipermainkan oleh sekurang-kurangnya 3 orang anak atau lebih.
Peralatan/Perlengkapan Permainan
suntingAlat yang dipergunakan dalam permainan ini hanya berupa 2 lembar kain sarung serta seorang anak yang bersedia dijadikan obyek (beruk-berukan).
Jalannya Permainan
suntingKain sarung sebanyak dua lembar tersebut di atas, selembar ditutupkan di kepalanya anak yang dijadikan obyek sehingga menutupi seluruh muka dan separo badannya, sedang kain yang lainnya dililitkan di pinggangnya dan pada bagian belakang.sewaktu digulung-gulung, ditarik-tarik serta dibentuk seperti ekor, waktu melakukannya ketiga-tiga anak tersebut sambil berdiri dimana yang seorang berdiri dihadapan anak yang akan dijadikan obyek (berukberukan) sambil menggulung-gulung kain sarung yang dililitkan di pinggangnya dan yang seorang lagi berdiri di belakangnya sambil memegang dan menarik-narik ujung kain sarung yang digulung-gulungkan oleh temannya tadi. Sedang anak yang menjadi obyek hanya diam saja tidak bergerak. Anak yang berdiri dibelakang tadi juga b.ertindak sebagai pawang (dukunnya), dimana sewaktu dia menarik-narik dan meng-elus-elus ujung kain sarung yang akan menjadi ekor tersebut sambil membaca mantera tersebut diatas. Mantera ini dibacara ber-ulang-ulang beberapa kali sampai anak yang jadi obyek sudah mulai bergerak-gerak dan menunjukkan tanda-tanda (gerak-gerik) serta suara yang menyerupai beruk yang sebenamya dan berusaha melepaskan diri dari pegangan kedua temannya. Kemudian kain sarung yang menutupi mukanya dibuka dan dia dilepaskan. Sambil bersuara seperti beruk anak tersebut melompat, berlari memanjat pohon dan sebagainya persis seperti beruk yang sebenarnya.
Pantangan dalam permainan ini ialah teman-temannya atau orangorang lain yang menonton tidak boleh menyebut atau memanggil namanya, lebih-lebih sewaktu ia memanjat pohon atau sedang bergantung-gantung, berayun-ayun di cabang-cabang pohon yang tinggi. Karena apabila disebut atau dipanggil namanya badannya langsung menjadi lemah dan dapat jatuh dari atas pohon tersebut. Disinilah letak berbahayanya permainan ini atau kalau disuruh menggangu orang (penonton) dapat mencakar dan menggigit. Untuk menyadarkan kembali' anak yang telah lupa diri ini hanyak cukup dengan menyebut/memanggil namanya beberapa kali, kemudian dipegang dan kedua mata serta telinganya dititup-tiup. Menurut keterangan/ cerita dahulu di zaman kanak-kanak beberapa informasi pemah terjadi seseorang anak yang telah jadi beruk-berukan ini disuruh temannya menaiki tiang telepon dan meniti kawatnya, sedarig anak tersebut terkenal penakut di kampungnya. Sungguh mengherankan dia dapat menitinya dengan baik seperti beruk (gorilla) dalam suatu pertunjukan sirkus. Tetapi setelah berada ditengah-tengah rintangan kawat namanya dipanggil temannya secara tidak sengaja untuk menyuruhnya turun. Anak itu langsung jatuh ke tanah (parit) dengan luka-luka dan patah kakinya. Permainan semacam ini ada juga yang lainnya, yang dinamakan Kakambingan (kambing·kambingan) dan Tatikusan (Tikus-tikusan). Dengan melalui mantera-mantera tertentu pula dapat menja· dikan anak yang dijadikan obyek menjadi lupa diri dan akan bertindak· tanduk bersikap, bersuara dan sebagainya. Seperti kambing atau tikus yang sebenamya. Tetapi sayang para informasi pada umumnya sudah lupa bunyi mantera-manteranya, karena sudah hampir tidak pernah dipermainkan anak-anak lagi.