Permainan Tradisional Lampung/Main U L A

Penamaan permainan ini asal-usulnya tidak diketahui, Permainan ini dapat dilakukan oleh siapa saja dari segala tingkatan atau lapisan masyarakat.

Peserta/Pelaku Permainan sunting

Permainan ini hanya khusus dilakukan oleh anak-anak perempuan saja yang berusia antara 7 - 12 tahun dan jumlahnya se-kurang-kurangnya 2 (dua) orang anak.

Peralatan/Perlengkapan Permainan sunting

Permainan ini hanya mempergunakan 5 (lima) buah batu kerikil sebagai alat permainan dan mempunyai beberapa tahap permaman dalam setiap babak (ronde) permainan yang dinamakan: Ngesai, ngakhua, nelu, ngepak, mising, mupun dan muput. Adapun maksud dari pada tahap-tahap tersebut. dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan kira-kira sebagai berikut:

  1. Ngesai artinya satu-satu.
  2. Ngakhua artinya dua-dua.
  3. Nelu artinya tiga.
  4. Ngepak artinya Empat.
  5. Mising artinya membuang.
  6. MuPun artinya Mengumpulkan.
  7. Muput artinya Menamatkan.

Dalam permainan ini setiap anak (peserta) harus mempermainkan tahap-tahap terseb.ut mulai dari tahap ngesai sampai tahap ternkhir yaitu muput, baru dianggap selesai dan selanjutnya dapat digantikan ( digilir) oleh perrtain-pemain lainnya. Tetapi jika dalam mempermainkan tahap-tahap itu dia mati, misalnya pada tahap nelu, maka dia langsting digilir oleh pemain lainnya dan baru dapat bermain lagi setelah pemain-pemain lainnya mendapat giliran. Setelah tiba gilirannya kembali, dia tidak mengulang dari awal (ngesai), tetapi hanya mengulang di tahap ia mati yaitu di tahap nelu tersebut sampai selesai.

Jalannya Permainan sunting

Permainan dimulai setelah masing-masing peserta misalnya 4 (empat) orang anak mengadakan semacam undian dengan cara suit, untuk menef}tukan pemain -pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Permainan ini rlilakukan dengan duduk secara melingkar diantara peserta dan kelima buah batu kerikil tersebut diletakkan di tengah-tengah di hadapannya.

Cara permainan yang dilakukan pada tiap tahap hampir sama yaitu setiap kali melemparkan sebuah batu ke atas dengan tangan kanan dan. kemudian dengan tangan itu juga disambut kembali dengan terlebih dahulu memungut sebuah batu yang terletak di tanah dan seterusnya sampai ke-empat-empatnya terpungut semua dalam genggaman, ini dalam tahap . permainan ngesai (satu-satu). Kemudian keempat batu tersebut diletakkan kcmhali ditanah dan dimulai tahap berikutnya yaitu tahap ngakhua (dua-dua). Tahap ngakhua, jika batu yang dipungut sehelum menyamhut hatu yang dilemparkan ke-atas itu dua buah sekali pungut dalam setiap kali lemparan ke-atas. Demikian pula dalam tahap nelu, tiga buah batu ngepak jika ke-empat-empat dipungut sekaligus. Jika telah sampai ditahap ngepak ini terus dilan jutkan dengan tahap mising, di mana keempat batu yang telah ada dalam genggaman tangannya itu satu persatu dilepaskan ( dijatuhkan) kembali di tanah dalam setiap kali melempar ke-atas. Jika telah jatul1 semua. tetapi letak-letak batu-batu itu berjauhan satu s,ama lain sewaktu dijatuhkan, maka sebelum tahap muput , dapat dilakukan lebih dahulu tahap mupun (mengumpulkan). Mupun ini dapat dilakukan sekali, dua atau tiga kali tergantung dari letak batu-batu tersebut satu sama lainnya dengan cara sambil setiap kali melempar batu keatas, sebelum disambut terlebih dahulu mengumpulkan batu-batu yang terletak ditanah ter.;ebut. Setelah terkumpul semua baru ditutup dengan tahap muput (tahap terakhir), yaitu dengan memungut ke-empat-empat batu tadi secara sekali gus sebelum menyambut batu yang dilemparkan keatas seperti halnya dalam tahap ngepak. Jika dalam mempermirlnkan suatu tallap terjadi batu yang dilemparkan ke-atas tadi tidak dapat disambut (jatuh) ataupun batu yang ada di genggaman jatuh, maka dianggap mati dalam tahap tersebut dan pennainan akan digilir oleh peserta lainnya menurut urutan hasil undian yang diadakan pada pennulaan permainan. Dalam permainari ini peserta dianggap menang (unggul) jika druam setiap mempermainkan tahap-tahap dan ronde permainan tidak pemah jatuh batunya, sedang peserta lainnya yang kalah dianggap berhutang kepadanya.