Permainan Tradisional Sulawesi Utara

Sekilas Sulawesi Utara

sunting

Sulawesi Utara adalah provinsi yang berada di ujung atas Pulau Sulawesi. Secara geografis, Sulawesi Utara terletak di 00°15' – 05°34' Lintang Utara dan 123°34' – 127°10' Bujur Timur. Luas wilayah provinsi ini adalah 14.500,27 Km2 dengan 11 pemerintahan kabupaten dan empat pemerintahan kota. Badan Pusat Statistik, Provinsi Sulawesi Utara dalam Angka

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Sulawesi Utara memiliki 353 pulau. Suhu di Sulawesi Utara relatif sejuk, yakni rata-rata 28 °C, dengan suhu terendah 21 °C dan tertingginya adalah 34 °C.

Jumlah penduduk Sulawesi Utara berjumlah 2.659.543 jiwa, terdiri atas laki-laki 1.359.358 jiwa dan perempuan 1.300.185 jiwa, berdasarkan data tahun 2022. Jumlah penduduk kategori anak-anak berusia 0-14 tahun adalah sebanyak 606.394 jiwa.

Jenis-jenis permainan

sunting

Sulawesi Utara memiliki jenis-jenis permainan tradisional anak-anak yang beragam, setidaknya ada sepuluh permainan tradisional anak-anak yang biasa dimainkan. Ini 9 Permainan Tradisional Anak di Sulawesi Utara


1. Permainan Ceklen


Permainan Ceklen atau bekel ini biasa dimainkan secara berkelompok oleh anak-anak perempuan. Alat yang dibutuhkan adalah biji bia berjumlah empat sampai delapan dan bola.

Cara memainkannya sebagai berikut: Anak-anak yang akan bermain duduk bersila di lantai. Untuk memulainya, anak-anak bisa melakukan suten atau hom pim pa untuk menentukan siapa yang akan memulai permainan terlebih dahulu. Setelah mendapat pemenangnya dan ditentukan pemain pertamanya, pemain berikutnya bisa ditentukan dengan berputar ke kiri atau ke kanan dari pemain pertama.

Pemain pertama melempar bola ke atas sambil memegang enam biji bia di tangan kanannya dan ketika bola masih memantul ke atas, pemain tersebut harus dengan cepat mengambil biji bia satu per satu hingga jumlah di tangan ada enam jika memang biji bia yang dimainkan ada enam buah.

Setelah mengambil biji bia keenam, pemain harus langsung menyebar kembali biji bia ke lantai sebelum bola memantul di lantai kedua kalinya. Selanjutnya, jika sudah berhasil, pemain mengambil lagi dua biji bia sekaligus. Jika berhasil, pemain mengambil tiga biji bia sekaligus, kemudian empat biji bia dan dua biji bia sisanya, lalu lima biji bia dan satu biji bia sisanya, dan terakhir enam biji bia sekaligus.

Jika pemain gagal mengambil biji bia sesuai ketentuan atau pemain gagal menangkap bola, maka permainan dihentikan dan beralih ke pemain kedua. Demikian seterusnya.


2. Permainan Tumbu-tumbu Blanga


Tumbu-tumbu Blanga adalah permainan menggunakan jari tangan, biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan secara berkelompok antara lima sampai enam orang. Anak-anak yang akan bermain duduk melingkar dan bersila di lantai.

Cara bermainnya adalah jari-jari tangan setiap anak saling dikepalkan di tengah-tengah lingkaran dan saling bertumpuk (tumbu) dari kepalan tangan pemain pertama di bawah hingga kepalan tangan anak pemain terakhir berada di atas. Setelah itu, anak-anak menyanyikan atau mengucapkan Tumbu-Tumbu Blanga, dengan kepalan tangan pemain paling atas menumbuk tumpukan kepalan tangan. Setelah selesai menyanyikan Tumbu-Tumbu Blanga sebanyak dua atau tiga kali, kepalan pemain paling bawah harus membuka tangan mereka.

Setelah terbuka telapak tangannya, anak-anak kembali menyanyikan Tumbu-Tumbu Blanga lagi dan kepalan tangan pemain paling atas menumbuk tumpukan kepalan tangan kembali. Lalu, kepalan tangan pemain kedua harus membuka tangannya. Demikian seterusnya sampai tumpukan kepalan tangan pemain terakhir terbuka.

Setelah kepalan tangan pemain terakhir terbuka, maka seluruh pemain bisa menggunakan jari telunjuk masing-masing untuk bisa menusuk tumpukan telapak tangan yang terbuka. Jika berhasil atau ada telapak tangan pemain yang geli, pemain itu bisa menarik telapak tangannya sampai tumpukan tangan terakhir yang ada di bawah berhasil ditumbuk oleh jari telunjuk.


3. Permainan Baka-baka Sambunyi


Baka-baka sambunyi adalah permainan dengan tujuan mencari musuh atau lawan yang sembunyi, Beberapa daerah biasa menyebut nama permainan ini adalah petak umpet. Permainan ini bisa dimainkan berkelompok, dengan pemain antara empat hingga enam orang, baik anak laki-laki atau perempuan.

Cara bermainnya adalah tentukan pemain yang berjaga blengko sambil menutup mata dan harus menghitung angka satu sampai sepuluh atau sesuai kesepakatan. Selama hitungan angka, anak-anak lain harus segera bersembunyi atau mencari tempat persembunyian. Setelah selesai hitungan, anak yang berjaga blengko harus mencari seluruh teman-teman yang bersembunyi sampai ketahuan atau ditemukan persembunyian mereka semuanya.


4. Permainan Cenge-cenge


Jenis permainan ini banyak ditemukan di daerah-daerah lain. Nama permainan ini di Sulawesi Utara disebut Cenge-cenge atau di Jawa biasa disebut dengan Engklek atau Manda (Sunda), sura manda, atau daerah lain biasa menyebutnya dengan teklek, jlong-jling, dampu atau lempeng.

Permainan Cenge-cenge bisa dimainkan oleh anak perempuan atau laki-laki. Sebelum bermain, kita harus membuat enam kotak di atas tanah atau di lantai dengan menggunakan kapur. Pada kotak kelima dibuat tambahan masing-masing satu kotak di kiri dan kanannya. Setelah itu, alat bantu yang perlu disediakan adalah pecahan batu pipih atau genteng. Cara bermainnya, para pemain harus ditentukan siapa yang bermain terlebih dahulu dengan hom pim pa.

Setelah ditentukan giliran pemain, pemain pertama mengambil batu/genteng lalu dilemparkan ke kotak pertama. Setelah itu pemain harus melompat ke kotak kedua, ketiga, keempat, kelima, dengan menggunakan satu kaki alias menjinjit dan tidak boleh menyentuh tepi garis petak-petak. Jika garisnya terinjak atau kedua kakinya menyentuh tanah maka pemain dinyatakan gugur atau kalah dan harus menunggu giliran selanjutnya.

Sambil melompat dengan satu kaki, di kotak kelima pemain bisa menginjak tanah dengan kedua kaki di kotak tengah dan kanan. Lalu, melompat dengan satu kaki di kotak keenam dan balik badan untuk menuju kotak pertama. Setelah balik badan di kotak keenam, di kotak kelima pemain bisa menginjak lagi dengan kedua kaki di kotak tengah dan kanan pemain.

Setelah itu melompat kembali dengan satu kaki di kotak keempat, ketiga, kedua, dan mengambil batu/gentengnya di kotak pertama dengan tetap berdiri dengan satu kaki di kotak kedua. Setelah berhasil mengambil batu/gentengnya, pemain langsung melompat melewati kotak pertama. Jika berhasil pemain bisa terus melempar batunya ke kotak kedua, demikian seterusnya.

Jika pemain gagal karena kedua kakinya menyentuh tanah atau garis atau melempar batunya di luar kotak atau menyentuh garis, maka pemain tersebut menghentikan permainannya untuk memberi kesempatan pemain berikutnya. Setelah mendapat giliran, pemain pertama bisa melanjutkan melempar batu ke kotak kedua kembali.


5. Permainan Dodorobe


Permainan Dodorobe adalah permainan perang-perangan yang dimainkan oleh anak laki-laki dengan menggunakan senjata dari bambu Cina atau Bulu Tui dalam bahasa Manado. Peluru yang dipakai bisa kertas atau pentol buah jambu air yang masih kecil kemudian ditumbuk agar bisa masuk ke dalam bambu. Setelah itu, pentol buah jambu tersebut bisa ditembakkan dengan ujung bambu yang bisa dimasukkan dalam lubang bambu tempat pentol buah jambu tersebut berada.

Permainan dibagi menjadi dua kelompok dan setiap kelompok mempunyai benteng masing-masing atau bisa kejar-kejaran. Kelompok yang paling banyak terkena tembakan dinyatakan kalah.


6. Permainan Lompat Tali


Permainan lompat tali dmainkan oleh anak-anak perempuan tapi bisa juga diikuti oleh anak laki-laki. Tali yang digunakan terbuat dari karet gelang yang disambung-sambung. Setelah ditentukan giliran pemain dengan hom pim pah dan dua pemain terakhir yang kalah memegang ujung tali hingga membentang.

Seluruh pemain secara bergantian harus melompati bentangan tali mulai dari yang terendah sebatas mata kaki. Kemudian dinaikkan lagi sampai lutut. Jika ada pemain yang gagal melompati tali karena menyentuh tali, pemain tersebut digantikan oleh pemain yang memegang tali. Begitu seterusnya sampai tali dinaikkan hingga di leher atau kepala, jika ada yang masih bisa melompatinya tanpa menyentuh.


7. Permainan Slepdur


Permainan Slepdur dikenal juga dengan nama permainan ular naga, bisa dimainkan oleh anak-anak perempuan dan laki-laki secara bersama-sama. Semakin banyak yang bermain, permainan akan menjadi lebih seru karena akan menyerupai ular naga saking panjangnya.

Permainan dimulai dengan cara hom pim pa untuk menentukan dua pemain terakhir yang kalah yang akan menjadi penjaga. Untuk ular naganya, anak-anak yang lebih tinggi berada di depan, kemudian diikuti anak-anak yang lebih pendek dengan kedua tangan ditaruh di bahu atau pundak teman di depannya masing-masing.

Permainan dimulai dengan menyanyikan lagu slepdur dengan liriknya seperti ini, Slepdur, Slepdur, Timan timan ondedur, delat devandedur. Eni mandedur, mandedur KAKAPITEN!

Setelah nyanyian berakhir, dua orang penjaga langsung menangkap anak yang berada di barisan ular tangga. Jika ketangkap, maka pemain tersebut menggantikan yang menjaga.


8. Permainan Tuan Dosep


Permainan ini dimainkan oleh dua kelompok, terdiri atas satu orang yang berperan sebagai Tuan Dosep dan kelompok satu lagi adalah kumpulan anak-anak yang berbaris. Permainan ini dinyanyikan sambil bernyanyi. Barisan anak-anak yang bergandengan dan Tuan Dosep akan hadap-hadapan dan bergerak maju mundur sambil menyanyikan lagu permainan.

Anak yang berperan sebagai Tuan Dosep menyanyikan kata-kata Tuan Dosep, Tuan Dosep, saya minta si anak satu. Lalu, anak-anak yang berbaris membalas dengan menyanyikan si anak satu namanya siapa. Si anak yang berperan sebagai Tuan Dosep membalas dengan menyanyikan si anak satu bernama (sambil menyebutkan nama salah satu teman yang berbaris sejajar). Kemudian anak-anak yang berbaris kembali bernyanyi dengan kata-kata Dia berjalan seperti apa? Tuan Dosep kemudian beryanyi dia berjalan seperti (sebutkan nama hewan). Jika katak, maka anak yang dimaksud harus menirukan jalan hewan katak. Setelah itu, si anak bergabung dengan barisan Tuan Dosep. Demikian seterusnya sampai barisan anak yang sejajar habis.


9. Permainan Tali Koko


Permainan berkelompok ini dimainkan antara empat sampai enam orang. Di daerah lain permainan ini dikenal sebagai gobak sodor atau galah asin. Sebelum bermain, anak-anak membuat enam kotak dengan ukuran 2x2 meter, asalkan ada ruang bagi pemain untuk tidak mudah tersentuh oleh pemain penjaga.

Kelompok pertama bertugas sebagai penjaga garis batas dan tim lain berusaha menerobos benteng yang dijaga oleh kelompok pertama. Tim penjaga ada yang menjaga secara garis horizontal, karena ada tiga kotak maka diperlukan tiga penjaga. Kemudian ada satu anak lagi yang menjaga secara garis vertikal.

Kelompok kedua berusaha menerobos tiap-tiap kotak yang dijaga dan berusaha tidak terkena tangan penjaga dan balik lagi ke garis semula. Jika ada yang terkena sentuhan tangan penjaga, maka pemain itu harus mengulangi lagi dari kotak awal, sepanjang seluruh anggota timnya masih ada yang belum tersentuh sama sekali. Namun, jika seluruh tim tersentuh oleh penjaga sebanyak dua kali, maka permainan berakhir dan tim harus berganti posisi.