Petualangan Yun
Pengantar
sunting- Sinopsis
Yun memiliki kecintaan terhadap buku-buku cerita. Keinginan Yun untuk membaca terhalang oleh keuangan orang tuanya. Ayahnya telah meninggal dunia. Tetapi hal itu tidak menyurutkan minat Yun untuk membaca buku. Yun biasanya meminjam buku-buku secara gratis di perpustakaan. Sebuah buku yang berjudul: Petualangan Erina, yang dijual di toko buku, membuat Yun menjadi penasaran. Akankah Yun memiliki buku Petualangan Erina? Ikuti kisah ini dan resapilah cerita di dalamnya, Selamat membaca.
- Tentang Penulis
Juharry Wijaya lahir di Palembang. Puisinya terpilih sebagai 30 puisi terbaik 2022 oleh Institut Francais Indonesia (IFI). Ia suka membaca buku fiksi, menulis: puisi, cerpen, dan novel.
Cerita Pendek
suntingYun memandang muka perempuan yang dikenalnya itu dari balik rak buku. Dan ia mengingat kejadian yang sebenarnya ingin dikuburnya sedalam-dalamnya. Perempuan yang dilihatnya itu melemparkan buku kesayangannya ke tanah, ia berlutut untuk mengambil buku itu, namun perempuan itu menginjak-injak buku itu, mengenai tangannya, dan perempuan itu mengambil kembali buku itu dan merobek buku itu. Ia menutup matanya, menunduk, dan matanya berair. Ia memegang jari jemarinya.
Peristiwa itu terjadi dua puluh tahun yang lalu. Yun saat itu berusia 10 tahun. Ia sangat senang membaca. Buku-buku cerita anak di perpustakaan sekolahnya sudah habis dibaca. Lagian buku-buku di perpustakaan sekolahnya merupakan buku lama. Ia selalu memikirkan toko buku yang berada tak jauh dari sekolahnya. Yun banyak menghabiskan waktu ke toko buku itu, tapi ia tidak membeli buku. Ia hanya membaca buku-buku yang sudah terbuka sampulnya. Pemilik toko membiarkannya untuk membaca, karena Yun pernah memberitahu jika ada seorang anak lelaki yang menyembunyikan buku di dalam tas anak lelaki itu. Sampai saat itulah Yun mendapatkan keistimewaan dari pemilik toko. Hari itu ia ke toko buku dan melihat buku cerita anak yang tidak dibuka sampulnya dan ia bertanya kepada pemilik toko.
“Kenapa buku ini disegel plastik semua, Pak?”
“Saya tidak bisa membuka plastiknya, takutnya tidak ada yang mau beli. Stok buku itu juga tidak banyak.”
Yun melihat label harga di buku itu. Ia tidak bisa membeli buku itu. “Oh begitu, terima kasih, Pak.”
Pemilik toko tersenyum kepadanya.
Buku itu berjudul Petualangan Erina. Yun membaca tulisan di belakang buku itu: Erina bersama temannya, Gio, berpetualang di hutan Kalimantan untuk menemukan harta karun.
Dua anak perempuan mendekati rak buku Petualangan Erina.
“Kamu harus punya buku ini,” kata anak perempuan pertama.
“Oh ya, kenapa?” tanya anak perempuan kedua.
“Buku ini lucu sekali, terus petualangan dalam buku ini seru banget. Aku sampai tercengang-cengang dengan kisah di dalamnya. Bukunya penuh misteri. Kita diajak juga untuk memecahkan misteri dalam buku ini,” balas anak perempuan pertama sambil memegang buku Petualangan Erina.
“Aku mau deh,” kata anak perempuan kedua sambil mengulurkan tangannya.
Yun hanya bisa memandang kedua anak perempuan itu berlalu dari tempatnya berdiri. Ia memegang buku itu dan mendekapnya di dalam dada. Aku akan memiliki buku ini dan aku akan berusaha untuk mendapatkannya, batinnya.
*
Keesokan hari, Yun melihat teman sekelasnya sekaligus anak majikan ibunya: Vio. Vio memegang buku Petualangan Erina.
“Kenapa kamu lihat-lihat?” Vio melotot ke arah Yun.
Yun hanya diam dan memandang ke arah lain.
“Hei! kalau ditanya tuh, ya di jawab.”
“Buku baru, ya?”
“Kalau baru emang kenapa. Mau pinjam? Hm. Aku tidak sudi bukuku dipegang sama tangan kamu.”
“Tidak kok.”
“Ya sudah. Tidak usah lihat-lihat ke sini.”
Wali kelas Yun masuk ke kelas dan Yun melemparr pandangannya ke wali kelasnya. Yun masih memikirkan ucapan Vio yang menusuk hatinya.
*
“Bu, Yun mau beli buku cerita, boleh?”
Ibu Yun memandang anaknya dan terdiam sebentar.
“Belum bisa. Uang ibu pas-pasan untuk kebutuhan keluarga ini.”
Yun terdiam. Semenjak ayahnya meninggal dunia tahun lalu, kehidupan keluarganya semakin sulit.
“Iya tidak apa-apa, Bu.”
“Memang kamu mau buku apa, Nak?”
“Judulnya Petualangan Erina.”
“Buku apa itu?”
“Buku cerita anak. Yang aku baca sedikit di sampul buku itu: petualangan Erina bersama temannya Gio di Pulau Kalimantan untuk menemukan harta karun. Dan buku itu memberikan teka-teki. Seru!”
“Hm. Begitu, ya. Nanti kalau ibu punya uang lebih, ibu belikan kamu buku itu, ya.”
Yun bangkit dari tempat duduknya dan memeluk ibunya.
“Iya, tapi ibu tidak janji, ya.”
“Iya, Bu. Tidak apa-apa. Terima kasih, Bu.”
*
Ibu Yun melihat Vio meletakkan buku Petualangan Erina di meja belajarnya saat akan membersihkan kamar Vio. Vio berbaring di ranjangnya.
“Maaf, Non.”
“Iya, Bi. Kenapa?” Vio bertanya ketus.
“Non ternyata punya buku Petualangan Erina. Sudah selesai baca?”
“Sudah, kenapa sih, Bi?”
Ibu Yun menunduk dan memegang jari-jemarinya. “Saya boleh pinjam buku itu buat anak saya?”
Vio memandang muka ibu Yun dengan tatapan penuh arti. “Boleh, asal ada satu syarat.”
“Syarat apa, Non?”
“Kamu ke sini.”
Ibu Yun mendekat ke Vio.
“Muka bibi dirias olehku dan bibi harus joget di depanku, ya? Setuju?”
“Iya, Non.”
Vio mengeluarkan peralatan rias bekas mamanya yang memang diberikan untuknya. Vio mulai merias muka ibu Nin. Ia menabur bedak begitu tebal. Ibu Nin terbatuk-batuk. Alis ibu Nin dibuat asal-asalan dengan ketebalan yang menakjubkan. Bibir ibu Nin dipoles dengan gincu berwarna merah dengan tebal.
“Sekarang bibi joget.”
Ibu Nin mulai berjoget.
“Sebentar,” kata Vio. Ia berjalan ke luar kamarnya. Tak berapa lama Vio masuk kembali ke kamarnya dan menutup pintu.
Vio menyodorkan payung ke arah Ibu Nin. “Bibi pakai ini, ya.”
Ibu Yun membuka payung dan berjoget di depan Vio. Vio tertawa terbahak-bahak.
Sekitar sepuluh menit ibu Yun berjoget di hadapan Vio. Vio terlihat menguap.
“Sudah, Non?”
“Sudah deh, aku ngantuk.”
“Bukunya, Non.”
“Oh, Iya.” Vio berjalan ke arah meja belajarnya dan melemparkan buku itu ke lantai.
Ibu Yun mengambil buku itu.
“Sudah kamu keluar, Bi. Aku ngantuk.”
“Baik, Non. Terima kasih. Nanti kalau anak bibi sudah selesai baca buku ini, nanti bibi minta dia langsung balikin ke Non, ya.”
“Iya, sudah deh, berisik.”
Ibu Yun keluar dari kamar dan membersihkan mukanya di kamar mandi lantai satu. Ia menangis saat membersihkan mukanya.
Yun menerima buku Petualangan Erina dari ibunya. Dan ibu Yun melihat anaknya begitu senang menerima buku itu dan memeluk ibunya.
*
Seusai pulang sekolah, Yun menghampiri Vio di luar kantin belakang sekolah. Kondisi saat itu tidak ramai. Ia mengajak Vio menjauh dari kantin. Ia memilih mengobrol di bawah pohon jambu.
“Kenapa sih? Cepetan sopir aku mau jemput nih.”
Yun membuka tasnya dan menyodorkan buku Petualangan Erina. “Terima kasih atas pinjaman buku ini, bukunya bagus sekali.”
Vio melihat tangan Yun memegang buku miliknya. Vio mengambil tisu dari tasnya dan menyelimuti tisu pada tangannya. Yun terkejut melihat tingkah Vio. Tapi Yun tetap menyodorkan buku itu. Dan Yun menyangka buku itu akan diterima oleh Vio. Tapi Vio malah melemparkan buku itu ke tanah. Yun berlutut untuk mengambil buku itu, namun Vio menginjak-injak buku itu, mengenai tangannya, dan mengambil buku itu kembali, dan merobek buku itu. Yun merasakan jari jemari tangan kanannya terasa sakit.
“Ambil buku itu. Aku tidak mau lagi buku itu. Jijik. Dasar anak bibi topeng monyet.” Vio melemparkan kembali buku itu ke tanah
Yun sebenarnya tidak terlalu mengerti maksud omongan Vio. Ia ingin menanyakannya, tapi Vio sudah berlalu meninggalkannya. Hatinya terasa pedih. Tapi lebih pedih lagi jika ibunya harus tahu mengenai hal ini. Dan ibu Yun perlu pekerjaan untuk menghidupi Yun dan adik lelakinya. Ia mengingat buku yang pernah dibacanya mengenai orang-orang jahat yang akan mendapatkan balasan atas perbuatan yang mereka lakukan, dan orang-orang baik tidak pernah membalas perbuatan jahat. Ia berdiri dan memandang punggung Vio. Akan aku buktikan bahwa aku bisa menemukan harta karunku dan aku akan berpetualang untuk mencarinya, batinnya.
Beberapa orang mengatakan: ucapan adalah doa. Dan ternyata benar. Ucapan Yun dikabulkan oleh Maha Kuasa. Yun anak berprestasi dan tidak pernah membayar uang sekolah sampai kuliah. Selepas SMA Ia dikirim ke Singapura untuk belajar bisnis. Selama ia menempuh kuliah di sana, ia tidak pernah mengalami kesulitan dalam belajar karena ia suka membaca. Setelah selesai kuliah ia berkeliling ke berbagai perusahaan di dunia yang membutuhkannya. Baginya dengan berkeliling ke berbagai belahan dunia sudah termasuk bagian dari petualangan. Ia memiliki penghasilan yang besar. Ia telah menikah dengan seorang lelaki berkebangsaan Perancis yang senang berpetualang di hutan Kalimantan dan memiliki organisasi penyelamatan orang utan. Dan ia lagi-lagi mengingat dengan buku yang pernah dibacanya: Petualangan Erina. Ia menceritakan kepada suaminya mengenai buku itu dan mereka tertawa bersama sambil memandang tingkah laku orang utan yang mengemaskan.
Setelah dua puluh tahun Yun akhirnya bertemu dengan Vio. Yang ia dengar dari beberapa teman SD-nya: orangtua Vio bangkrut, Vio bercerai dengan suaminya, dan Vio bekerja sebagai pelayan toko di toko buku dekat dengan SD-nya dulu. Vio terlihat membersihkan buku-buku di rak. Dan Vio tidak melihatnya. Tapi ia bisa melihat kantung mata berwarna hitam di bawah mata Vio dan muka Vio terlihat lelah.
Yun berjalan meninggalkan toko buku dan berjalan ke arah mobil yang terparkir di depan toko. Ia membeli beberapa buku untuk dibacanya selama berada di rumah ibunya. Ia menaiki mobil yang dipinjamnya dari adik bungsunya. Dan ia menghidupkan mobil dan melaju menuju rumah ibunya. Ia memandang awan-awan yang terhampar di langit biru. Ia tersenyum.
*