Picus dan Sang Guru
Sinopsis
suntingCorvus Typicus atau Picus adalah burung gagak yang pandai berhitung. Dia mendengar sebuah rumor dari Colis tentang Sang guru. Picus pun melakukan perjalanan untuk menemui Sang guru tersebut.
Lakon
sunting- Picus
- Colis
- Turacoena manadensis
Lokasi
suntingHutan Sulawesi
Cerita Pendek
suntingRumor
suntingDi dalam hutan Sulawesi dengan berbagai macam keindahannya, tinggallah Corvus Typicus atau biasa dipanggil Picus. Dia adalah burung gagak dengan ciri khas dada dan perut yang berwarna putih. Tempat tinggal Picus berada di atas pohon terbuat dari cabang yang kuat dan besar sehingga tidak akan mudah jatuh sekalipun diterjang oleh angin.
Seperti biasa Picus bersiap-siap mengawali pagi dengan mencari makanan di sekitar rumah. Buah-buahan menjadi makanan favorit baginya. Selain untuk mencari buah-buahan Picus senang sekali berhitung. Sebelum dimakan Picus menghitung buah yang ada di pohon satu persatu dengan teliti. Picus sangat penasaran dengan angka dan simbol. Dia adalah burung yang pandai berbeda dengan yang lain.
"Picus, kenapa kamu tidak langsung memakannya saja sih malah di.... apa namanya? " Kata Colis sambil menghampirinya.
"Dihitung Colis."
"Iya, itu," sembari mengepakkan sayapnya pergi menjauh.
Picus pun tidak menghiraukannya dan masih saja menghitung.
Colis adalah burung yang memiliki fisik yang indah. Nama lengkapnya adalah Streptocitta Albicolis. Apalagi ketika terbang dia selalu memamerkan ekornya yang panjang dan runcing.
Suatu hari, ketika Picus sibuk menghitung buah-buahan yang ada di pohon. Tiba-tiba Colis datang dengan tergesa-gesa.
"Picus, kamu tau gak rumor yang beredar? "
"Rumor apa? " Dengan penasaran.
"Katanya ada burung merpati yang tinggal di hutan dekat perbatasan garis Wallace. Dia bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan dan dinamai dengan Sang guru. Nama lengkapnya kalau tidak salah Turacoena Manadensis. Satu lagi untuk pergi kesana ditempuh cuman seharian saja." Kata Colis menjelaskan.
" Apakah itu benar Colis? "
"Tidak tau, itu hanya sekedar rumor saja."
" Mungkin guru itu yang aku cari selama ini. Dia akan menjawab rasa penasaran ku tentang angka dan simbol." Pikir Picus.
Perjalanan
suntingSepanjang malam Picus tidak bisa tidur dan terus memikirkan perkataan Colis. Dengan pertanyaan yang selalu muncul tentang Sang guru itu. Akhirnya, di pagi hari Picus berani untuk pergi kesana. Dengan mengepakkan sayapnya dan tanpa memberitahu Colis. Picus memulai perjalanan dengan semangat yang membara.
Tidak terasa matahari sudah memancarkan sinar yang begitu panas. Dengan terpaksa Picus harus mencari buah untuk dimakan. Dia bertemu dengan burung yang sedang menikmati makanannya.
"Apa kamu pernah mendengar Sang guru? " Kata Picus bertanya.
" Hahh, Sang guru apaan tuh," dengan cuek terus melahap makanannya karena takut diambil Picus.
Selesai makan Picus melanjutkan perjalanannya. Hari semakin gelap untung saja Picus sudah sampai di hutan yang dituju. Hanya dengan mengandalkan instingnya. Picus menghampiri sarang salah satu burung dari sekian banyak sarang yang ada. Dan bertanya.
"Maaf apakah kamu tau Sang guru. Namanya Turacoena Manadensis kalau tidak salah? "
"Siapa lagi ini. Ya itu namaku jangan panggil aku Sang guru," dengan nada marah.
"Aku ingin bertanya? "
"Aku ini bukan Sang guru aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Semua yang kamu dengar adalah kebohongan yang dibuat oleh sekumpulan burung nakal. Aku tidak tau mengapa rumor itu bisa beredar. Pergi sana kau mengganggu tidurku. "
Picus pun terdiam untuk beberapa menit. Dia tidak pernah membayangkan hal ini terjadi padanya. Dengan terkejut dan lemas. Picus pergi dari sana dan kembali pulang. Seharusnya dia tidak mempercayai rumor tersebut. Picus tidak pernah menceritakan perjalanannya kepada siapapun bahkan Colis.
TAMAT