Profil Becak di Indonesia/Becak Siantar
Becak Siantar[1] berbeda dengan becak-becak lain di Indonesia memiliki kekhasan. Becak di Jawa umumnya dikayuh oleh manusia sementara becak Siantar ditarik dengan sepeda motor. Meskipun becak motor alias betor juga ada di beberapa kota lain, becak motor Siantar tetap memiliki keunggulan. Becak Siantar lebih unggul karena ditarik motor besar tua bermesin 350 CC sampai dengan 500 CC diantaranya yang paling banyak digunakan Birmingham Small Arm (BSA) yaitu jenis sepedamotor buatan Inggris yang awalnya diciptakan untuk kendaraan perang, disamping motor-motor lainnya yang juga digunakan[2] seperti Norton, Triumph, BMW, hingga Harley Davidson, juga ada. Rata-rata usia motor sudah mencapai 60 tahunan. Motor yang saat ini berjumlah sekitar 400 unit itu ada yang dibuat tahun 1941, 1948, 1952, dan yang lebih "gres" buatan tahun 1956.
Becak Siantar[3] sudah dapat dijadikan menjadi salahsatu situs purbakala, karena sesuai dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1992, setiap benda peninggalan sejarah di atas usia 50 tahun dapat dinyatakan cagar budaya dan wajib dilindungi pemerintah.
Desain Kabin
suntingBerbeda dengan konstruksi kabin becak yang biasanya dibuat dari kayu dengan rangka besi sedang becak Siantar karena menggunakan motor besar dan mampu untuk berjalan pada kecepatan tinggi, maka kabin becak Siantar harus dibuat lebih kokoh. Kabin dibuat dengan menggunakan bahan rangka logam, bodi logam dan di kombinasi dengan rangka kayu sebagaimana yang biasa digunakan pada industri karoseri otomotif setengah abad yang lalu.
Perawatan
suntingUntuk merawat motor tua seperti yang digunakan di Siantar tidaklah gampang karena perlu keahlian khusus merawat motor tua, suku cadangnya sudah tidak diproduksi lagi dan bahkan pabriknya sudah tidak ada lagi sehingga bila diperlukan dibuat di bengkel las-bubut ataupun dengan memodifikasi suku cadang motor atau mobil yang bisa dipakai sebagai substitusi. Menurut Erizal[4] ada lima bengkel dan dua orang yang dianggap berjasa terus melestarikan becak siantar.Bengkel Handayani, bengkel milik Syafii Leo, bengkel Rahayu, bengkel milik Mbah Sari, dan bengkel bubut milik Rohim. Dua lainnya adalah bengkel khusus dinamo BSA milik Tikno dan bengkel milik Yadi di daerah Karangsari. "Mereka-mereka ini bisa dibilang bukan lagi pekerja bengkel, tetapi seniman ukir besi. Bagaimana tidak, BSA sudah tak lagi memproduksi sparepart motor bikinannya sejak lama. Namun di tangan orang-orang ini, sepeda motor BSA bisa bertahan di Pematang Siantar.