Romawi Kuno/Hiburan/Permainan

Bangsa Romawi memainkan banyak permainan yang mirip dengan permainan tradisional pada masa kini, kecuali permainan kartu, yang baru ditemukan pada akhir Abad Pertengahan, dan catur, yang diperkenalkan ke Eropa dari India oleh kaum Muslim sekitar tahun 1000 Masehi. Permainan yang paling umum barangkali adalah permainan dadu, yang dimainkan dengan cara melemparkan dadu sambil bertaruh mengenai hasil yang akan ditunjukkan oleh dadu tersebut. Biasanya permainan ini adalah permainan judi, akan tetapi, bangsa Romawi juga memainkan permainan kelereng dan astragaloi.

Patung seorang perempuan Romawi yang sedang bermain astragaloi.

Astragaloi (ruas jari) adalah permainan yang mempergunakan tulang pergelangan kaki kambing atau domba. Permainan ini mirip dengan permainan bola bekel. Satu tulang dilemparkan, dan pemainnya harus mengambil sebanyak mungkin tulang lain yang berserakan di depannya, lalu sang pemain harus menangkap tulang yang tadi dilemparkan sebelum jatuh ke tanah. Selain dengan tulang, astragaloi juga dimainkan dengan batu-batu kecil.

Bangsa Romawi juga memainkan permainan semacam permainan dam, banyak permainan yang dimainkan dengan cara memidahkan bidak dari satu kotak ke kotak lainnya dalam suatu kisi-kisi. Kita menemukan kisi-kisi semacam ini tergambar di lantai-lantai bangunan dari masa Kekaisaran Romawi, mulai dari rumah, gardu jaga, dan amfiteater. Permainan ini dimainkan oleh lelaki-perempuan, tua-muda,

Selain itu, bangsa Romawi juga memiliki permainan yang aktif. Mereka memainkan permainan bola, kadang dengan bola kecil dan kadang dengan bola besar dan berat yang lebih merupakan latihan.

Mekipun bangsa Romawi memainkan banyak permainan, bagi mereka permainan-permainan ini tidak memiliki banyak kaitan keagamaan seperti halnya bagi bangsa Yunani. Bagi orang Yunani, latihan fisik akan membuat para dewa senang, dan kecantikan fisik merupakan kesenangan para dewa, sehingga kompetisi dan latihan atletik merupakan kegiatan yang religius dan dimaksudkan untuk membuat para dewa senang. Sementara untuk orang Romawi, latiahan fisik dilakukan untuk tujuan peperangan, karena itu ketangguhan fisik menjadi lebih penting ketimbang keindahan fisik.