Romawi Kuno/Hiburan/Tontonan
Gladiator
suntingBangsa Romawi senang melihat orang lain mati. Mereka menganggapnya sebagai hiburan yang menyenangkan, seperti ketika kita melihat film aksi di televisi atau bioskop. Bangsa Romawi juga menganggap bahwa para dewa juga menyukai pertarungan gladiator, karena itu menonton pertarungan juga memiliki nilai religius, selain juga menyenangkan. Banyak orang Romawi yang pergi ke amfiteater besar (seperti stadion sepak bola di masa kini) untuk melihat pertarungan profesional. Para pengunjung datang di pagi hari, membayar tiket, lalu menempati tempat duduk. Kadangkala semua tempat duduk gratis, jika ada orang kaya yang membayar untuk keseluruhan acara. Di lain waktu, pengunjung harus membayar, dan tempat duduk yang bagus tarifnya lebih mahal daripada tempat duduk jelek. Di tempat duduk yang jelek, biasanya susah untuk melihat ke arena dan ditempati oleh orang miskin.
Pertama-tama pria berbaju besi keluar dan bertarung dengan hewan buas, misalnya beruang, banteng, aligator, burung unta, singa, atau harimau. Hewan-hewan tersebut didapat dari tempat-tempat yang jauh dan dibawa secara khusus ke Colloseum. Kemudian orang Romawi memperlakukan binatang-binatang itu secara buruk dan membiarkan mereka kelaparan supaya mereka mau bertarung. Kadang manusia berhasil membunuh binatang, kadang binatangnya membunuh manusia, dan para penonton menganggapnya sebagai hiburan. Hal semacam ini masih terjadi dalam bentuk adu banteng di Spanyol, Prancis, atau Meksiko.
Pada tengah hari, ada istirahat makan siang. Beberapa orang membawa bekal, biasanya roti, keju, dan sayuran. Beberapa orang lainnya membeli makanan dari penjual keliling. Yang dijual biasanya adalah air, minuman anggur, dan kue-kue. Sementara penonton menikmati makan siang, di tengah arena ditempilkan sajian tarian, lagu, drama, atau bahkan eksekusi pelaku kejahatan. Beberapa terpidana dibawa ke tengah arena dan dipenggal atau ditusuk, namun beberapa lainnya diikat untuk dimakan oleh hewan buas. Ada juga yang dilempar dari tempat tinggi, dan masih banyak cara-cara lainnya. Bangsa Romawi menganggap bahwa para dewa senang jika keadilan ditegakkan, dan mereka juga suka melihat para pelaku kejahatan yang dieksekusi
Seusai makan siang, ditampilkan pertarungan manusia melawan manusia. Di kota-kota besar, pertarungan berlangsung sampai mati. Di kota kecil, pertarungan dilangsungkan sampai salah satunya terluka, meskipun kadang ada juga yang mati. Para petarung biasanya adalah budak.
Balap kereta perang
suntingSelain gladiator, bangsa Romawi juga senang menonton balap kereta perang. Balapan juga sering disertai dengan taruhan dan perjudian mengenai siapa yang bakal menang. Balapan kereta perang ada di seluruh Kekaisaran Romawi dan dilangsungkan di jalur balapan khusus yang disebut sirkus. Kebanyakan kota besar memiliki sirkus. Kereta perang dikendarai oleh sais (pengendara) profesional, dan kadang oleh budak. Jika sering menang, seorang sais bisa menjadi terkenal dan kaya raya, resikonya juga besar. Dalam balapan kereta perang, sering terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kematian sais dan atau kudanya.