Romawi Kuno/Militer
Romawi (bersama beberapa negara-kota di Yunani) adalah salah satu bangsa pertama yang di dunia yang membayar gaji rutin pada para tentara. Dengan begitu, pasukan bisa menjadi pasukan purnawaktu dan berjuang secara penuh, bukan hanya berjuang ketika sedang tidak mengurus ladang. Aawalnya, Romawi memiliki tentara paruh waktu seperti negara-negara lainnya, namun sejak 100 SM, di bawah Marius, tentara Romawi dibayar untuk berjuang sepanjang tahun. Karena itu, para tentara lebih sering berlatih dan menjadi pasukan yang lebih tangguh.
Biasanya, hanya pria yang boleh menjadi tentara, meskipun ada beberapa wanita yang juga masuk militer. Pria bergabung dengan pasukan ketika berusia sembilan belas tahun. Kadang-kadang para pria bergabung secara sukarela, baik karena rasa patriotisme, rasa haus akan petualangan, keinginan menjadi perwira, atau karena berharap memperoleh kewarganegaraan. Kadang pula, pemerintah Romawi memaksa para pria untuk masuk militer ketika mereka tidak mau. Beberapa pria memotong jempol sendiri supaya bisa keluar dari kemiliteran.
Jika seseorang sudah masuk ke dalam militer, dia akan bergabung dengan sebuah legiun, yaitu suatu unit prajurit yang tinggal dan berperang bersama-sama. Pada masa Augustus, ada 28 legiun, masing-masing terdiri dari 5000 prajurit. Di dalam legiun, ada kohort (500 prajurit), dan di dalam kohort adalah centuri yang berjumlah sekitar 80 sampai seratus prajurit. Rekan prajurit dalam centuri disebut centurion. Dalam centuri ada kontubernium atau "kelompok tenda", terdiri dari delapan orang yang tinggal dan makan bersama dalam satu tenda. Satu kontubernium ini akan selalu bersama selama menjadi tentara.
Jika seseorang mampu bertahan hidup, dia harus menjadi tentara selama dua puluh lima tahun. Jika bergabung pada usia 19 tahun, maka seseorang akan berusia 44 tahun saat keluar. Sebagian besar orang Romawi meninggal pada usia empat puluhna atau lima puluhan, jadi seorang tentara akan menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya di militer. Prajurit tidak diperbolehkan menikah atau memiliki anak, namun ada juga prajurit yang melakukannya.
Prajurit Romawi belajar melakukan berbagai gerakan rumit sehingga mereka mampu berperang dengan lebih baik. Salah satu yang terkenal adalah formasi testudo ("kura-kura"). Dalam formasi ini, semua prajurit memosisikan perisainya untuk membentuk semacam penutup yang melindungi unit dari serangan panah atau serangan lainnya.
Pasukan Romawi melakukan banyak perang sepanjang sejarah Romawi, dan selama ratusan tahun mereka memenangkan sebagian besar perang yang mereka hadapi. Pada masa awal Republik Romawi, mereka mengalahkan Etruria, lalu mengalahkan pasukan gabungan negara-kota Yunani di Italia selatan. Pada tahun 275 SM, pasukan Romawi berperang dengan Kartago dalam Perang Punisia Pertama, dan pada 215 SM mereka mengalami Perang Punisia Kedua, dan Romawi memenangkan kedua perang tersebut.
Pada tahun 100-an SM, pasukan Romawi bertempur di Yunani dan Asia barat. Pada masa kaisar Augustus, Romawi telah berhasil menaklukan Galia (Prancis modern), Yunani, seluruh pesisir Mediterania bagian Asia termasuk israel, dan seluruh pesisir Afrika utara termasuk mesir. Cucu tiri Augustus, Claudius, menaklukan Britania sekitar tahun 50 M.
Pada tahun 100-an M, Trajanus menaklukan Dakia (Romania modern) dan sebagian besar Suriah dan Irak, namun penaklukan-penaklukan tersebut bisa dibilang merupakan akhir perluasan wilayah Romawi. Pasukan Romawi kemudian lebih sering berdiam di satu tenmpat, berjaga di dekat perbatasan untuk menjaga keamanan kekaisaran. Dalam prosesnya, para prajurit menikahi perempuan setempat, mengolah lahan, dan mempelajari bahasa lokal.
Pada awal 200-an M, pasukan Romawi mengalami situasi yang buruk. Persia Sassania di Iran dan Irak mulai menyerang Romawi di sepanjang perbatasan Asia barat, berharap untuk mengusir pasukan Romawi dari Asia Barat. Ketika mengetahui bahwa pasukan Romawi sibuk di Asia Barat, banyak suku yang menghuni daerah Eropa utara dan timur, seperti Visigoth dan Ostrogoth, mulai ikut menyerang Romawi. Para kaum itu kadang mengoordinasikan serangan mereka supaya mereka bisa menyerang secara bersamaan. Adalah sulit menghadapai dua musuh pada waktu yang sama.
Sejak tahun 400-an M, kaisar Romawi di Kekaisaran Romawi Barat tidak lagi mempunyai cukup uang untuk menggaji para prajurit, akibatnya para prajurit pun melakukan hal-hal lain, misalnya bertani, atau berperang demi pasukan lainnya. Militer Romawi lambat laun melemah, dan kaum Visigoth dan Ostrogoth pun berhasil meruntuhkan Romawi.