Romawi Kuno/Sastra/Ovidius
Pada masa akhir Republik Romawi sekaligus akhir kekuasaan Senat, para penyair merasa bersemangat untuk menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru di Kekaisaran Romawi pimpinan Augustus. Publius Ovidius Naso, yang lahir pada tahun 43 SM, akan berusia 12 tahun ketika Augustus berkuasa, jadi ketika Ovidius tumbuh besar, dia menjadi salah satu penyair yang mendorong batas mengenai apa yang mungkin saat itu - apakah Kekaisaran telah memberikan kebebasan menulis?
Ovidius berasal dari keluarga equestrian kaya yang tinggal di dekat Roma, meskipun bukan kelas senator terkaya. Dia tumbuh dengan kebutuhan hidup yang selalu tersedia dan memiliki banyak budak. Dia menjalani pendidikan yang bagus di Roma, karena ayahnya ingin dia menjadi pengacara. Akan tetapi, Ovidius memutuskan untuk menjadi penyair alih-alih pengacara. Dia menerbitkan buku puisi pertamanya pada tahun 18 SM, atau pada usia 25 tahun. Buku itu berjudul Amores ("Puisi-puisi Cinta"). Ovidius mendorong batas - di bawah pemerintahan baru, dapat seseorang menerbitkan puisi tentang cinta di luar tema pernikahan, atau apakah masih dilarang? Puisi-puisiny bukanlah pornografi - orang-orang membacanya di sekolah menengah pada masa modern - namun dalam puisinya, orang-orang digambarkan berhubungan cinta di luar pernikahan dan menikmatinya.
Buku kedua Ovidius juga menekan batas, namun dengan cara yang berbeda. Dia menulis Metamorphoses ("Perubahan"), yang dia kemungkinan terbitkan sekitar tahun 8 SM, ketika ia berusia 35 tahun. Ini adalah puisi yang sangat panjang yang menceritakan banyak cerita pendek mengenai perubahan-perubahan di dunia mulai dari Penciptaan hingga kematian Julius Caesar. Puisi menceritakan hampir semua kisah dalam mitologi Yunani yang kita ketahui - pada kenyataannya, banyak cerita mitos Yunani menjadi dikenal karena dituliskan dalam Metamorphoses. Kisah Daidalos dan Ikaros hasil tulisan Ovidius adalah salah satu yang paling awal kita ketahui. Sebagian besar cerita Ovidius adalah tentang perubahan: Gaia berubah dan melahirkan para dewa, Aktaion berubah menjadi rusa, Medusa berubah menjadi monster, Philamon dan Baukis menjadi pohon, Arakhne menjadi laba-laba. Tentu saja perubahan terbesar dalam kehidupan Ovidius adalah perubahan Republik menjadi Kekaisaran, dan Ovidius mungkin ingin menyatakan bahwa perubahan selalu terjadi dan menimpa segala sesuatu, termasuk Augustus dan Kekaisaran Romawi.
Ovidius melanjutkan Amores pada tahun 1 M (ketika berusia 43 tahun) dengan buku puisi lainnya, Ars Amatoria ("Seni Bercinta"). Puisi-puisi ini memberi nasehat kepada para pria dan wanita Romawi tentang cinta, khususnya cinta di luar pernikahan. Puisi-puisinya sangat elegan dan menggugah, dan ditulis dengan baik, oleh karena itu sangat terkenal di Romawi. Di Pompeii, seseorang menuliskan kutipan dari puisi Ovidius di dinding.
Namun ternyata Ovidius dihukum akibat menulis itu semua. Pada tahun 8 M, ketika Ovidius berusia 51 tahun, Augustus mengusirnya ke luar Kekaisaran Romawi, ke sebuah desa bernama Tomis di pesisir Laut Hitam (Romania modern). Ovidius meninggalkan istri dan putrinya, serta semua kawannya. Dalam pengasingannya, dia menjalin pertemanan dengan orang-orang Tomis, dan belajar bahasa mereka, namun dia tetap merasa sangat sedih berada di sana. Pada tahun 17 M, dalam usia enam puluh tahun, Ovidius meninggal di Tomis.