Romawi Kuno/Sejarah/Theodosius
Julianus adalah kerabat pria terakhir dari Constantinus, jadi tidak jelas siapa yang harus menjadi kaisar setelah dia meninggal. Para jenderal di Timur bermusyawarah pada tahun 363 M dan memilih salah seorang di antara mereka, yaitu seorang Kristen bernama Jovianus. Jovianus menghentikan pertempuran melawan Sassania dan memilih untuk mundur. Dia tidak memerintah lama dah meninggal pada tahun 364 M.
Jovianus digantikan oleh jenderal lainnya dari Timur, yaitu Valentinianus, yang merupakan seorang Katolik. Valentinius dengan cepat memutuskan bahwa dia ingin menguasai paruh barat Kekaisaran Romawi dan memberikan bagian timur kepada saudaranya Valens. Ibukota Velentinianus adalah di kota Milan, sedangkan Valens, seabgai penganut Arianisme, tinggal di Konstantinopel.
Putra Valens, yaitu Gratianus, dinikahkan dengan putri Constantius II, yaitu Constantia, untuk membuat kaisar baru menjadi bagian dari keluarga lama, dan pada tahun 367 M Gratianus diangkat menjadi kaisar juga, meskipun dia baru berusia delapan tahun. Guru Gratianus adalah seorang Kristen bernama Ausonius, namun informasi mengenai mereka lebih banyak diketahui dari Ammianus Marcellinus.
Dalam periode ini Romawi terus berperang baik melawan Jermanik maupun Sassania. Selain itu ada pula pemberontakan Donatis di Afrika. Pada tahun 378 M Romawi kalah dalam pertempuran penting di Adrianopel ("kota Hadrianus") di Balkan, di sana Valens terbunuh ketika melawan suku Visigoth. Suku Visigoth kemudian bergerak semakin dalam ke Kekaisaran Romawi dan bermukim di sana. Romawi memberi mereka status sebagai pengungsi dan membiarkan mereka tinggal di Romawi.
Theodosius, seorang jenderal mudah dari Spanyol yang beragama Katolik, dan putra dari jenderal lainnya, dipilih untuk menggantikan Valens. Dia berkuasa bersama Gratianus dan Valentinianus II, putra Valentinianus I, dan dia menikahi Galla, putri Valentinianus I. Theodosius dapat memperoleh kembali keunggulan dalam militer, meskipun sebagian besar dengan cara membuat kesepakatan dengan Visigoth dan Sassania. Pada tahun 383, seorang jenderal pemberontak bernama Maximus membunuh Gratianus, dan pada tahun 388 Maximus menyerang Valentinianus II; Theodosius kemudian membunuh Maximus.
Pada tahun 391 M, di bawah pengaruh Uskup Ambrosius (kini Santo Ambrosius) dari Milan, Theodosius melarang praktik ritual agama pagan meskipun dilakukan di dalam rumah. Hanya agama Kristen (dan sampai batas tertentu, Yudaisme) yang boleh dianut di Kekaisaran Romawi. Seorang jenderal non-Romawi bernama Arbogast memberontak begitu mendengar peraturan ini. Dia membunuh Valentinianus II dan mengangkat kawannya, Eugenius, sebagai kaisar, namun Theodosius mengalahkan dan membunuhnya. Ketika Theodosius meninggal pada tahun 395, Romawi sudah menjadi sebuah kekaisaran Kristen.