Romawi Kuno/Sosial/Perbudakan

Beberapa orang di Romawi menjadi budak milik orang lainnya, atau milik pemerintah Romawi. Banyak dari para budak ini, terutama di Spanyol dan Prancis selatan, bekerja di ladang dan menggarap lahan pertanian miliki orang kaya. Di ladang ini, yang disebut latifundia, seorang mandor mengawasi ratusan atau ribuan budak bekerja sepanjang hari di bawah terik matahari. Pada malam hari, para budak tidur di barak, dengan pria dan wanita dipisahkan.

Seorang budak wanita sedang dipertontonkan di pasar budak. Budak wanita biasanya digunakan sebagai selir, gundik, atau pemuas nafsu seksual lainnya. Dalam proses jual-beli budak wanita, calon pembeli bahkan diperbolehkan untuk terlebih dahulu memeriksa secara saksama tubuh budak wanita yang akan dibelinya.

Budak-budak lainnya harus bekerja di bawah tanah di pertambangan untuk mencari emas, perak, tembaga, timah, atau besi. Tekanan pekerjaan ini juga berat dan banyak budak yang meninggal setelah bekerja beberapa tahun. Pemerintah Romawi, juga para saudagar, memanfaatkan banyak budak pria untuk mengayuh dayung pada kapal laut. Mereka dirantai pada dayung. Banyak dari pekerja tambang dan pengayuh dayung ini adalah orang-prang yang dihukum.

Ada pula budak yang bekerja di rumah orang kaya. Mereka biasanya bertugas sebagai pengasuh anak, juru masak, pelayan, pembersih, pengurus kuda, pencuci, pengajar, dan akuntan. Para budak jenis ini ada yang memiliki keluarga, meskipun mereka tidak pernah memiliki kepastian untuk mengurus keluarga mereka. Anak-anak yang terlahir dari budak seringkali dijual dan dijauhkan dari orang tua mereka. Para budak ini juga sering dipukuli dan jarang memperoleh makanan yang layak.

Banyak juga budak yang bekerja di pabrik atau toko kerajinan tangan. Mereka biasanya bekerja sebagai penenun, pencelup, pembuat tembikar, atau pembuat mosaik, Beberapa budak bekerja di bidang konstruksi, dan beberapa lainnya dipekerjakan di toko pakaian atau toko minyak wangi. Selain itu, budak dapat pula bekerja untuk pemerintah Romawi sebagai akuntan atau penjaga, atau memotong kayu untuk tempat pemandian air panas.

Para pria pemilik budak wanita dapat secara bebas melakukan hubungan seksual dengan budaknya, sehingga kadang-kadang pria kaya membeli budak wanita yang cantik dengan tujuan menikmati tubuhnya.

Banyak budak yang dibebaskan jika sudah tua, itu pun jika mereka dapat hidup sampai usia tua. Budak yang sudah bebas dapat menjadi warga Romawi dan disebut "orang yang dimerdekakan" atau "mantan budak."

Mantan budak

sunting

"Pria terbebas" dan "wanita terbebas", atau disebut juga "mantan budak", adalah orang-orang yang dulunya adalah budak tapi akhirnya dimerdekakan. Kadang-kadang mereka bebas karena sudah terlalu tua dan pemiliknya tak mau lagi mengurusnya. Pengasuh dan suster biasanya dimerdekakan setelah anak yang diasuhnya beranjak dewasa. Ada juga budak yang bebas karena berhasil mengumpulkan uang dan menebus kebebasannya sendiri. Pemilik budak juga kadang-kadang memerdekakan budak yang telah melakukan sesuatu yang istimewa. Budak yang dibebaskan kebanyakan adalah budak yang bekerja untuk orang kaya atau pemerintah. Budak yang bekerja di ladang dan perkebunan jarang dimerdekakan.

Meski sudah tidak berstatus sebagai budak, mantan budak masih harus melaksanakan perintah mantan tuan mereka, dan tetap harus bekerja secara gratis untuk tuan mereka jika disuruh. Mantan budak wanita tidak boleh menolak tawaran pernikahan dari mantan tuan mereka. Mantan budak juga tidak boleh memegang jabatan politik dan keagamaan, tapi anak-anak mereka diperbolehkan. Meski begitu, banyak mantan budak yang berhasil menjadi orang kaya dan sejahera. Setelah bebas, mereka membuat toko atau mengelola bisnis, atau bahkan membeli ladang. Beberapa mantan budak memperoleh uang pensiun dari mantan tuan mereka. Pada diansti Julius-Claudius, beberapa orang penting di kekaisaran adalah mantan budak.