Romawi Kuno/Sosial/Perempuan
Wanita Romawi dibatasi oleh banyak larangan, dan tidak dapat sebebas pria. Wanita tidak dapat menjadi kaisar, anggota Senat, gubernur, atau tentara. Sementara pria Romawi diperbolehkan untuk memukul istri-istri dan budak mereka. Pria juga diperbolehkan untuk berhubungan seks sesuka hatinya dengan istri atau budak wanitanya. Seorang istri dapat mengajukan cerai tapi biasanya anak-anak dibawa oleh suami. Seorang budak wanita seringkali dianiaya dan diperkosa oleh pemiliknya. Jika budak wanita melahirkan anak, maka anak-anaknya seringkali dibunuh atau dijual pada orang lain.
Beberapa anak perempuan dapat bersekolah, dan sedikit dari mereka dapat memperoleh pendidikan tingkat lanjutan. Setelah menikah, perempuan Romawi tetap berada di bawah kuasa ayah mereka. Setelah ayah mereka meninggal, anak perempuan Romawi dapat memperoleh warisan yang setara dengan anak lelaki. Perempuan Romawi juga dapat mengelola bisnis sendiri dan memiliki properti sendiri.
Meskipun sulit, beberapa wanita Roamwi berhasil terjun ke dunia politik. Sekali waktu, ada perempuan Romawi yang menjabat di dewa kota lokal. Pada tahun-tahun pertama dalam abad ke-1 M, Messalina dan Agrippina menjadi ratu dan sedikit banyak dapat menguasai Kekaisaran Romawi. Pada 217 M, Julia Maesa dan Julia Mammaea memerintah Kekaisaran Romawi melalui cucu mereka sampai 226 M. Ratu Pulcheria mengendalikan Kekaisaran Romawi Timur dari tahun 414 M sampai dia meninggal pad tahun 453 M, dan keponakannya Placidia mengendalikan Kekaisaran Romawi Barat selama beberapa tahun.