Romawi Kuno/Sosial/Sekolah

Relief yang menggambarkan sekolah Romawi.

Sekolah dasar sunting

Sebagian besar anak Romawi tidak bersekolah. Seperti orang tua mereka, anak-anak harus bekerja di ladang. Mereka membajak, mencangkul, dan menyiangi ladang. Anak-anak itu harus membantu orang tua mereka bekerja supaya tersedia cukup makanan untuk dikonsumsi. Mereka tidak menempuh pendidikan formal.

Tetapi beberapa anak lelaki orang kaya, terutama jika mereka tinggal di kota, dapat pergi ke sekolah. Sekolah Romawi kecil, dengan hanya satu ruang kelas dan satu pengajar. Satu guru itu mengajar murid lelaki dari berbagai usia, mulai dari tujuh hingga sebelas atau dua belas tahun. Guru dibayar oleh orang tua siswa secara langsung. Semua gurunya adalah pria. Anak orang kaya kadang-kadang memiliki budak yang mengantar mereka pulang-pergi ke dan dari sekolah. Para siswa biasanya duduk di bangku atau kursi, begitu juga gurunya. Mereka tidak menggunakan meja. Beberapa anak (baik lelaki maupun perempuan) belajar di rumah. Mereka diajari oleh ibu atau ayah mereka. Kadang-kadang orang tua membayar guru supaya datang ke rumah dan mengajar anak mereka. Orang tua juga dapat membeli budak untuk dijadikan sebagai pengajar di rumah.

Guru mengajar muridnya membaca dan menulis, juga cara berhitung dengan angka. Kertas belum ditemukan jadi para murid membaca gulungan papirus. Sementara untuk menulis, mereka menggores-goreskan batang logam atau potongan tembikar pada papan kayu yang dilapisi lilin. Sang guru menulis huruf alfabet, atau baris-baris dari naskah Aeneid, dan para murid menyalinnya. Mereka juga belajar matematika. Kadang mereka belajar memainkan alat musik. Mereka tidak mempelajari ilmu alam, atau olahraga.

Jika sang murid tidak menguasai pelajaran, sang guru akan memukulnya dengan tongkat. Akibatnya banyak anak yang takut pada guru. Mereka kemudian membenci sekolah karena takut dipukul oleh guru. Ketika anak lelaki sudah berusia sebelas atau dua belas tahun, dan telah memperoleh semua pelajaran di sekolah, banyak di antara mereka berhenti sekolah. Sedikit dari mereka melanjutkan pendirikan ke sekolah lanjutan.

Sekolah lanjutan sunting

Anak Romawi yang dapat belajar di sekolah lanjutan hanyalah anak-anak yang sangat kaya dan cerdas. Kota kecil biasanya tidak memiliki sekolah lanjutan, jadi kadang-kadang ada anak yang harus pergi ke kota besar dan bersekolah jauh dari keluarga. Sekolah lanjutan tidak menyediakan asrama, sehingga di kota besar mereka harus tinggal di tempat kos, atau di rumah kerabatnya jika memiliki kerabat di sana. Dengan demikian, orang tua harus membayar biaya sekolah dan juga biaya kos.

Di sekolah lanjutan, para siswa diajari bahasa Yunani. Mereka harus menghapal sajak-sajak karya Homeros, penyair terkenal dari Yunani. Mereka juga belajar filsafat dan berpidato.