Asia Raya adalah surat kabar harian yang diterbitkan divisi propaganda Pemerintah Jepang pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Surat kabar ini terbit sejak 29 April 1942 hingga 7 September 1945. Digitalisasi surat kabar ini dapat diakses di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Sejarah sunting

Setelah berhasil mendarat di Jawa, Jepang mengumpulkan pasukan propaganda yang tergabung dalam Sendenhan untuk mendirikan sebuah surat kabar yang bernama "Asia Raya". Surat kabar ini terbit pertama kali pada 29 April 1942 dengan melibatkan orang Indonesia dalam proses produksinya.

Badan Pengarang : A. Asano, N. Suimizu, Uio Tomizawa
Anggota Kehormatan : R. Soekardjo Wiryopranoto
Pemimpin Redaksi : T. Ichiki
Bagian Politik dan Umum : Winarno
Bagian Sosial dan Pemuda : Sanusi Pane
Bagian Ekonomi : Setijono
Alamat Kantor : Molenvliet Oost No. 8 Jakarta
Tiras : 15.000 eksemplar
Harga : 10 sen/eksemplar

Asia Raya terbit setiap hari (kecuali hari libur), empat halaman per eksemplar. Namun, sejak 27 Februari 1943, pemerintah Jepang mengurangi jumlah halaman menjadi dua halaman per eksemplar karena kelangkaan kertas. Surat kabar ini berhenti pada 7 September 1945, di tahun keempat, nomor edisi 216.[1]

Rabu, 29 April 1942 : No 1 sunting

Barat mundur, Timur maju sunting

Hari ini, 29 April adalah hari raya, Hari Maulud Seri Baginda Yang Mulia (SBYM) Tenno Heika. Hari raya untuk menghormat SBYM Tenno Heika yang sekarang mencapai usia 41 tahun. Kami berdoa, moga-mogalah SBYM selalu selamat bahagia, dapat bertahta sampai jauh usia dalam keadaan mulia. Namanya dipuji sepanjang masa sebagai pelindung dari seluruh rakyat yang bernaung di bawah kerajaannya. Raja diraja bahagia, negeri aman sejahtera, rakyat kuat sentosa.

Hari besar ini dirayakan oleh segenap bangsa dan negara yang bernaung dibawah pimpinannya. Nippon, Manchukuo, Tiongkok (sebagian besar), Philipina, Thai, Birma, Malaka Indonesia. Pendek kata : Bangsa dan Negara Asia, Timur dan Selatan.

Asia! Suatu perkataan yang usianya sama dengan umur hikayat Dunia. Asia biasanya disamakan dengan Bangsa Timur. Maka dari itu, perkataan "Adab datang dari Timur" berarti datang dari Asia. Kalimat itu menggambarkan betapa pentingnya kedudukan bangsa dan negara Asia. Sudah tentu di dalam sejarah dunia kedudukan tadi berubah. Tinggi dan rendah saling berganti. Begitupun kekuasaaan, ganti berganti pula. Sebagai roda yang berputar. Berputar dari Timur ke Barat. Dengan tidak ragu-ragu, bahkan dengan penuh kepercayaan, bahwa Asia sudah beberapa tahun menginjak saat baru. Yaitu saat yang Bangsa dan Negara Asia lepas dari genggaman Eropa dan Amerika. Dengan lain, perkataan : Barat mundur, Timur maju.

Kemajuan Timur tidak tercapai dengan tidur atau dalam mengimpi, tetapi dengan bekerja, berjuang dan berkorban. Didalam kemajuan inilah, yang menjadi pemimpinnya, Dai Nippon. Kami akui, kami hargai dan kami puji. Yang pantas dipuji, harus dipuji. Dibawah pimpinan SBYM Tenno Heika, maka Nippon dan Indonesia telah bersatu. Kedua duanya bersama-sama memikul kewajiban menuju kepada Asia Raya. Saya yakin bahwa Indonesia cukup mempunyai bekal-bekal untuk melakukan pekerjaan tersebut. Saya yakin pula, bahwa maksud itu memang termasuk dalam cita cita kita, ialah turut menyumbang kepada perdamaian Bangsa dan perdamaian Dunia.

Kearah Asia Raya sunting

Koran "Asia Raya" ini mulai diterbitkan sengaja pada hari tahun Seri Baginda Tenno Heika. Hari ini, hampir seluruh Asia merayakan hari lahir Yang Maha Mulia itu. Karena pada waktu ini boleh dikatakan hampir seluruh Asia bernaung dibawah perlindungan Seri Baginda.

Baru sekali ini bangsa Indonesia turut merayakan hari Maulud Seri Baginda. Tiga hari berturut-turut, mulai tanggal 28 kemarin, berkibarlah bendera Matahari Terbit di muka tiap-tiap rumah penduduk negeri kita. Berkibarnya bendera itu sebetulnya harus sebagai lambang dari penghormatan dan kegembiraan rakyat atas rahmat yang dilimpahkan Seri Baginda kepada seluruh penduduk negeri.

Boleh jadi, untuk sementara orang di Indonesia, perayaan hari ini dan berkibarnya bendera sekarang belum meresap benar-benar dalam tulang sumsum dan hati sanubarinya. Karena maklum, baru beberapa hari saja rakyat disini dapat menerima dan merasakan rahmat Yang Maha Mulia itu. Akan tetapi kita yakin bahwa tidak lama lagi, jikalau kebijaksanaan dan kemuliaan Seri Baginda Tenno Heika sudah lebih terasa lagi oleh rakyat jelata disini umumnya, maka tiap-tipa hari Maulud Yang Maha Mulia, tidak saja di muka tiap-tiap rumah akan berkibar bendera, melainkan di dalam hati sanubari tiap-tiap orang akan berkobar-kobar juga semangat bergembira dan memuja. Serta akan bersinarhlah cahaya cinta kasih, dan menggetarlah puji doa yang tulus ikhlas terhadap Seri Baginda itu. Tidak beda dengan di Nippon, dimana Rakyat telah dapat menganggap Seri Baginda sebagai perwujudan dari Kebijaksanaan, Kesucian, Cinta Kasih dan Keadilan.

Sebaliknya, untuk sebagian lagi dari penduduk disini, maka lenyap musnahnya kekuasaan pemerintah yang lama ialah karena titah dan rahmat Seri Baginda Tenno Heika kepada balatentaranya, telah bisa menjadi bukti dan kenyataan yang cukup dari kebijaksanaan, kebesaran dan keluhuran Yang Maha Mulia itu. Hingga dengan dikibarkannya bendera pada hari ini, maka benar-benar berkobar-kobarlah juga sudah perasaan hormat dan setia terhadap Seri Baginda itu.

Chungking Bingung Karena Penghianatan Inggris : Menyebabkan Kekalahan di Burma sunting

Canton, 25 April (Domei) : Kabar yang boleh dipercaya mengatakan bahwa golongan anti Inggris dan Amerika di Chungking mengatakan kekesalannya dengan terus terang perihal kurangnya bantuan Inggris yang menyebabkan kekalahan-kekalahan balantentara Chungking di Burma. Biarpun Chungking telah mengirimkan pasukan-pasukannya ke luar negeri untuk menolong balatentara Anglo-Amerika, akan tetapi Inggris dan Amerika belum mengambil tindakan untuk mengirimkan mensiu ke Chungking.

Dalam peperangan dengan Nippon, yang telah berlaku lima tahun lamanya, Chungking telah kehilangan daerah-daerah industrinya semua. Perlawanan tidak mungkin dilanjutkan lagi jika daerah daerah itu tidak direbut kembali atau tidak memasukkan barang barang keperluan dari Amerika dan Inggris ke Tiongkok. Inggris dan Amerika tidak dapat atau tidak mau mengurangi kesukaran di Chungking, teristimewa dalam soal mendapat alat-alat kedokteran dan obat-obat.

Belanda turut memperbaiki kerusakan sunting

Fukuoka, 25 April (Domei) : Untuk menyingkirkan segala perasaan bermusuh, maka ahli-ahli handasah (ilmu ukur tanah), ahli-ahli mesin, perusahaan besi, serta ahli-ahli minyak bangsa Belanda telah mulai dengan giat sekali bekerja bersama dengan pihak Nippon untuk membetulkan kerusakan-kerusakan di kepulauan yang dulu dikuasai bangsa Belanda. Demikianlah diterangkan tuan Yusaka Ishizawa, konsul jenderal di Betawi, dalam percakapannya dengan Pers di Fukuoka pada hari ini pukul 14.30 petang, selagi beliau mengasoh sedikit tempo disana, dalam perjalanannya dari Hindia Timur ke Tokio.

Waktu ditanya tentang pengalamannya diwaktu perang pecah, Ishizawa mengatakan bahwa 29 pegawai bangsa Nippon dari kantor-kantor konsul di Betawi, Menado, Medan dan Makasar, antaranya beliau sendiri, pada permulaan perang diasingkan ke tempat perasingan, dan tinggal dalam tahanan itu sampai pada tanggal 9 Maret, waktu Hindia Timur Belanda menyerahkan diri ke tangan Nippon. Beliau menyatakan bahwa orang orang di tempat pengasingan itu menderita segala macam kesukaran dari pihak pembesar-pembesar Belanda, meskipun sampai beberapa kali beliau memperdengarkan protesnya terhadap kelakukan-kelakuan itu.

Harada di Rome sunting

Rome, 24 April (Domei) : Ken Harada, gezant (duta besar) yang buat pertama kali diangkat di Vaticaan telah tiba di Rome bersama dengan isterinya. Mereka disambut oleh Guseppe Grano, asisten sekretaris Vaticaan, pembesar-pembesar Ambassade Nippon dan pelajar-pelajar Nippon yang beragama Katolik. Harada mengatakan kepada Pers bahwa beliau akan bekerja sekuat-kuatnya untuk menyebarkan semangat keadilan dan kesatriaan Nippon.

Rupanya Inggris dan Amerika Serikat telah mengadakan tipu muslihat untuk menghalang-halangi pertalian Nippon dan Vaticaan, akan tetapi mereka tak mendapat hasil sedikit juapun.

Soal Bendera sunting

Baik di waktu damai atau juga di waktu perang, soal bendera tetap menjadi barang yang harus dijunjung tinggi. Tidak boleh rasanya hal itu dianggap sebagai perkara kecil, apalagi dipermainkan. Demikian pula halnya dengan bendera Nippon, diharapkan penduduk berhati-hati dan jangan menempatkan dengan sembarangan.

Sesudah kejadian seorang anak yang menginjang bendera Nippon berakibat ia diikat pada pohon sebagai pelajaran untuk menghargai bendera itu. Dengan disengaja atau tidak, tetap tetap orang harus menghargai bendera, sebab disitulah letaknya perasaan suatu bangsa.

Mengejar Untung, Menjadi Buntung sunting

Kekurangan beras di kota, walaupun sekarang tidak begitu dirasa lagi, tetapi masih banyak orang yang hendak mencari untuk besar dengan jalan yang tidak betul.

Menurut kabar, seseorang telah mendatangkan beras dari luar kota buat mendapat keuntungan besar. Sepuluh baal beras telah dibeli dari Cikampek dengan harga f 14 (empat belas rupiah) satu baalnya. Beras itu kabarnya akan dijual secara gelap dengan harga f 25 satu baalnya. Tetapi apa daya, sesampainya beras itu di Senen, telah ditahan oleh pembesar polisi militer. Karena orang itu bukan pedagang beras dan beras yang dibawanya banyak sekali. Ia dianggap sebagi seorang yang hendak menyimpan beras sebanyak banyaknya, suatu perbuatan yang dilarang. Oleh karena itu maka berasnya lalu dibeslag (disita).

Harga Barang-Barang di Pasar Banten sunting

"Antara" mengabarkan bahwa harga barang-barang keperluan hidup sekarang mulai naik. Hal ini disebabkan bukan karena barangnya berkurang, akan tetapi karena banyaknya pembeli yang datang bukan saja dari Banten sendiri, akan tetapi juga dari luar daerah Banten, seperti yang datang dari Jakarta, dll.

  1. Minyak kelapa sekaleng (isi 26-27 botol) dulu f 2.40 sekarang f 5-6.
  2. Minyak kelapa sebotol dulu 11 sen sekarang 15 - 20 sen
  3. Telur ayam sebutir dulu 2 sen sekarang 3 - 4 sen
  4. Telur bebek sebutir dulu 2.5 sen sekarang 3.5 - 4.5 sen
  5. Beras sebatok dulu 6 - 7 sen sekarang 8 - 10 sen
  6. Kerupuk meninjau (emping) satu kati dulu 14 sen sekarang 25 sen
  7. Kelapa sebutir dulu 1 sen sekarang 2 sen

Jadwal Waktu Sembahyang sunting

Menurut undang-undang Balatentara Nippon di Jakarta No 6 pasal 1 dan 2, maka Indonesia harus memakai jam Nippon. Oleh karena perbedaan antara jam Indonesia dan Nippon ada 90 menit majunya, maka sudah tentu segala lonceng dan waktu-waktu untuk bekerja, sembahyang, dll harus dimajukan dengan mengambil ukuran tersebut. Dibawah ini kita cantumkan sebuah contoh pemajuan waktu-waktu sembahyang, sebagai hasil perundingan dengan Paduka tuan Bupati Jakarta dan Mahkamah Islam tinggi di kota Ini

  1. Zuhur : 1.59
  2. Ashar : 5.12
  3. Magrib : 7.57
  4. Isya : 9.03
  5. Subuh : 6.42

Referensi sunting

  1. Maman S. Mahayana Japanese Occupation Government Policy in Indonesia on Culture and Literature : A Case Study of Asia Raja Newspaper Humaniora Vol 25 No 2 Juni 2013 hal 129 - 142