Sejarah Filipina/Bab 2
Kajian Etnologi.—Kajian ras dan bangsa membentuk ilmu terpisah dari sejarah, yang dikenal sebagai etnologi, atau ilmu ras. Etnologi memberitahukan kami bagaimana dan dimana ras berbeda dari umat manusia bermula. Ini menjelaskan hubungan antara ras serta perbedaan pikiran, raga dan cara hidup yang orang-orang berbeda tampilkan.
Seluruh pengetahuan semacam itu adalah bantuan besar untuk negarawan sebagaimana ia sepakat dengan urusan masyarakatnya sendiri dan bangsa lain, dan ini membantu orang-orang pribadi dari ras berbeda untuk memahami satu sama lain dan memperlakukan satu sama lain dengan hormat, murah hati dan simpati. Karena kebanyakan juga sebagai sejarah modern yang kami kaji terkait dengan banyak masyarakat berbeda dari cikal bakal dan ras berbeda, dan kebanyakan sejarah kami diturunkan pada perbedaan tersebut, kami harus melirik sedikit etnologi Filipina.
Negrito.—Karakteristik Fisik.—Sebagian besar penduduk asli kepulauan tersebut masuk apda apa yang disebut ras Melayu, atau Mongol Oseanik. Namun, terdapat satu ras kecil penting yang tersebar di sepanjang Filipina, yang tentunya tak memiliki hubungan secara keseluruhan dengan Melayu. Orang kecil tersebut disebut dalam bahasa Tagálog dengan sebutan “Aeta” atau “Ita.” Bangsa Spanyol, kala mereka datang, menyebut mereka “Negrito,” atau “negro kecil,” nama yang lebih dikenal. Karena mereka tanpa pertanyaan merupakan penduduk asli kepulauan tersebut yang memiliki sejumlah pengetahuan, kami dapat berbicara dengan mereka sesekali.
Mereka adalah salah satu suku terkecil di dunia, rata-rata tinggi orang tersebut berukuran sekitar 145 sentimeter, atau setinggi murid Amerika berusia dua belas tahun; wanitanya memiliki tinggi yang lebih kecil. Mereka memiliki kulit gelap kecokaltan yang banyak orang menganggap emreka sangat hitam; rambut mereka sangat berbulu atau keriting, dan membentuk lapisan tebal pada kepala mereka. Selain ciri-ciri tersebut, mereka bukannya tak atraktif dalam penampilan. Mata mereka besar dan berwarna coklat, penampilan mereka sangat biasa, dan tubuh kecil mereka seringkali berbentuk indah.
Penampilan orang-orang kecil tersebut memicu perhatian bangsa Spanyol pertama, damn terdapat banyak catatan awal dari mereka. Padre Chirino, yang datang sebagai misionaris pada 1592 ke Panay, memulai penjelasan tentang tenaga kerjanya di pulau tersebut sebagai berikut: “Di antara orang-orang Bisaya, terdapat juga beberapa Negro. Mereka kurang gelap dan jelek ketimbang orang-orang Guinea, dan mereka lebih pendek dan lemah, namun rambut dan janggut mereka sama. Mereka lebih barbar dan liar ketimbang orang-orang Bisaya dan Filipina lainnya, karena mereka tak memiliki rumah atau tempat tetap untuk bermukim. Mereka tak menanam maupun menuai, namun hidup bak hewan liar, mengembara dengan sitri dan anak-anak mereka sepanjang pegunungan, dalam keadaan nyaris telanjang. Mereka berburu rusa dan babi liar, dan kala mereka membunuh satu ekor, mereka berhenti disana sampai seluruh dagingnya disantap. Dalam hal harta benda, mereka tak memiliki apapun selain busur dan panah.”
Perilaku dan Adat.—Negrito masih memiliki kawakter liar, dan hanya sebagian kecil benar-benar beradab disamping upaya beberapa misionaris Spanyol. Mereka masih mengembara sepanjang pegunungan, membangun rumah sendiri, namun membuat tembok kecil dan atap untuk menjaga dirinya dari angin dan hujan. Mereka membunuh rusa, babi liar, monyet dan burung, dan berburu adalah keahlian mereka; namun makanan utama mereka adalah akar liar dan umbi, yang mereka bakar dalam abu. Seringkali berjelajah meelwati pegunungan, walau orang takkan melihat sedikit kisah tersebut, ia akan melihat banyak lubang galian besar dari setiap bagian yang mereka ambil akarnya.
Negrito menghias tubuh mereka dengan membuat barisan potongan kecil pada dada, punggung dan tangan, dan meninggalkan cakaran dalam susunan hiasan; dan beberapa dari mereka juga menajamkan gigi depan mereka. Pada rambut mereka, mereka mengenakan penutup bambu dengan rajutan rambut panjang atau bulu ayam gunung. Mereka memiliki tarian, dan upacara untuk perkawinan dan kematian.
Persebaran.—Negrito menarik dari banyak tempat mereka tinggal kala Spanyol mula-mula datang, namun terdapat ribuan di luson, khsuusnya di Cordillera Zambales, pantai Pasifik, dan pegunungan Sierra Madre; dan di pelosok Panay, Negros, Tablas, dan Surigao, Mindanao.
Hubungan Negrito dengan Orang Kerdil Lain di Dunia.—Meskipun Negrito memiliki dampak yang sangat sedikit pada sejarah Filipina, mereka sangat diminati sebagai ras bagi para ilmuwan, dan mereka tak dapat membantu bertanya, kalamendatangkan orang kecil tersebut, dan apakah keberadaan mereka signifikan? Kala sains tak dapat sepenuhnya menghadirkan jawaban dari pernyataan tersebut, apa yang kami lakukan benar-benar diketahui soal pigmi sangat diminati.
Orang-orang Aeta di Filipina bukanlah satu-satunya orang kulit hitam kerdil di dunia. Orang kecil serupa, yang harusnya masuk ras yang sama, tinggal di pegunungan dan hutan semenanjung Melayu. Di Kepulauan Andaman, Samudra Hindia, seluruh penduduk asli sama-sama pigmi, yang disebut “Mincopies.” Beberapa jejak dari bekas pengalaman mereka dilaporkan dari banyak tempat lain di Hindia Timur.
Kemudian, terdapat waktu kala pria dan wanita kecil tersebut mendominasi dunia pulau tersebut untuk diri mereka sendiri, dan ras mereka kuat secara tak terpatahkan dari Filipina sepanjang Malaka sampai Samudra Hindia. Kala tak memungkinkan untuk merasakan orang mendorong jalan mereka dari satu pulau ke pulau lainnya setelah kedatangan ras yang lebih kuat, yang kini menjadikan mereka tersisih di pegunungan, kami meyakini bahwa Negrito berada di dasarnya pada permulaan, dan pada suatu waktu mereka berjumlah lebih banyak. Kepulauan Hindia kala itu merupakan dunia pigmi kulit hitam. Mereka bahkan lebih banyak ketimbang saat ini, karena salah satu temuan paling mencengangkan pada zaman modern adalah temuan orang kulit hitam serupa di hutan khatulistiwa Afrika.
Negrito harusnya tak sama dengan orang kulit hitam atau ras negro Nugini atau Melanesia, yang umum disebut Papua; karena Negro tersebut memiliki tubuh yang tinggi dan masuk Negro sebenarnya dari Afrika, meskipun bagaimana ras Negro datang membentuk cabang yang sangat terpisah tak kami ketahui.
Ras Melayu.—Cikal Bakal Ras.—Ras Melayu dianggap berasal dari Asia tenggara. Dari daratan utama, ras tersebut tersebar ke semenanjung dan menyebar ke selatan dan timur sepanjang kepulauan tetangga yang kaya. Mungkin, Melayu awal tersebut mendaapti Negrito kecilberkuasa dan lambat laun mendorong mereka ke pelosok, menghancurkan mereka dari banyak pulau sampai mereka tak lagi ada kecuali di tempat-tempat mereka dinamai.
Dengan permulaan pergerakan migrasi tersebut yang menempatkan mereka dari satu pulau ke pulau lainnya di Kepulauan Hindia Timur besar, Melayu awal tersebut harus menciptakan perahu yang mentenarkan mereka, dan menjadi pelaut terampil yang lebih sering hidup di laut.
Efek Migrasi.—Hidup selama generasi ke generasi, di kepulauan tersebut, sangat hangat, tropis dan berbuah, secara bertahap memodifikasi imigran dari Asia, sampai mereka menjadi dalam pikiran dan raga benar-benar menjadi ras terpisah dari penduduk Mongol di daratan utama.
Karakteristik.—Suku bangsa Melayu berwarna coklat muda, dengan bagian kekuningan muda pada beberapa bagian dair kulit, dengan rambut hitam lurus, mata coklat kehitaman, dan, meskipun mereka merupakan ras bertubuh kecil, mereka berbentuk sempurna, berotot dan aktif. Jenis fisik tersebut nyaris sama di seluruh belahan Malaysia, namun suku bangsa berbeda membuat ras yang berbeda secara menonjol dari satu sama lain dalam hal budaya. Mereka juga terbagi oleh perbedaan dalam agama. Terdapat banyak suku yang menganut pagan. Di Bali dan Lombok, pulau kecil di selatan Jawa, orang-orang masih menganut Hindu, seperti kebanyakan penduduk India. Di bagian lain Malaysia, mereka menganut Islam, sementara di Filipina sendiri mereka kebanyakan menganut Kristen.
Suku-suku Melayu Liar.— Mula-mula dianggap sebagfai pagan atau suku bangsa Melayu liar, kami mendapat bahwa di pelosok Semenanjung Melayu dan banyak pulau, seperti Sumatra, Kalimatan dan Sulawesi, terdapat suku-suku Melayu liar, yang sangat sedikit menjalin kontak dengan perubahan peradaban berturut-tuturt yang dilalui pada kepulauan tersebut. Melayu sebenarnya disebut sebagai “Orang benua.” Kebanyakan nyaris kejam, beberapa kanibal, dan lainnya pemburu kepala seperti beberapa orang Dayak di Kalimantan.
Di Filipina juga, kami mendapat yang yang mungkin merupakan kelas yang sama dari orang-orang liar yang tinggal di pegunungan. Mereka gemar berperang, kejam dan pemberontak. Terkadang, mereka menyantap daging manusia sebagai tindakan seremonial, dan beberapa dianugerahi kepala musuh mereka di atas seluruh tropis lain, yang mereka potong dari jasad dan disimpan di rumah-rumah mereka. Kemungkinan suku-suku tersebut mewakili zaman terawal dan terdahulu dari budaya Melayu, dan bahwa mereka merupakan ras pertama yang datang ke Filipina dan berrebut ketuanan tanah dengan Negrito. Dalam keadaan kehidupan liar semacam itu, beberapa dari mereka, seperti suku Manguian dari Mindoro, masih ada sampai saat ini.
Suku-suku di Luzon Utara.—Di Luzon Utara, tepatnya di Cordillera Tengah Besar, terdapat banayk suku primitif. Orang-orang tersebut umumnya adalah orang gunung. Mereka sangat suka wilayah tinggi, sejuk dan semi-kering dan lembah pegunungan tertinggi. Disini, dengan industri besar, mereka membuat taman dengan membangun teras bertembok batu di pinggiran perbukitan. Terkadang, ratusan teras tersebut dapat terhitung pada satu lembah, dan mereka menaikkan satu sama lain dari bawah sepanjang beberapa mil nyaris sampai puncak gunung. Taman berteras tersebut semuanya berada di bawah irigasi secara sangat berhati-hati. Air diangkut sepanjang bermil-mil oleh pipa kayu dan galian, untuk menyebarkannya ke ladang kecil. Disini, kami tanpa ragu mendapati pertanian paling berkembang dan nyaris sangat saintifik di Filipina. Mereka menumbuhkan padi, kapas, tembakau, talas, jagung, dan khususnya camote, atau kentang, yang merupakan makanan utama mereka. Orang-orang tersebut hidup di desa-desa yang dibangun dengan baik, seringkali terdiri dari beberapa ratus rumah. Beberapa orang dari suku tersebut, seperti suku Igorrot dari Benguet dan suku Tinguian dari Abra, bersifat damai dan industrial. Di Benguet, terdapat sekawanan sapi, kopi yang sangat sempurna, dan kala mengingat Igorrot, terdapat emas tambang.
Disamping suku damai tersebut, orang-orang yang berada di Bontoc, dan di bagian utara Cordillera, sebagian besar suku besar, dengan desa-desa gunung, tak pernah dalam keadaan perang tetap dan mematikan. Nyaris setiap kota tentram dengan tetangganya, dan pratek pengambilan kepala berujung pada pembunuhan dan penyerangan. Suku paling khas dari pemburu kepala tersebut adalah Ibilao, atau Ilongot, yang tinggal di Pegunungan Caraballo Sur antara Nueva Ecija dan Nueva Vizcaya.
Di pulau Filipina lain, terdapat suku liar serupa, Di Pulau Paragua, terdapat Tagbanúa dan suku kejam lainnya.
Karakteristik Suku-suku Mindanao.—Di Mindanao, terdapat banyak suku lainnya. Tiga suku di antaranya, Aetas, Mandaya, dan Manobo, berada pada panta timur dan sekitaran Gunung Apo. Di Mindanao Barat, terdapat suku yang sangat besar namun terpinggirkan bernama Subanon. Suku tersebut menyebar di pinggiran bukit dan menopang diri mereka sendiri dengan menumbuhkan jagung dan padi gunung. Mereka juga membesarkan henep, dan dari serat yang mereka rajut menjadi jubah dan garmen indah, diwarnai dengan susunan yang sangat khas. Suku tersebut nyaris seluruhnya pagan, meskipun sebagian kecil secara bertahap berpindah ke Islam, dan beberapa ke Kristen. Pagan terkadang menerapakn upacara pengorbanan manusia dan kanibalisme seremonial.
Suku Melayu Beradab.—Kedatangan Mereka Berikutnya.—Pada masa berikutnya kala kedatangan suku Melayu primitif, mereka datang ke Filipina dengan budaya yang lebih berkembang dan tatanan kecerdasan yang lebih tinggi. Orang-orang tersebut dengan cepat menguasai dataran rendah dan pesisir seluruh pulau. Pendatang sebelumnya dan penduduk asli Negrito bergerak ke pelosok. Kedatangan berikutnya tersebut, meskipun semuanya satu rangkaian, berbeda secara menonjol, dan bertutur dialek berbeda yang masuk satu keluarga bahasa. Mereka adalah leluhur orang Filipina beradab saat ini.
Persebaran Suku.—Suku yang menyebar ke pulau-pulau tengah, Panay, Negros, Leyte, Samar, Marinduque, dan Mindanao Utara, adalah Bisaya, suku terbesar. Di ujung selatan Luzon, di provinsi Sorsogon dan Camarines, terdapat suku Bicol. Di utaranya, yang meliputi Luzon tengah, Batangas, Cavite, Manila, Laguna, Bataan, Bulacan, dan Nueva Ecija, terdapat suku Tagálog, sementara dataran besar Luzon utara diduduki oleh Pampango dan Pangasinan. Seluruh pantai barat laut dihuni oleh Ilocano, dan lembah Cagayan oleh sebuah suku yang umum disebut Cagayanes, namun dialeknya adalah Ibanag. Di provinsi Nueva Vizcaya, Kepulauan Batanes dan Calamianes, terdapat cabang-cabang berbeda lain dari bangsa Filipina, namun mereka berjumlah lebih sedikit dan kurang berpengaruh ketimbang suku-suku yang disebutkan di atas.
Pengaruh Suku.—Mereka secara politis dan historis membentuk bangsa Filipina. Mereka adalah bangsa Filipina yang diperintah oleh Spanyol selama lebih dari tiga ratus tahun. Semuanya pindah ke Kristen, dan semuanya menapahi tahap peradaban yang sama.
Kontak Awal Melayu dan Hindu.—Masyarakat pada masa kedatangan mereka di Filipina mungkin tak hanya memiliki kecerdikan yang lebih tinggi ketimbang orang-orang yang mendahului mereka dalam pendudukan kepulauan tersebut, namun mereka nampak menapaki pergerakan kontak dengan budaya yang sangat berkembang yang muncul di kepulauan timur pada beberapa abad sebelumnya.
Peradaban Awal di India.—Lebih dari dua ribu tahun lalu, India menghasilkan peradaban menonjol. terdapat kota-kota batu besar, istana megah, kehidupan mewah dan sistem sosial dan politik yang sangat teratur. Penulisan, yang dikenal sebagai Sanskerta, telah berkembang, dan sastra puisis besar dan filsafat dibuat. Dua agama besar, Hindu dan Buddha, berkembang. Buddha masih menjadi agama dominan di Tibet, Tiongkok, dan Jepang. Orang-orang yang menghasilkan peradaban dikenal sebagai hindu. Empat belas atau lima belas tahun lalu, Hindu tersebar di Burma, Siam, dan Jawa. Kota-kota besar berdiri dengan candi-candi dan berhala-berhala. Reruntuhannya masih ada, walau ketakjuban mereka telah dirnah dan tertutupi saat ini dengan perluasan hutan.
Pengaruh Budaya Hindu dan Suku Bangsa Melayu.— Peradaban kuat Hindu, yang didirikan di Malaysia, sangat berdampak pada suku Melayu di kepulauant ersebut, dan orang-orang yang datang ke Filipina. Banyak kata dalam bahasa Tagálog menunjukkan cikal bakal dari Sanskerta, dan sistem penulisan yang ditemukan oleh Spanyol dipakai pada beberapa suku Filipina secara tertentu berkembang dair ajad yang kala itu dipakai di kalangan orang-orang Hindu di Jawa.
Kebangkitan Islam.—Muhammad.—Beberapa ratus tahun kemudian, perubahan besar lainnya, karena kepercayaan agama, datang ke ras Melayu,—sebuah perubahan yang telah memiliki dampak besar pada sejarah Filipina, dan masih ditujukan untuk memodifikasi peristiwa jauh pada masa mendatang. Peristiwa tersebut adalah perpindahan ke agama Islam. Dari seluruh agama besar di duni, Islam adalah agama terakhir yang bangkit, dan kiprahnya dalam beberapa cara sangat menonjol. Muhammad, pendirinya, adalah orang Arab, lahir sekitar tahun 572 Masehi. Pada waktu itu, Kristen berdiri sepenuhnya di sekitara Laut Tengah dan sebagain besar Eropa, namun Arabia adalah Apenyembah berhala. Muhammad adalah salah satu jiwa nubuat besar yang timbul dari waktu ke waktu dalam sejarah dunia. Ia sepenuhnya mendapatkan pemahaman dari Yahudi dan Kristen, bersama dengan hasil pemikiran dan doanya sendiri, membuatnya percaya akan Allah, sang Mahakuasa, Pengayom, Murah Hati, yang ia yakini akan memenangkan seluruh manusia akan pengetahuan-Nya melalui ajaran Muhammad sendiri. Melalui inspirasi tersebut, muhammad menjadi guru atau nabi, dan pada akhir hidupnya, ia memenangkan bangsanya dengan keyakinannya dan membuka salah satu era penaklukan terbesar di dunia yang pernah dilihat.
Penyebaran Islam ke Afrika dan Eropa.—Pasukan berkuda Arabia, yang sepenuhnya antusias fanatik untuk memindahkan dunia ke kepercayaan mereka, dalam waktu seabad menggulingkan Kristen dari seluruh yudea, Siria dan Asia Kecil, tanah suci tempat Yesus hidup dan mengajar, dan negara-negara tempat Paulus dan rasul lainnya mula-mula mendirikan kristen. Sehingga, mereka menyebar sepanjang pantai utara Afrika, mengirimkan akhir seluruh kekuatan dan agama Romawi yang masih ada. Pada 720, mereka melintasi Eropa dan menguasai Spanyol. Selama harus delapan ratus tahun berikutnya, Kristen Spanyol berupaya untuk mengusir Islam dari semenanjung tersebut, sebelum mereka berhasil.
Perpindahan Suku Melayu ke Islam.—Yak hanya Islam bergerak ke barat sepanjang Afrika dan Eropa, agama tersebut juga menyebar ke wilayah timur. Digerakkan oleh keyakinan mereka, Arab menjadi pelaut, penjelajah, pedagang dan geografer terbesar pada masanya. Mereka berlayar dari Laut Merah di pesisir Afrika sejauh Madagaskar, dan wilayah timur India, dimana mereka mendirikan pemukiman di pantai Malabar dan Coromandel. Kemudian, para pendakwah Arab membawa keyakinan mereka ke Malaysia.
Pada waktu itu, Melayu yang sebenarnya, suku yang umum disebut “Malaya”, merupakan suku kecil Sumatra. Setidaknya pada awal 1250, mereka pindah ke Islam, yang dibawakan kepada mereka oleh pendakwah Arab, dan di bawah penekanan keyakinan tersebut, mereka merangsek dari ketidakjelasan dan melakukan penaklukan dan perluasan besar yang telah mengisi kekuatan, bahasa dan agama mereka di seluruh Hindia Timur.
Pemukiman Muslim di Kalimantan.—Pemukiman Muslim Melayu kuat didirikan di pantai barat Kalimantan pada awal 1400. Penduduk yang lebih primitif, seperti Dayak, yang merupakan suku Melayu primitif, dikalahkan, dan penguasaan pesisir sebagian besar direbut dari mereka. Dari pesisir Kalimantan tersebut, datang banyak petualang yang mencapai laut Filipina kala Spanyol datang.
Penduduk Muslim di Mindanao dan Jolo suatu ketika menyambut kedatangan migrasi Melayu serupa yang mendirikan koloni di Kalimantan. Namun, Moro Maguindanao dan Illano nampak sebagian besar merupakan keturunan suku primitif, seperti Manobo dan Tiruray, yang dipindahkan ke Islam oleh pendakwah Melayu dan Arab. Tradisi Moro Maguindanao menyebutkan perpindahan mereka oleh Kabunsuan, penduduk asli Johore, putra dari ayah Arab dan ibu Melayu. Ia datang ke Maguindanao dengan sekelompok pengikut, dan darinya, para dato Maguindanao menyusuri keturunan mereka. Kabunsuan diturunkan langsung dari Muhammad melalui ayah Arab-nya, Ali, dan sehingga para dato Maguindanao sampai saat ini meyakini bahwa aliran darah mereka mengalir darah Nabi.
Kedatangan Spanyol.—Islam masih meningkat di Filipina kala Spanyol datang. Muslim telah menapaki Teluk Manila, dan penaklukan bertahap mereka terhadap kepulauan tersebut baru terganggu oleh kedatangan Eropa. Ini adalah kejadian sejarah aneh yang dialami Spanyol, yang berjuang melawan Muslim selama nyaris delapan abad untuk wilayah Spanyol, harus datang ke wilayah barat mengitari dunia menuju Kepulauan Filipina dan meneruskan konflik kuno dengan mereka. Sehingga, Spanyol menjadi lawan paling menentukan dari Islam di sisi garis depan barat dan timurnya. Musuh kuno mereka yang melintas dari Maroko ke Spanyol seringkali dikenal sebagai “Moro” atau “Moor,” dan secara sangat alami mereka memberikan sebutan yang sama kepada musuh Muslim baru tersebut, dan mereka disebut sebagai Moro sampai saat ini.
Penjelasan.—Unsur yang membentuk populasi di kepulauan tersebut,—beberapa ribu Negrito kecil; kebanyakan suku pegunungan liar Melayu primitif; imigrasi berikutnya Melayu sangat tertanam dan memungkinkan ketimbang orang-orang yang mendahului mereka, yang dipengaruhi oleh Hindu dari Jawa dan yang pada abad-abad terkini mengalami pertumbuhan dalam jumlah dan budaya; dan pada akhirnya, pendayung laut Muslim, Melayu yang sebenarnya.