Bab VI
Prajurit Spanyol dan Misionaris Spanyol

Sejarah Filipina sebagai Bagian dari Sejarah Koloni Spanyol.—Kami telah melihat bagaimana Filipina ditemukan oleh Magellan dalam pencariannya untuk Kepulauan Rempah-rempah. Brilian dan romantis sebagaimana kisah perjalanan tersebut, ini tak membawa penerimaan langsung untuk Spanyol. Portugal masih menikmati perdagangan Timur dan nyaris separuh abad menaungi sebelum Spanyol menghimpun pemukiman di kepulauan tersebut. Namun jika pada suatu waktu ia merangsek Timur Jauh, Spanyol dari Semenanjung menghimpun dirinya dengan nyaris tenaga tak terbatas dan pencurahan dalam penaklukan material dan spiritual Amerika. Seluruh pengabdian terbesar prajurit Spanyol dan misionaris Spanyol telah diamankan dalam lima puluh tahun dari masa kala Columbus melihat Hindia Barat.

Dalam rangka memahami sejarah Filipina, kami tak harus melupakan bahwa kepulauan tersebut membentuk bagian dari kekaisaran kolonial besar dan di bawah pemerintahan yang sama; bahwa selama lebih dari dua abad, Filipina dicapai melalui Meksiko dan pada keadaan tertentu diperintah oleh Meksiko; bahwa gubernur, hakim dan prajurit yang sama memegang jabatan di kedua hemisfer tersebut, melitnas dari Amerika ke Filipina dan dipromosikan dari Kepulauan tersebut untuk jabatan resmi yang lebih tinggi di Meksiko dan Peru. Sehingga untuk memahami kekuasaan Spanyol di Filipina, kami harus mengkaji pergerakan pemerintahan besar dan badan hukum besar yang berkembang pada pemerintahan Hindia.

Karakter Penjelajah Spanyol.—Penaklukan mereka sendiri banyak terdampak melalui usaha dan kekayaan orang-orangs wasta; namun orang-orang yang memegang jabatan dari takhta Spanyol, tindakan mereka tunduk pada kendali kerajaan yang ketat, dan sebagian besar laba dan hasil dari penjelajahan mereka dibayarkan kepada perbendaharaan kerajaan. Setelah beberapa penakluk, mahkota menyematkan gelar kebanggaan “adelantado.” Bangsawan Spanyol mencurahkan diri mereka sendiri dalam pemahaman berbahaya tersebut dengan keberanian dan penentuan pasti yang lahir dari perjuangan panjang mereka dengan Moor. Terlepas dari keadaan pencobaan jiwa dari penaklukan Barat yang mengembangkan banyak rintangan, meskipun sejumlah semangat brilian mereka, sampai posisi pasti dan kekuatan; namun jabatan kewalirajaan dan gubernur disandang untuk menggelari orang-orang kesayangan raja.

Audiencia Kerajaan.—Pemerintahan Spanyol paling awal, dalam rangka melindungi otoritasnya sendiri, mendapatinya dibutuhkan untuk meneruskan ambisi dan penakluk petualang oleh penguasa dalam hubungan dekat denagn ketergantungan mutlak pada kehendak kerajaan. Sehingga di Meksiko, Cortes sang penakluk dicopot dan digantikan oleh wali raja Mendoza, yang melakukan penaklukan terhadap bekas koloni Spanyol besar Spanyol Baru, yang sampai saat ini merupakan peristiwa paling sukses dari seluruh negara yang ditanam oleh Spanyol di Amerika.

Untuk membatasi kekuatan gubernur dan wakil raja, serta dintakan pemerintahan tertinggi untuk penetapan tindakan dan pertanyaan hukum, Spanyol menciptakan “Audiencia Kerajaan.” Ini adalah badan golongan bangsawan dan melek hukum, dikirim dari Spanyol uintuk membentuk pemerintahan kolonial di setiap negara; namun kekuatan mereka tak hanya yudisial; mereka juga bersifat administratif. Dalam ketiadaan gubernur, mereka memegang tugas-tugasnya.

Perlakuan Penduduk Asli oleh Spanyol.—Dalam perlakuan terhadap penduduk asli, yang wilayahnya ditaklukan olehnya, raja Spanyol mengupayakan tiga hal,—pertama, untuk mengamankan kolonis dan mahkota pergerakan buruhnya, kedua, untuk memindahkan Indian ke agama Kristen sebagaimana yang diutamakan oleh Gereja Katolik Roma, dan ketiga, untuk melindungi mereka dari kekejaman dan ketidakperikemanusiaan. Edik demi edik, hukum demi hukum, dikeluarkan dari takhta Spanyol dengan akhir pandangan tersebut. Kala mereka berdiri pada buku-buku hukum kolonial terbesar, Recopilacion de Leyes de las Indias, mereka menyimpan kesensitivan untuk kebutuhan Indian dan apresiasi bahaya yang ia hadapi; namun dalam praktek sebenarnya, tujuan bermanfaat tersebut kebanyakan tak berguna.

Keperluan pertama dan ketiga Spanyol dalam perlakuannya terhadap penduduk asli menghimpun ketidakpastian. Sejarah telah menunjukkan bahwa kebebasan dan pencerahan tak dapat diambil dari sebuah ras dengan satu tanagn dan perlindungan yang memberikannya dengan tangan lainnya. Ssleuruh kelas dari pemerintah kolonial Spanyol menyelaraskan kekayaan. Kebanggaan mengisi mereka semua, dan merupakan mata air utama darissetiap penemuan dan setiap ketetapan. Raja menginginkan pendapatan untuk perbendaharaannya; bangsawan dan prajurit, ditugaskan pada keperluan pribadi mereka; frater, diperkaya untuk ordonya; uskup, dikuatkan untuk gerejanya. Seluruh kekayaan tersebut datang dari penghasilan penduduk asli di tanah yang dikuasai penakluk Spanyol; dan sementara motif bangsawan mungkin tak pernah absen dan pada waktu tertentu selaras, sehingga pada utamanya penduduk asli Amerika dan Filipina menjadi terdera di bawah tangan dan kekuasaan Spanyol.

“Encomendero.”—Sistem pengendalian kehidupan Spanyol dan pengerjaan Indian berdasarkan pada keberadaan tertentu pada sistem feodal, masih ada di Semenanjung pada waktu penaklukan kolonialnya. Para kapten dan prajurit serta imam dari penaklukan suksesnya menugaskan mereka untuk pertanahan besar atau lahan berbuah dengan penduduk asli mereka, yang merek aurus dan kuasai untuk laba mereka sendiri. Lahan semacam itu disebut “repartimientos” pertama. Namun kemudian menjadi penerapan, di Amerika, untuk menarik sejumlah ebsar Indian untuk penugasan orang Spanyol, yang menaungi mereka dengan kekuasaan majikan dan yang menikmati laba ketenagakerjaaan mereka. Sebagai balasannya, ia diperintahkan untuk memindahkan agama orang-orang Indian dan perintah agama mereka. Pemberian Indian semacam itu disebut “encomienda.” “Encomendero” bukanlah tuan mutlak dari kehidupan dan harta benda Indian, untuk hukum kerjasama yang dinaungi untuk perlindungan Indian. Sehingga, pemberian subyek tanpa tanah yang ditinggali oleh mereka membuat kemungkinan pemindahan mereka dan penjualan dari satu encomendero ke lainnya, dan dalam cara ini, ribuan Indian Amerika secara terapan dijadikan budak, dan dipaksa menjadi buruh dalam pertambangan.

Sebagaimana yang kami lihat, seluruh sistem tersebut diserang oleh imam Dominikan, Las Casas, seorang sosok bangsawan sebenarnya dalam sejarah kolonisasi Amerika, dan berbagai upaya dibuat di Amerika untuk membatasi encomienda dan untuk mencegah pengenalan mereka ke Meksiko dan Peru; namun kekuatan besar encomendero di Amerika, bersama dengan pengaruh Gereja, yang memegang encomienda secara luas, telah terdorong untuk meluaskan kelembagaan tersebut, bahkan melawan tindakan bersemangat Las Casas. Peniadaannya di Meksiko didekritkan pada 1544, namun “para komisioner mewakili munisipalitas Meksiko dan ordo-ordo keagamaan dikirim ke Spanyol untuk membujuk raja untuk menarik setidaknya bagian-bagian ‘Hukum Baru’ yang mengancam kepentingan pemukim. Lewat dekrit kerajaan 20 Oktober 1545, penerapan yang diinginkan diterima. Tindakan tersebut mengisi pemukim Spanyol dengan kegembiraan dan Indian yang diperbudak dengan perbaikan.”

Ini menjadi kelembagaan yang awalnya didirikan sebagai bagian sistem kolonial dan didatangkan dengan penakluk ke Filipina.

Pembatasan pada Kolonisasi dan Perdagangan.—Untuk kepengurusan setiap urusan kolonial, raja menciptakan badan besar, atau biro, yang dikenal sebagai “Dewan Hindia,” yang duduk di Madrid dan para anggotanya adalah para pejabat tertinggi di Spanyol. Pemerintah Spanyol memegang penaungan terdekat atas seluruh persoalan kolonial, dan kolonisasi tak pernah bebas. Seluruh orang, gudang, dan kapal, yang didatangkan dari Spanyol ke wilayah kolonialnya, ditujukan untuk melintas melewati Sevilla, dan pelabuhan itu sendiri.

Kota kuno kaya, yang terletak di sungai Guadalquivir, Spanyol barat daya, adalah gerbang masuk menuju Kekaisaran Spanyol. Dari pelabuhan tersebut didatangkan prajurit penyurat, frater berjubah, bangsawan petualang, dan wanita-wanita Spanyol pemberani dan mentereng, yang menyertai suami mereka ke wilayah yang sangat jauh sepanjang laut. Dan kemabli ke pelabuhan membawa emas Peru, perak Meksiko, dan sutra dan brodiran Tiongkok, yang diangkut melalui Filipina.

Harus diamati bahwa seluruh perhubungan antara Spanyol dan koloni-koloninya sangat dikendalikan oleh pemerintah. Spanyol berniat untuk menciptakan dan menghimpun monopoli khusus dari perdagangan kolonialnya. Untuk memberlakukan dan mengarahkan monopolinya, di Sevilla, terdapat Dewan Perdagangan, atau “Casa de Contratacion.” Tak ada orang yang dapat berlayar dari Spanyol ke wilayah kolonial tanpa ijin dan melewati pendaftaran pemerintah. Tak ada orang yang dapat mengirim barang ke luar atau mengimpornya kecuali melalui Dewan Perdagangan dan kala pembayaran pengiriman luar biasa. Perdagangan secara mutlak dilarang untuk orang-orang Spanyol tertentu. Dan melalui bentengnya dan armadanya, Spanyol mengisolasi koloninya dari jamahan Portugis, Belanda, atau Inggris, yang kapal-kapalnya, yang diisi awak selain orang-orang Spanyol sendiri, merupakan permulaan untuk mengarungi laut dalam mencari kekayaan dan penghasilan dari penaklukan dan perdagangan asing.

Penjelasan Kebijakan Kolonial Spanyol.—Spanyol mendorong koloni-koloni asing, mula-mula, untuk mengumpulkan kekayaan terakumulasi yang dapat diambil dan dibawa sesekali, dan, kedua, untuk pemasukan yang dapat didapatkan melalui tenaga kerja penduduk wilayah yang dikuasai olehnya. Dalam melingkupi pemerintahan dan kepengurusan koloni-koloninya, ia utamanya mengupayakan pencerahan politik dan kekayaan entah lewat kolonis Spanyol maupun ras penduduk asli, namun kejayaan, kekuaran dan perlindungan mahkota. Aturan komersial dan perdagangan diberlakukan, bukan untuk mengembangkan sumber daya dan meningkatkan kemakmuran koloni, namun untuk menambah kekayaan Semenanjung. Sehingga, keperluan Spanyol jauh dari kesendirian sepenuhnya. Dengan tindakan dan kesuksesan yang dibawa olehnya terhadap pemindahan agama penduduk asli, yang dinaunginya, dan di dalamnya menunjukkan kepentingan kemanusiaan selaras dengan Belanda dan Inggris, yang bersaing dengannya dalam kekaisaran kolonial.

Gagasan kolonial di bawah kebijakan Spanyol dinaungi dari waktu ke waktu. Sepanjang berabad-abad kesuksesannya, kebijaksanaan dan hati nurani masyarakat pada persoalan tersebut terhimpun tanpa batas. Bangsa-bangsa tak lagi melakukan penaklukan untuk mengeksploitasi mereka, namun wacana publik di dunia menawarkan bahwa kesejahteraan subyek kolonial diupayakan dan bahwa ia dilindungi dari penanganan resmi. Terdapat kemajuan besar sampai itu dibuat. Ini dapat dikatakan bahwa dunia mengakui bahwa orang terkuat harsu membantu orang yang lebih lemah tanpa bantuan pemberian material, namun ini merupakan pengarahan yang dalam perasaan paling tercerahkan adalah kemajuan. Setiap penanganan ras kulit putih, yang memiliki tujuan semacam itu dalam pandangannya, adalah eksperimen yang menguntungkan dari kepentingan paling menonjol dan simpati paling mengeratkan.

Hasil Pelayaran Magellan dan El Cano.—Pemikiran petualang Spanyol tersebut sangat terpukau oleh hasil pelayaran Sebastian del Cano. Ini adalah kesempatan untuk perdagangan kaya dan laba besar. Sejumlah penanaman dilayangkan ke hadapan raja, salah satunya untuk pembangunan armada dagang India dan pelayaran tahunan ke Maluku untuk mengumpulkan panen rempah-rempah yang besar.

Portugal memprotes melawan pergerakan tersebut sampai pertanyaan atas klaimnya terhadap Maluku, di bawah pembagian Paus Aleksander, dapat diselesaikan. Lintang pasti dari barat Ternate dari lintang 370 league di luar Kepulauan Verde tidak dikenal. Spanyol berpendapat bahwa ini kurang dari 180 derajat, dan sehingga, di samping penemuan Portugal sebelumnya, masuk pada meeka. Seorang pilot, Medina, contohnya, menjelaskan kepada Charles V bahwa dari meridian 370 league di selatan San Anton (pulau paling barat dari kepulauan Verde) sampai kota Meksiko adalah 59 derajat, dari Meksiko ke Navidad, 9 derajat, dan dari pelabuhan tersebut ke Cebu, 100 derajat, total hanya 168 derajat, meninggalkan margin 12 derajat; sehingga oleh keputusan Paus, Hindia, Maluku, Kalimantan, Gilolo, dan Filipina adalah milik Spanyol. Dewan utusan dan kosmografer ebsar diadakan di Badajoz pada 1524, namun tanpa mencapai kesepakatan. Spanyol mengumumkan resolusinya untuk menduduki Maluku, dan Portugal mengancam mati petualang Spanyol yang ditemukan disana.

Ekspedisi Pertama ke Filipina.—Spanyol bertindak langsung pada keputusannya, dan pada 1525 mengerahkan ekspedisi di bawah naungan Jofre de Loaisa untuk mengumpulkan buah penemuan Magellan. Kapten dari satu kapal adalah Sebastian del Cano, yang merampungkan pelayaran Magellan. Di kapalnya, Andres de Urdaneta berlayar, yang kemudian menajdi frater Augustinian dan mendampingi ekspedisi Legaspi yang akhirnya berdampak pada pemukiman Filipina. Bukan tanpa kerja keras besar dan kehilangan yang dialami armada melintasi Selat Magellan dan memasuki Samudra Pasifik. Di tengah samudra, Loaisa meninggal, dan empat hari kemudian digantikan oleh Sebastian del Cano. Mengikuti rute yang mirip dengan rute Magellan, armada tersebut mula-mula mencapai Kepulauan Ladrone dan kemudian pantai Mindanao. Dari sana, mereka berniat untuk berlayar ke Cebu, namun muson timur laut kuat mengarahkan mereka ke selatan Maluku, dan mereka mendarat di Tidor pada hari terakhir dari tahun 1526.

Kegagalan Penjelajahan.—Portugis berada pada kesempatan bertarung untuk mengurangi raja asli dari kepulauan tersebut untuk penundukan. Mereka dianggap oleh Spanyol sebagai musuh, dan setiap pihak Eropa tak lama memutuskan untuk bertempur dan membuat penduduk asli melawan satu sama lain. Kondisi Spanyol menjadi sangat tertekan, dan menandakan pengorbanan nyawa yang dialami pada penaklukan abad keenam belas. Kapal-kapal mereka menjadi menghadapi badai kala tak lagi mencapai lautan. Dua perwira, yang berhasil mengikuti komando Loaisa dan El Cano, nampaknya gugur. Dari 450 orang yang berlayar dari Spanyol, hanya 120 yang kini selamat. Di bawah kepemimpinan Hernando de la Torre, mereka membangun benteng di pulau Tidor, tak dapat bergerak lebih jauh atau menarik diri, dan menunggu harapan untuk bala bantuan dari Spanyol.

Pemulihan datang, bukan dari Semenanjung, namun dari Meksiko. Di bawah perintah raja Spanyol, pada Oktober, 1527, Cortes menegrahkan ekspedisi kecil dari Meksiko dalam penugasan D. Alvaro de Saavedra. Tersapu cepatu oleh perdagangan khatulistiwa, dalam beberapa bulan, Saavedra mengerahkan Carolines, yang bergerak ke Mindanao, dan menghampiri para penyintas di Tidor. Sebanyak dua kali, mereka berupaya kembali ke Spanyol baru, namun angin perdagangan kuat berhembus tanpa henti ke utara dan selatan pada setiap sisi khatulistiwa untuk jarak lebih dari seribu dua ratus mil, dan lintang utara tenang dan angin barat tak diketahui.

Sebanyak dua kali, Saavedra mengarungi perjalanannya menuju timur di antara pulau-pulau asing Papua dan Melanesia, hanya untuk berakhir bergerak kembali menuju Tidor dan meninggal disana. Para penyintas terpaksa meninggalkan Maluku. Dengan menyerah keapda Portugis, mereka dibantu untuk kembali ke Eropa lewat jalur Malaka, Ceylon, dan Afrika, dan mereka datang ke Lisboa pada 1536, para penyintas penjelajahan Loaisa, yang telah pergi dari Spanyol sepanjang sebelas tahun.

Upaya takhta Spanyol untuk merebut wilayah Kepulauan Rempah-rempah, Sulawesi dan Maluku, dengan barang-barang kacang kenari, kayu manis dan lada, pada waktu itu berakhir. Lewat Perjanjian Zaragoza (1529), Kaisar Charles V menarik seluruh klaim atas Maluku untuk tunjangan tiga ratus lima puluh ribu emas dukat. Selama tiga belas tahun, dalil perjanjian tersebut dihormati oleh Spanyol, dan kemudian upaay lainnya dibuat untuk menjejakkan kaki di Hindia Timur.

Penjelajahan Kedua ke Filipina.—Fakta bahwa bencana tersebut telah melampaui banyak orang, bahwa dua samudra harus dilintasi dan tak ada rute pelayaran dari Asia kembali ke Amerika diketahui, tak membuat Spanyol rujuk dari penaklukan berbahaya mereka. Pada 1542, penjelajahan lain berlayar dari Meksiko, di bawah komando Lopez de Villalobos, untuk menjelajahi Filipina dan jika memungkinkan mencapai Tiongkok.

Di sepanjang Pasifik, mereka membuat pelayaran aman dan menyenangkan. Di perairan hangat Pasifik, mereka belayar di antara atol karang menakjubkan, cincin pesisir dangkal, berhias kelapa, berkelompok di kepulauan indah, yang penampilannya tak pernah gagal untuk memikat navigator, dan komposisinya adalah salahs atu subyek paling penting yang diketahui murid soal struktur dan sejarah bumi. Pada beberapa kepulauan karang, Villalobos memberikan wilayah tersebut dengan nama Spanyol. Nama-nama tersebut mungkin meliputi Kepulauan Pelew atau Carolines.

Pada akhirnya, Villalobos mencapai pantai timur Mindanao, namun setelah beberapa awak meninggal dan sakit, mereka belayar lagi dan dibawa ke selatan oleh muson ke pulau kecil Sarangani, selatan semenanjung selatan Mindanao. Penduduk aslinya garang, namun Spanyol menjauhkan mereka dari kekuatan emreka dan melakukan beberapa pengambilan terhadap wewangian, amber, minyak dan debu emas. Dalam kebutuhan tujuan, mereka menanam jagung India, sereal menakjubkan Amerika, yang ditanam tanpa batas, dan kemudian usai penanaman. Pangan sangat dibutuhkan oleh Spanyol dan sangat sulit untuk didapat.

Penamaan Kepulauan.—Villalobos mengerahkan kapal kecil dan mengirimnya ke utara dengan tujuan untuk mencapai Cebu. Kapal tersebut mencapai pantai Samar. Villalobos memberi pulau tersebut dengan nama Filipina, yang diambil dari nama Infante Spanyol, atau pewaris takhta, Philip, yang kemudian meneruskan ayahnya Charles V sebagai Raja Philip Kedua dari Spanyol. Kemudian dalam perbincangannya dengan Portugis, Villalobos menyebut kepulauan tersebut sebagai Las Filipinas. Meskipun selama beberapa tahun sebutan the Islas del Poniente masih dipakai, penamaan "Filipina" oleh Villalobos secara bertahap meraih tempatnya dan hidup.

Akhir Penjelajahan.—Kala tawaran Sarangani dibuat oleh Portugis, Mindanao diklaim masuk Sulawesi, yang mengharuskan Spanyol hengkang. Bergerak dari Mindanao karena kekurangan makanan dan pertikaian penduduk asli, Villalobos digerakkan ke selatan oleh badai menuju Gilolo. Disini, usai negosiasi panjang, Portugis memintanya untuk menyerah. Para penyintas penjelajahan diturunkan, beberapa masih berada di Hindia, dan beberapa kemudian mencapai Spanyol; namun Villalobos, yang terbebani oleh ketidakberania, meninggal di pulau Amboyna. Imam yang melayaninya pada jam-jam terakhirnya adalah misionaris Yesuit terkenal di Hindia, Santo Fransiskus Xaverius.

Dua puluh tiga tahun berlalu usai pelayaran armada Villalobos sebelum penjelajahan Spanyol lain dapat mencapai Filipina. Pada 1565, pendudukan permanen kepulauan tersebut dilakukan oleh Spanyol.

Peningkatan dalam Kekuatan politik Gereja.—Di bawah Philip Kedua, juara eklesiastismse, takhta Spanyol memadatkan persatuan monarki dengan gereja dan mencurahkan sumber daya kekaisaran, tak hanya untuk akuisisi kolonial, namun melawan revolusi Protestan di satu sisi dan heathenisme di sisi lain. Raja Sapnyol memberlakukan penyatuan gereja dan negara di Spanyol, yang dari masa itu gerejawan berkembang lebih tinggi dan lebih tinggi dalam dewan-dewan Spanyol, dan sangat mempengaruhi kebijakan dan nasib bangsa. Namun, kebijakan Philip kedua membawa Spanyol pada pemberontakan Dataran Rendah Belanda dan perang dengan Inggris, dan perjuangannya dengan dua bangsa tersebut menyurutkan sumber dayanya baik di darat maupun laut, dan mengalami penurunan fisik dan moral. Namun kala Spanyol kehilangan kekuatan dan prestise di Eropa, raja meluaskan wilayah kekuasaan kolonialnya, memberikan bantuan kerajaan kepada petualang ambisius dan frater misionaris taat. Tujuan Sapnyol adalah untuk mengkristenisasi serta menaklukan, misionaris menajdi sosok paling penting dalam sejarah setiap usaha kolonial, dan ordo-ordo besar yang menjalankan misi dipercayakan untuk menjadi lembaga pusat dalam sejarah Filipina.

Kebangkitan Monastisisme.—Monastisisme diperkenalkan ke Eropa dari Timur pada Abad Pertengahan. Gagasan mutlak monastisismelama disurutkan oleh masyarakat dalam kepercayaan bahwa dunia telah buruk dan tak dapat dijadikan baik, dan bahwa orang dapat memandu kehidupan yang lebih kudus dan meminta kebaikan pada Allah dengan mengerjakan pekerjaan sekuler dan hubungan keluarga, dan mencurahkan segala perhatiannya untuk memurnikan karakter mereka. Ordo monastik pertama di Eropa adalah Benediktin, yang dihimpun pada abad ketujuh, yang aturan dan organisasinya menjadi susunan bagi orang-orang yang mengikuti.

Rohaniwan gereja terbagi dalam dua kelompok,—pertama, imam paroki, atau pendeta, yang tinggal di kalangan masyarakat agar mereka memberikan pelayanan jiwa, dan yang, karena mereka merupakan masyarakat sendiri dan menghidupkan kehidupan mereka dalam kaitan dengan masyarakat, dikenal sebagai “rohaniwan sekuler,” dan kedua, biarawan, atau “rohaniwan reguler,” yang disebut demikian karena mereka hidup di bawah “aturan” ordo mereka.

Pada paruh awal abad ketiga belas, monastisisme, yang mengalami bebera[a hal pada dua abad sebelumnya, menerima penekanan dan inspirasi baru dari organisasi ordo baru yang dikenal sebagai persaudaraan atau “Frater.” Gagasan yang menaungi organisasi mereka adalah bangsawan, dan di atas monastisisme lama; karena ini merupakan gagasan pelayanan, pelayanan dari hati dan raga orang yang tertekan dan terdera.

Dominikan.—Ordo Dominikan dibentuk oleh Santo Dominikus, asal Italia, pada sekitar tahun 1215. Tujuan utama anggotanya adalah untuk membela doktrin-doktrin Gereja dan, lewat pengajaran dan pengkotbahan, menghancurkan keraguan dan protes yang pada abad ketiga belas bermula pada gangguan klaim Gereja Katolik dan Kepausan. Para frater Dominikan tak hidup dalam masyarakat, namun berjelajah, hidup sederhana, berkotbah di desa-desa dan kota-kota, dan bertujuan untuk menumpas dan menghukum bida'ah. Universitas-universitas abad pertengahan, melalui kajian filsafat dan hukum Romawi mereka, menghasilkan kelas orang yang masuk pada pemegangan opini yang berseberangan dengan ajaran-ajaran Gereja. Dominikan menyadari pengaruh pusat pengajaran besar dan memasukinya sebagai guru dan suhu, dan pada permulaan abad kelima belas membuatnya menjadi kekuatan konservatisme dan ortodoksi.

Fransiskan.—Beberapa tahun usai organisasi tersebut, Ordo Fransiskan dibentuk oleh Santo Fransiskus Assisi, dari Spanyol. Tujuan ordo tersebut tak hanya berkotbah dan mengurusi sakramen, namun merawat orang sakit, menyediakan kebutuhan, dan menumpas penderitaan besar yang menimpa seluruh kelas pada Abad Pertengahan. Mereka mengambil sumpah kemiskinan mutlak, dan dengan sangat rendah hati menaati aturan agar mereka bertelanjang kaki dari ke tempat ke tempat.

Ordo Agustinian dibentuk Ordo Paus Aleksander IV pada 1265, dan masih ada ordo lain yang timbul pada masa berikutnya.

Pengikisan Ordo.—Tanpa keraguan, pelayanan awal para frater menghasilkan kebaikan besar baik pada sudut keagamaan maupun sudut kemanusiaan. Namun, kala ordo tersebut menjadi kaya, para frater kehilangan spiritualitas mereka dan kehidupan mereka bertumbuh rancu. Pada permulaan abad keenam belas, kepengurusan Gereja di seluruh Eropa menjadi sangat korup, tawaran ekonomi ordo keagamaan sangat besar, dan ajaran agama dan kepercayaan sangat material, sehingga pemikiran terbaik dan menonjol di seluruh negara memicu reformasi.

Reformasi.—Selain perubahan dalam kepengurusan gereja, banyak umat Kristen menuntut kebebasan pemikiran agama yang lebih besar dan perubahan rafikal dalam doktrin Gereja yang mengambil bentuk pada Abad Pertengahan. Sehingga, kala seluruh pemikirna terbaik dalam Gereja bersatu dalam mentujukan reformasi karakter dan kepengurusan, perbedaan besar timbul di antara mereka sebagaimana kemungkinan perubahan dalam doktrin Gereja. Sehingga, perbedaan tersebut memisahkan mereka menjadi dua pihak, Kepausan yang sangat menganut doktrin yang kala itu diterima, sementara berbagai pemimpin di utara Eropa, yang meliputi Martin Luther di Jerman, Swingli di Swiss, dan John Calvin di Prancis dan Jenewa, terpecah dengan otoritas Paus dan mendeklarasikan kebebasan hati nurani perorangan.

Pada pihak Kepausan, Kaisar Charles Kelima melemparkan beban monarki Spanyol, dan untuk memberlakukan otoritas Kepausan, ia menyerang para apngeran Jerman dengan cara angkat senjata. Hasilnya adalah pemberontakan besar dari Gereja Katolik Roma, yang tersebar di seluruh belaahn Jerman Utara, sebagian besar Swiss, dataran rendah Rhine, dan Inggris, dan yang meliputi sejumlah unsur paling berpengaruh di kalangan rakyat Prancis. Negara-negara tersebut, dengan pengecualian Prancis, masih menjadi Protestan sampai saat ini; dan perluasan ebsar orang Inggris di Amerika dan Timur mendirikan Protestanisme di seluruh belahan dunia.

Dampak Reformasi pada Gereja Katolik Roma.—gerakan reformasi, yang berlangsung sepanjang seabad, nyaris membawa pengaruh besar dalam Gereja Katolik Roma. Kebanyakan orang, yang masih setia pada ortodoksi Katolik Roma, memutuskan untuk melakukan reformasi kepengurusan. Sebuah pertemuan Gerejawan besar, Konsili Trente, sepanjang bertahun-tahun mencurahkan dirinya untuk legislasi pembetulan penyalahgunaan. Inkuisisi dibangkitkan dan diberlakukan melawan Protestan, khsusunya di wilayah kekuasaan Spanyol, dan ordo-ordo keagamaan direformasi dan diberlakukan untuk penyakralan baru dan pemahaman besar.

Namun yang lebih besar, mungkin, ketimbang badan-badan yang mendirikan ulang kekuatan paus dan memulihkan kehidupan Gereja Katolik Roma adalah pembentukan sebuah ordo baru, “Serikat Yesus.” Pendirinya adalah orang Spanyol, Ignatius Loyola, Yesuit mencurahkan diri mereka sendiri khusus untuk pendidikan dan kegiatan misionaris. Sekolah-sekolah mereka kemudian menyebar ke seluruh belahan Eropa, sementara tempat-tempat misi mereka dibentuk di Amerika Utara dan Selatan, India, Hindia Timur, Tiongkok, dan Jepang.

Misionaris Spanyol.—Gereja Katolik Roma, yang kehilangan sebagian besar Eropa, kemudian mendapatkan ganti atas kehilangan tersebut dengan mendapatkan para petobat dari wilayah yang baru ditemukan. Sapnyol, yang menjadi kekuatan paling cepat pada penaklukannya, menjadi sumber upaya misionaris tanpa tanding. Dari zaman Columbus, setiap armada berlayar untuk mencari wilayah untuk kerajaan Sapnyol dan mendatangkan frater dan gerejawan untuk menyebarkan Kristen ke penduduk wilayah baru agar mengurangi pemakaian pedang prajurit.

“Hukum Hindia” memberikan kekuatan khusus dan pengaruh pada imam. Pada masa awal kekaisaran kolonial Spanyol, banyak pendeta mberasal dari orang-orang saleh, berpemahaman, dan pencurahan tanpa penyendiri. Upaya mereka melunak kala kekerasan dan kebrutalan seirng menghimpun perlakuan Spanyol terhadap penduduk asli, dan mereka menjadi agen peradaban di kalangan masyarakat yang ditaklukan prajurit Spanyol.

Di Paraguay, California, dan Filipina, kekuatan dan pengaruh misionaris Spanyol melampaui prajurit dan gubernur di pemukiman wilayah tersebut dan kendali penduduk asli. Gerejawan, yang sepenuhnya berjiwa misionaris, menekankan pada raja agar tugas mahkota memajukan salib, dan melampaui satu neagra untuk membuka pemukiman Spanyol melalui keantusiasan imam.