Sejarah Filipina/Bab 7
Sebab Pemukiman dan Penaklukan Filipina.—Penjelajahan Spanyol sebelumnya dijelaskan kurang beruntung, nampak menyatakan kepada Istana Spanyol bahwa mereka tak dapat mengusir Portugis dari Maluku. Namun sampai timur Maluku terbentang kepulauan besar yang tak terjelajahi, yang terbentang dalam demarkasi Spanyol dan menyimpan rempah-rempah dan barang dagang berharga lainnya; dan kala Portugis tak membuat pendudukan efektif terhadap Filipina, pemikiran penakluk Spanyol beralih ke kelompok yang juga dikenal sebagai bidang penaklukan, bahkan melalui pemahaman bahwa wilayah tersebut berada di lintang Maluku, dan sehingga disangkal lewat perjanjian untuk Spanyol.
Pada 1559, raja Spanyol, Felipe II., memerintahkan waliraja Meksiko untuk melakukan lagi penemuan kepulauan yang terbetang “sepanjang Maluku,” namun hak Portugal untuk kepulauan untuk kepulaaun dalam demarkasinya dihormati. Lima tahun berlalu sebelum kapal-kapal dan peralatan dapat dipersiapkan, dan pada tahun-tahun tersebut, tujuna ekspedisi mencapai diskusi menonjol dan mengalami beberapa perubahan.
Raja mengundang Andres de Urdaneta, yang bertahun-tahun sebelumnya menjadi kapten dalam ekspedisi Loaisa, untuk mendampingi penjelajahan tersebut sebagai pemandu dan pengarah. Usai kembali dari penjelajahan sebelumnya, Urdaneta menarik diri dari kehidupan militer dan menjadi frater Agustinian. Ia dikenal karena menjadi sosok bijak, dengan pengetahuan kosmografi yang baik, dan sebagai misionaris, ia dapat memberikan kekuatan keagamaan pada penjelajahan tersebut yang mengkarakterisasikan seluruh pemahaman Spanyol.
Ini adalah rencana Urdaneta untuk mengkolonisasi Nugini, bukan Filipina; namun Audiencia Meksiko, yang mengalami pengubahan pemastian penjalajahan, mengubahnya dalam pengarahan semenit untuk mencapai dan jika memungkinkan mengkolonisasi Filipina, untuk mendagangkan rempah-rempah dan menemuakn rute pelayaran pemulangan kembali ke sepanjang Pasifik menuju Spanyol Baru. Para penduduk asli kepulauan tersebut dipindahkan ke Kristen, dan misionaris menyertai penjelajahan tersebut. Dalam bahasa Fray Gaspar de San Augustin, ini mengirimkan “pemanduan suci untuk mengeluarkan dan mengibarkan panji Kristus, bahkan pada wilaayh terpencil kepulauan tersebut, dan mengusir kejahatan dari wilaayh tirani tersebut, yang ia lakukan selama beberapa tahun, yang merebut penaungan masyarakat tersebut untuk dirinya.”
Penjelajahan Ketiga ke Filipina. Penjelajahan tersebut belayar dari pelabuhan Natividad, Meksiko, pada 21 November 1564, di bawah komando Miguel Lopez de Legaspi. Kapal-kapal menyusul untuk bagian jalan lebih ke selatan ketimbang yang dibutuhkan, dan menjamah beberapa kepulauan berpenduduk Mikronesia. Pada sekitar 22 Januari, mereka mencapai Ladrones dan mengalami beberapa ketegangan dengan penduduk asli. Mereka mencapai ujung selatan Samar pada sekitar 13 Februari. Wilayah Samar direbut oleh Legaspi atas nama raja, dan sekelompok kecil dikirim ke utara dan selatan untuk melirik desa-desa Filipina.
Beberapa hari kemudian, mereka mengitari bagian selatan Samar, melintasi selat menuju pantai selatan Leyte, dan marsekal lapangan, Goyti, menemukan kota Cabalian. Pada 5 Maret, armada tersebut berlayar ke kota tersebut. Tujuannya dipegang kapal-kapal Spanyol, dan kesulitan besar dialami dalam meraih pangan dari sedikit penduduk asli yang bertemu di perahu atau pemukiman kecil yang ditemukan.
Legaspi di Bohol. Pada sekitar pertengahan Maret, armada datang ke Bohol, di pantai selatan atau utaranya. Kala di dekat sana, Goyti dalam kapal kecil mengambil perahu Moro dari Kalimantan dan setelah itu pertarungan besar timbul antara Moro sebagai tahanan menuju Legaspi. Ini berdampak pada perdagangan yang ada antara Moro dari Kalimantan dan penduduk asli Bohol dan Mindanao.
Di Bohol, mereka dapat menjalin pertemanan dengan penduduk asli, dan dengan Sicatuna, dato Bohol, Legaspi mempersembahkan upacara perjanjian darah. Pemimpin Spanyol dan kepala Filipina masing-masing membuat pemotongan kecil di tangan atau dadanya sendiri dan meminum darah satu sama lain. Menurut Gaspar de San Augustin, darah tersebut dicampur dengan anggur kecil atau air dan diminum dari sebuah goblet. Adat tersebut merupakan pengikatan persahabatan paling keramat di kalangan Filipina, dan pertemanan yang dijanjikan biasanya dipertahankan dengan kesetiaan besar.
Legaspi di Cebu. Pada 27 April 1565, armada Legaspi mencapai Cebu. Disini, di selat indah dan wilayah pendaratan, kapal-kapal Magellan bersinggah sampai kematian pemimpin mereka pada empat puluh empat tahun sebelumnya. Pemukiman penduduk asli berjejer di pesisir, sebagaimana ujar Padri Chirino pada kami, karena jaraknya lebih dari satu league. Penduduk asli Cebu ketakutan dan sangat tertekan, dan nampak bergantung pada penolakan pendaratan Spanyol. Namun pada pemasangan pertama meriam di kapal-kapal, penduduk asli meninggalkan pesisir, dan, menyalakan api ke kota, menarik diri ke hutan dan bukit. Tanpa kehilangan nyawa, Spanyol mendarat, dan menduduki pelabuhan dan kota.
Penemuan “Kanak-kanak Suci Cebu.” Para prajurit Spanyol menemukan gambar kayu kecil Kanak-kanak Yesus di salah satu rumah penduduk asli. Sebuah gambar serupa, yang dikatakan oleh Pigafetta pada kami, ia sendiri berikan pada seorang penduduk asli kala di pulau tersebut dengan Magellan. Gambar tersebut dilestarian oleh penduduk asli dan dianggap oleh mereka sebagai obyek pemuliaan. Bagi orang-orang Spanyol yang taat, penemuan barang keramat tersebut dihormati sebagai peristiwa keberuntungan besar. Gambar tersebut diambil oleh para biarawan, dan dibawa ke sebuah biara yang khusus didirikan untuknya. Gambar tersebut masih disimpan di gereja Agustinian, sebuah barang pemuliaan besar.
Pemukiman Dibuat di Cebu.—Dalam menghormati gambar tersebut, pemukiman Spanyol pertama di Filipina diberi nama “Kota Nama Paling Kudus Yesus.” Here Legaspi menghimpun dirinya sendiri, dan, lewat traktat dan keterampilan besar, secara bertahap memenangkan kepercayaan dan pertemanan dengan penduduk asli. Perdamaian resmi pada akhirnya diputuskan dengan dato, Tupas, mengakui kedaulatan Spanyol; dan masyarakat Cebu dan Spanyol menjalin diri mereka sendiri untuk membantu satu sama lain melawan musuh.
Mereka memiliki kesulitan dalam memahami satu sama lain, namun Spanyol mendampingi mereka lewat sosok Muslim Melayu dari Kalimantan, bernama Cid-Hamal, yang dibawa dari Hindia Timur ke Semenanjung dan kemudian ke Meksiko dan penjelajahan Legaspi. Rumpun bahasa Malaysia dan Filipian sangat berkerabat dengan sosok tersebut yang mampu menerjemahkan. Namun, nyaris secara langsung, para misionaris mulai belajar dialek penduduk asli, dan Padre Chirino berujar pada kami bahwa Frater Martin Herrada membuat pengucapan Filipina pertama, dan kemudian mengkotbahkan Injil kepada penduduk asli dalam bahasa mereka sendiri.
Kesulitan besar dialami oleh Legaspi untuk mengolah makanan laayk untuk penjelajahannya. Pada waktu berbeda, ia mengirim kapal ke kepulauan terdekat, dan sebanyak dua kali kapalnya datang ke selatan Mindanao untuk mengerahkan kargo kayu manis untuk dikirim kembali ke Spanyol Baru.
Bulan demi bulan berikutnya, Sapnyol meraih pengakuan dengan laut pulau indah di kepulauan tersebut, dengan kepulauan hijaunya dan lapisan air brilian, pelabuhan amannya dan pemukiman berhiasnya.
Bisaya. Pada 1569, Legaspi menemukan pulau besar Panay. Disana, mereka beruntung dapat mengamankan sejumlah besar suplai dan pertemanan dengan penduduk asli, yang menerima mereka dengan baik. Kepulauan tengah indah dari Filipina tersebut dihuni oleh Bisaya. Spanyol mendapati bahwa suku tersebut mentato tubuh mereka dengan rancangan ornamental, sebuah pratek yang tersebar di seluruh Oceanica, dan masih umum di kalangan suku Luzon utara. Praktek tersebut menyebabkan Spanyol memberikan Bisaya dengan sebutan “Islas de los Pintados” (Kepulauan Bercat).
Penemuan Rute Kepulangan Utara di sepanjang Pasifik.—Sebelum kedatangan penjelajahan tersebut di Filipina, kapten salah satu kapal Legaspi, terinspirasi oleh ambisi tak terelakkan dan harapan meraih sambutan, melayani sisa armada tersebut. Mula-mula datang ke kepulauan tersebut, ia sempat memulai pelayaran pulang. Tak seperti kapten sebelumnya yang berniat untuk kembali ke Spanyol Baru lewat pelayaran wilayah timur dari kepulauan melawan angin dan gelombang samudra, kapten tersebut belayar ke utara di luar perdagangan pada angin barat yang lebih disukai, dan menemukan jalan kembali ke Amerika dan Spanyol Baru.
Tak lama usai datang ke Filipina, perintah Legaspi mengharuskannya untuk mengerahkan setidaknya satu kapal pada perjalanan pulang ke Spanyol Baru. Sehingga pada 1 Juni, San Pablo berlayar, membawa nyaris dua ratus orang, termasuk Urdenata dan frater lainnya. Kapal tersebut juga mengikuti rute utara sepanjang Pasifik, dan usai pelayaran yang sangat keras, menjalani tiga setengah pulan, mereka mencapai pesisir Amerika Utara di California dan menyusulnya ke arah selatan menuju Acapulco.
Penemuan tersebut dibuat oleh para kapten dari rute kesulaan bagi kapal-kapal yang kembali dari kepulauan tersebut menuju Spanyol Baru yang aman dari penangkapan oleh Portugis, merampungkan rencana Spanyol untuk pendudukan Filipina. Pada 1567, kapal lain dikerahkan oleh Legaspi dan melakukan pelayaran tersebut dengan sukses.
Pelayaran kapal-kapal tersebut meninggalkan Legaspi di Cebu dengan koloni dari hanya seratus lima puluh orang Spanyol, yang kurang menyediakan sumber daya, untuk mendagangkan penaklukan Filipina. Namun, ia menjalin persahabatan dan penghormatan dari penduduk asli. Pada 1568, dua galleon dengan pengerahan didatangkan dari Acapulco. Dari masa ini selama nyaris komunikasi tahunan diutamakan, pasukan baru dengan munisi dan suplai didatangkan dengan setiap pelayaran.
Ekspedisi Pertama melawan Pembajak Moro.—Pembajak Mindoro.—Spanyol mendapati Selat San Bernardino dan Laut Mindoro dinaungi dengan armada Muslim Melayu dari Kalimantan dan Kepulauan Jolo. Karena ras tersebut selalu tinggal di perairan, pembajakan selalu menarik perhatian tak terelakan. Pada zaman Legaspi, pulau Mindoro sebagian dihuni oleh Melayu dari selatan, dan banyak pemukiman dicurahkan untuk pembajakan, khususnya pada kota-ktoa di pantai utara Panay. Pada Januari 1570, Legaspi mengerahkan cucunya, Juan de Salcedo, untuk menghukum marauder tersebut.
Penaklukan Kekuatan Pembajak.—Salcedo memiliki pasukan empat puluh orang Spanyol dan sejumlah besar orang Bisaya. Ia mendarat di pantai barat Mindoro dan merebut kota pembajak Mamburao. Kekuatan utama Moro ditemukan olehnya pada pulau kecil Lubang, barat laut Mindanao. Disana, mereka memiliki tiga benteng kuat dengan tembok tinggi, yang mengerahkan meriam brass kecil, atau “lantakas.” Dua benteng dikelilingi oleh parit. Terjadi pertempuran beberapa hari sebelum Lubang ditaklukan. Wilaayh Lubang membawa Spanyol nyaris ke wilayah Teluk Manila. Sementara itu, seorang kapten, Enriquez de Guzman, telah menemukan Masbate, Burias, dan Ticao, dan mendarat di Luzon, wilayah Albay, yang kala itu disebut “Italon.”
Penaklukan Kota Moro Manila.—Penjelajahan dari Panay.—Laporan datang ke Legaspi tentang pemukiman Muslim penting bernama “May-nila,” di pesisir teluk besar, dan kepala suku Muslim, bernama Maomat, memutuskan untuk memandu Spanyol pada penaklukan mereka terhadap wilaayh tersebut. Untk keperluan tersebut, Legaspi mengirim marsekal lapangannya, Martin de Goiti, dengan Salcedo, seratus dua puluh prajurit Spanyol, dan empat belas atau lima belas perahu yang diisi dengan sekutu-sekutu Bisayan. Mereka meninggalkan Panay pada awal Mei. Usai berhenti di Mindoro, mereka datang untuk berlabuh di Teluk Manila, lepas mulut Sungai Pasig.
Kota Muslim. Di tepi selatan sungai adalah kota berbenteng dari pemimpin Muslim, Raja Soliman; di tepi utara adalah kota Tondo, di bawah Raja Alcandora, atau Lacandola. Morga berujar pada kami bahwa pemukim Muslim dari pulau Kalimantan telah memutuskan untuk datang ke pulau tersebut hanya beberapa tahun sebelum kedatangan Spanyol. Mereka bermukim dan menikahi penduduk Filipina dalam rangka menduduki Teluk Manila, dan memperkenalkan beberapa bentuk dan pratek agama Islam. Kota Manila dipertahankan oleh benteng, nampaknya pada penglihatan pasti dari benteng Santiago saat ini. Benteng tersebut dibangun menggunakan batang-batang kelaap, dan menghimpun tempat pemasangan sejumlah besar meriam, atau lantakas.
Perebutan Kota. Penduduk asli menerima warga asing mula-mula dengan perasaan bersahabat, namun usai mereka mendarat di tepi Pasig, Soliman, dengan pasukan besar, menyernag mereka. Spanyol berubah pikiran, dan menghimpun perbentengan, dan penduduk asli kabur, menyalakan api pada pemukiman mereka. Kala pertikaian, Spanyol mendapati korban tewas dari artileris Portugis, yang mengarahkan pertahanan. Tanpa ragu, ia menjadi orang yang membelot dari garisun Portugis di ujung selatan kepulaaun hindia untuk mendapatkan keberuntungan dengan Melayu. Ini menjadi pengumuman musim hujan dan badai, Spanyol memutuskan untuk mempertahankan pendudukan Manila. Usai menjelajahi pelabuhan Cavite, mereka pulang ke Panay.
Satu tahun dijalani dalam memperkuat cengkeraman mereka pada Bisaya dan menghimpun penaklukan mereka terhadap Luzon. Di Masbate, seorang frater dan enam prajurit ditempatkan, jumlah yang terlalu kecil yang dapat dibiarkan.
Pendirian Kota Spanyol Manila. Dengan pasukan 280 orang, Legaspi kembali pada musim semi 1571 untuk menaklukan Luzon. Ini menjadi kemenangan tanpa pertumpahan darah. Para raja Filipina menyatakan diri mereka sendiri tunduk pada raja Spanyol. Pada bulan-bulan Mei dan Juni, Spanyol menghimpun diri mereka sendiri di lahan kota tersebut pada saat ini.
Sekali lagi, Legaspi memberikan perintah untuk rekonstruksi benteng, membangun istana, konven untuk biarawan Agustinian, gereja, dan 150 rumah. Perbatasan kota tersebut sangat mengikuti garis lintang kota Tagálog “Maynila,” dan nampak memungkinkan bahwa letak bangunan-bangunan yang kala itu didirikan bertahan sampai saat ini. Pemukiman tersebut nampak sangat diinginkan untuk Legaspi sesuai dengan rancangannya sebagai ibukota kepulauan. Nyaris tak lama kemudian, ia menghimpun majelis pemerintahannya, atau ayuntamiento.
Pertempuran Pertama di Teluk Manila.—Di samping pengajuan kesiapan mereka, para raja, Soliman dan Lacandola, tak membiarkan kedaulatan mereka tanpa perjuangan. Mereka daapt mengamankan bantuan di pemukiman Tagálog dan Pampanga dari Macabebe dan Hagonoy. Sebuah armada besar dari empat puluh perahu perang berkumpul di lahan yang dikelilingi kepala di pantai utara Teluk Manila, dan datang memeriksa pesisir dangka untuk mengusir Spanyol dari pulau tersebut. Perlawanan mereka mengirim Goiti dan lima puluh pasukan. Zirah surat pelindung, pedang berat dan tombak, senjata api mengerikan, dipasangkan dengan keberanian kuat dan perasaan erat prajurit Spanyol pada abad keenam belas, menyapu balik pengerahan penduduk asli tersebut. Kepala suku Soliman pun gugur.
Penaklukan Luzon Tengah. Goiti meneruskan pawainya dan merebut wilayah utara sampai nyaris seluruh dataran besar Luzon tengah, yang terbentang dari Teluk Manila sampai Teluk Lingayen, yang membentang di hadapannya. Tak lama kemudian, raja Lacandola gugur, menerima baptisan Kristen, dan satu-satunya pemberontakan kuat di pulau Luzon berakhir.
Goiti dikirim kembali ke Bisaya, dan komando pasukan Luzon jatuh ke Salcedo, cucu brilian dan perhatian dari Legaspi, yang baru berusia dua puluh dua tahun. Kesatria muda tersebut memimpin komandonya pada Sungai Pasig. Cainta dan Taytay, yang pada masa itu merupakan kota-kota Tagalog penting, direbut, dan kemudian wilayah selatan Laguna de Bay. Kota Cainta dibentengi dan dipertahankan oleh meriam kecil, dan walau Salcedo menjalani tiga hari dalam negosiasi, ini hanya terdera oleh badai, kala empat ratus pria dan wanita Filipina tewas. Dari sini, Salcedo berkirab ke pegunungan menuju pantai Pasifik dan ke selatan menuju Camarines, tempat ia menemukan tambang emas Paracale dan Mamburao.
Pada sekitaran masa itu, Spanyol merebut kepulauan Cuyos dan Calamianes dan bagian utara Paragua.
Penjelajahan Pantai Luzon Utara. Pada 1572, Salcedo, dengan pasukan hanya beranggotakan empat puluh lima orang, berlayar ke utara dari Manila, mendarat di Zambales dan Pangasinan, dan di pantai panjang dan kaya Ilocos yang berdampak pada pengajuan permanen penduduk asli. Ia juga mengunjungi pesisir paling utara, tempat lembah besar dan subur Cagayan, sungai terbesar di kepulauan tersebut, sampai menuju laut. Dari sana, ia meneruskan perjalanan petualangannya dari pantai Pasifik Luzon ke pulau Polillo, dan pulang lewat jalan Laguna de Bay menuju Manila.
Kematian Legaspi. Ia datang pada September 1572, dan mendapati bahwa kakek dan panglimanya, Legaspi, telah wafat sebulan sebelumnya (20 Agustus 1572). Usai tujuh tahun pengerjaan, penaklukan sulit mati, namun nyaris seluruh kepulauan telah ditambahkan pada takhta Sapnyol. Tiga ratus tahun kekuasaan Spanyol mengamankan wilayah yang lebih kecil ketimbang yang diinginkan dan diharapkan oleh para penakluakn pada masa awal. Di samping pasukan kerahan mereka, perhatian Spanyol mendorong mereka untuk mengikuti kebijakan perluasan kekuatan mereka, pemukiman terdampak, dan memberlakukan pengajuan di tempat pesisir kaya dan pengumpulan penduduk yang menghadap mereka.
Dalam waktu setahun, sebagian besar wilayah pesisir Luzon ditaklukan, posisi pentingnya direbut, dan penduduk aslinya ditempatkan dalam encomiendas. Kala kematian Legaspi, komando jatuh pada Guido de Lavezares.
Alasan untuk Penaklukan Mudah Filipina. Penjelasan bagaimana sejumlah kecil dapat dengans angat cepat dan berhasil menundukkan para penduduk dari sebuah wilayah seperti Filipina, terpencar dalam sebagian besar pulau berbeda, ditemukan dalam beberapa hal.
Pertama. Penjelajahan tersebut memiliki seorang pemimpin besar, salah satu kesatria yang memadukan kecerdikan dengan resolusi, yang berjaya pada waktu singkat kala prestise Spanyol menjadi yang tertinggi. Tak ada kebijakan yang dapat sesukses di Filipina yang tak bergantung pada kekuatannya kala memberikan tindakan penyelarasan kepada masyarakat Filipina. Legaspi melakukannya. this. Ia nampak memenangkan para dato penduduk asli, memperlakukan mereka dengan ketonjolan, dan meuangi mereka dengan pengharapan era yang lebih makmur dan lebih baik, yang akan mengirimkan kedaulatan Sapnyol. Nyaris dari permulaan, para penduduk asli dari sebuah pulau mengurangi standarnya untuk membantu penaklukan kelompok lainnya. Pasukan kecil prajurit Spanyol terbantu oleh ratusan sekutu Filipina.
Kedua. Alasan lain ditemukan dalam keberanian menakjubkan dan kekuatan tempur ebsar prajurit Spanyol. Setiap orang, yang bersirah dan bersenjata, mati-matian dengan pedang atau tombak, selain membawa arquebus, senjata api paling efisien pada masa itu, setara dalam perlawanan terhadap banyak penduduk asli yang dapat menekannya dengan tubuh telanjang dan senjata rendahan mereka.
Ketiga. Legaspi sangat menguntungkan para kaptennya, yang meliputi para pengkampanye lama seperti marsekal lapangan Martin de Goiti, yang berada di Filipina sebelum dengan Villalobos, dan para pemuda seperti Salcedo, salah satu sosok militer palinga traktif dalam sepanjang sejarah Spanyol.
Keempat. Dalam pengadaan penaklukan Spanyol tersebut, kami harus memahami bahwa kepulauan tersebut jauh lebih berpenduduk ketimbang mereka pada masa sekarang. Kepulauan Bisaya, Camarines, pulau Luzon, pada masa Legaspi, hanyalah fraksi kecil dari penduduk besar mereka saat ini. Penduduknya tak hanya kecil, namun juga sangat tak dipersatukan. Tak hanya suku-suku besar yang terpisah oleh perbedaan bahasa, namun, sebagaimana yang kami lihat, setiap komunitas kecil bersifat independen secara terapan, dan kekuatan dato sangat terbatas. Tak ada pangeran besar, dengan pasukan tempur besar yang dapat menyerukan persenjataan mereka, seperti Portugis yang melawan Melayu di selatan Maluku.
Kelima. Namun tentunya salah satu faktor terbesar dalam penundukan Filipina terhadap Spanyol adalah pengkotbahan frater misionaris. Tak ada sosok yang sangat kuat dengan ras barbar dan tak tercerahkan sebagaimana ia mengklaim kekuatan dari Tuhan. Dan mengkotbahi kepercayaan Katolik, dengan pelayanan dramatis dan impresifnya, sakramen kudusnya, kekuatannya untuk menarik perhatian dan sesekali mendorong pemikiran ke dalam lingkup pelayanannya, memenangkan hati Filipina. Tanpa ragu, ia menyiapkan dan memajukan kepercayaan dan upacara keagamaan yang lebih selaras dan benar. Tak ada imamat penduduk asli yang kuat untuk melawan pengenalan Kristen. Pengkotbahan kepercayaan dan baptisan orang yang berpindah agama nyaris secepat pergerakan prajurit Salcedo.
Bahaya Pendudukan Spanyol. Kondisi semacam itu menimbulkan kesuksesan pendudukan Spanyol, menyediakan koloni kecil yang dapat melindungi dari serangan luar. Namun bahkan dari permulaan, posisi sekelompok kecil penakluk tersebut terdera. Jumlah mereka kecil dan kebutuhannya sangat rentan, dan satu-satunya sumber kesuksesan mereka terbentang ribuan mil, sepanjang wilayah perairan terbesar di bumi, di sebuah wilayah koloni yang baru beradu dari tangan Indian. Sepanjang perairan dangkal Laut Tiongkok, yang hanya berjarak beberapa hari, bahkan menggunakan kapal-kapal jung berlayar pelan, menghadapi pesisir negara paling berpenduduk di dunia, pada masa yang tak sebanding dengan penaklukan asing.
Upaya Tiongkok di bawah Limahong untuk Merebut Manila.—Kegiatan Tiongkok Utara. Dari Tiongkok, letupan besar pertama meletus. Pesisir tenggara Tiongkok, yang meliputi provinsi-provinsi Kwangtung dan Fukien, seringkali menunjukkan semangat panjang menyerah untuk imigrasi yang tak terbendung dari belahan wilayah lain. Dari dua provinsi tersebut, melalui pelabuhan Amoy dan Kanton, datang para pedagang dan kuli Tiongkok yang ditemukan di setiap bagian Timur dan banyak wilayah lain di dunia. Dua ratus tahun sebelum kedatangan Spanyol, kapal-kapal jung Tiongkok mengarungi selat dan laut dan giat mengunjungi pantai Mindanao.
Penjelajahan Limahong ke Filipina. Pesisir Tiongkok tersebut selalu dikenal karena pembajakannya. Jarak ibukota di Peking dan kelemahan waliraja provinsial membuatnya tak mungkin diredam. Salah satu sosok menonjol dari Laut Tiongkok, yang disebut Limahong, pada dua tahun setelah kematian Legaspi berniat merebut Filipina. Kekuatannya adalah pulau Pehon, tempat ia membentengi dirinya dan mengembangkan kekuatannya.
Disini, laporan kondisi makmur Manila mencapainya, dan ia menyiapkan armada enam puluh dua kapal jung perang, dengan empat ribu prajurit dan pelaut. Catatan tersebut bahkan menyatakan bahwa sejumlah besar wanita dan artisan dibawa untuk membentuk nukleus pemukiman, sehingga Spnyol harus dihancurkan. Pada paruh akhir November 1574, armada kuat tersebut datang mengarungi pantai barat Luzon. Pada tanggal 29, mereka berkumpul di pelabuhan kecil Mariveles, pintu masuk menuju Teluk Manila. Delapan mil dari selatan Manila adalah kota Parañaque, sebuah tempat yang menyediakan tempat pendaratan yang baik untuk perahu-perahu yang masuk dari teluk tersebut. Keesokan malamnya, Limahong mengerahkan enam ratus pasukan, di bawah salah satu panglimanya, Sioco, yang merupakan orang Jepang.
Serangan terhadap Manila. Dari sana, mereka bergerak dengan cepat dari pantai dan memasuki kota. Nyaris korban pertama mereka adalah marsekal lapangan Goiti. Benteng Manila pada masa itu bersifat lemah, tanpa parit atau tempat melarikan diri, dan perjuangan pun terjadi. Walau sangat kalah jumlah, Spanyol dapat memukul mundur Tiongkok; namun mereka sendiri mengalami banyak korban. Limahong kini mengirim pengerahan besar, dan disiapkan untuk melampaui garisun. Spanyol selamat dari kekalahan pada waktu kedatangan Salcedo dengan lima puluh musketeer. Dari persinggahannya di Vigan, ia melihat pelayaran armada Limahong, menyusuri arah selatan sepanjang pantai Luzon, dan, menduga bahwa penjelajahan besar tak memiliki keperluan lain selain perebutan Manila, ia mengerahkan tujuh perahu kecil, dan mencapai kota tersebut dalam enam hari, tepat apda waktu keikutsertaan dalam pertempuran antara Spanyol dan seluruh pasukan pembajak Tiongkok. Hasilnya adalah kekalahan penuh Tiongkok, yang dipukul mundur ke perahu-perahu mereka di Parañaque.
Dampak Penjelajahan Limahong. Meskipun kalah dalam serangannya di Manila, Limahong memutuskan untuk bermukim ke Luzon, dan, dengan berlayar ke utara, ia mendarat di Pangasinan dan mulai membangun benteng di mulut sungai Lingayen. Spanyol tak menungguinya untuk memperkuat dirinya dan bersengketa dengan mereka untuk penguasaan pulau, namun mengadakan penjelajahan pada bulan maret dengan dua ratus lima puluh orang Spanyol dan seribu lima ratus orang Filipina di bawah naungan Salcedo. Mereka mendadak mendarat di Teluk Lingayen, membakar seluruh armada Tiongkok, dan merebut sebagian pasukan di pegunungan sekitar. Sisanya, meskipun terhalau oleh Spanyol, dapat membangun perahu kecil, yang dipakai oleh mereka untuk kabur dari kepulauan tersebut.
Ini mengakhiri serangan tersebut, yang terancam pada suatu waktu untuk menggulingkan kekuatan Spanyol di Timur. Namun, ini adalah permulaan hubungan penting dengan Tiongkok. Sebelum Limahong melarikan diri, sebuah kapal jung datang dari waliraja Fukien, meminta pengiriman pembajak Tiongkok. Dua frater Agustinian menyertai kapal jung tersebut untuk kembali ke Tiongkok, dalam rangka membidangi penaklukan misionaris. Mereka membawa surat dari Lavezares yang menawarkan pertemanan dan perhubungan dengan Tiongkok.
Permulaan Masa Penaklukan Baru. Pada musim semi 1576, Salcedo wafat di Vigan, dalam usia dua puluh tujuh tahun. Dengan kematiannya dapat dikatakan menutup periode pertama sejarah di Filipina, yakni Penaklukan, yang berlangsung dari 1565 sampai 1576. Selama dua puluh lima tahun berikutnya, ambisi Spanyol tak terisi dengan penjelajahan kepulauan tersebut, namun penaklukan yang lebih besar dan keras, baik dalam pemikirna prajurit maupun imam.
Disamping pemukiman dengan Portugal, Kepulauan Rempah-rempah yang kaya di selatan masih menyoroti mereka, dan kemudian membongkar pantai subur Siam dan Kamboja, kekaisaran besar Tiongkok, pulau indah Formosa, dan kepulauan Jepang. Disana, dengan penduduk dan kekayaan yang besar, lebih menawarkan lahan ketimbang pesisir berpenduduk terpencar dan miskin Filipina. Sehingga, pada perempat abad berikutnya, kebijakan Spanyol di Filipina tak banyak mengembangkan kepulauan itu sendiri, sebagaimana menjadikan mereka pusat untuk penaklukan komersial dan spiritual di Timur.
Perjanjian dengan Tiongkok. Gubernur baru datang ke Kepulauan tersebut pada Agustus 1575. Ia adalah Dr. Francisco La-Sande. Pada Oktober, terdapat pemulangan utusan yang dikirim ke Tiongkok oleh Lavezares. Waliraja Fukien menerima mereka dengan upacara besar. Ia tak mengijinkan para frater untuk singgah, namun memajukan sruat gubernur kepada kaisar Tiongkok. Pada bulan Februari menyusul kedatangan utusan Tiongkok, memberikan pelabuhan kekaisaran yang dapat diperdagangkan Spanyol. Pelabuhan tersebut, yang diyakini adalah Amoy, masih menjadi pelabuhan komunikasi utama dengan Tiongkok sampai saat ini.
Tanpa diragukan, perdagangan dan bukan misionaris yang diinginkan oleh Tiongkok. Dua Agustinian berupaya untuk kembali dengan utusan tersebut ke Tiongkok, namun Tiongkok kala meninggalkan pelabuhan Manila mendarat di pesisir Zambales, tempat mereka memergoki misionaris, membunuh pelayan dan penerjemah mereka, dan meninggalkan para frater terikat di pohon, kala mereka diselamatkan oleh sekelompok kecil Spanyol yang kala itu melintas jalan tersebut.
Pelayaran Tercatat Sir Francis Drake.—Tahun 1577 dikenal karena kemunculan di Timur dari kapten laut Inggris besar, perahu bebas, dan sosok angkatan laut, Francis Drake. Kala itu, Inggris dan Spanyol, yang tak benar-benar berperang, dengan cepat menghadapi konflik yang membuat mereka menjadi musuh tradisional selama berabad-abad. Sapnyol menjadi juara eklesiastisisme Roma. Rajanya, Philip Kedua, tak hanya kejam, namun politikus berambisi besar. Skemanya meliputi penaklukan Prancis dan Inggris, pemusnahan Protestanisme, dan penundukan Eropa pada otoritas Roma dan dirinya.
Bangsa Inggris mengetahui bahaya tersebut dari jauh, dan kala dua abdi secara nominal mengupayakan perdamaian, pelaut Devon Inggris dengan cepat dikerahkan di laut dalam kapal-kapal cekatan dan mengerikan mereka, dalam rangka menghadapi kekuatan Spanyol. Sejarah perang angkatan laut tak lagi mencatat petualangan selain marinir Inggris pada masa itu. Sorotannya tak dapat bangkit lebih tinggi.
Drake adalah sosok paling terkenal dan romatis dari mereka semua. Pada tahun 1577, ia berlayar dari Inggris dengan tujuan menyerbu Dataran Utama Spanyol. Ia melintasi Selat Magellan, dan mendatangi pantai barat Amerika Selatan, mendesak perkapalan Spanyol dari Valparaiso sampai Panama. Dari sana, ia datang melintasi Pasifik, menjamah pantai Mindanao, dan beralih ke selatan menuju Maluku.
Portugis secara nominal telah menganeksasi Maluku pada 1522. Namun pada masa kunjungan Drake, mereka bergerak dari Ternate, walau masih menguasai Tidor. Drake menjalin hubungan persahabatan dengan sultan Ternate, dan mengamankan kargo cengkeh. Dari sana, ia berlayar pulang, menghampiri armada Portugis, sebagaimana ia menghadapi Spanyol, dan melalui jalan Tanjung Harapan untuk pulang ke Inggris, armadanya mula-mula mengikuti perjalanan keliling dunia Magellan.
Penjelajahan Spanyol ke Kalimantan.—Kemunculan Drake di Maluku mengembangkan tindak ambisi La-Sande. Pengadaan kepulauan selatan tersebut sangat kuat, dan kala itu kesempatan nampak untuk membuka gubernur untuk mengerahkan kekuatannya ke selatan. Salah satu raja Melayu Kalimantan, Sirela, datang ke Manila, meminta bantuan melawan saudaranya, dan menjanjikan pengakuan kedaulatan raja Spanyol atas pulau Kalimantan. La-Sande sendiri memulihkan kepemimpinan tersebut untuk berkuasa. Ia memiliki armada galley dan frigat. Menurut Padre Gaspar de San Augustin, lebih dari seribu lima ratus pemanah Filipina dari Pangasinan, Cagayan, dan Bisaya mendampingi penjelajahan tersebut. Ia mendarat di pesisir Kalimantan, menghancurkan armada perahu dan kota penakluk, dan terdorong untuk memasukkan Sirela ke kepangeranannya. Penyakit di kalangan armadanya dan kekurangan niat memaksanya kembali ke Manila.
Serangan Pertama terhadap Moro di Jolo.—Kala pulang, ia mengirim perwira melawan pulau Jolo. Perwira tersebut memaksa rakyat Jolo untuk mengakui kekuasaannya, dan dari sana, ia melintas ke pulau Mindanao, tempat ia juga memaksa penaatan di kalangan penduduk asli. Ini adalah permulaan penjelajahan Spanyol melawan Moro, yang memiliki dampak berkembang pada pembajak Muslim yang melakukan pembalasan mengerikan. Di bawah La-Sande, penaklukan Camarines dirampungkan oleh Kapten Juan Chavés dan kota Nueva Caceres didirikan.
Pelantikan Gubernur Ronquillo. Ini adalah kebijakan seragam pemerintah Spanyol untuk membatasi masa jabatan gubernur pada periode tahun yang singkat. Ini adalah salah satu tujuan menonjol yang diupayakan oleh Spanyol untuk mengendalikan ambisi dan tindak para kapten kolonialnya. Namun, Don Gonzalo Ronquillo diberikan jabatan gubernur Filipian seumur hidup, pada kondisi penaikannya dan mempersenjatai pasukan enam ratus orang di Spanyol, kebanyakan pada pembiayaannya sendiri, untuk perlindungan yang lebih baik dan pasifikasi kepulauan tersebut. Hal yang dilakukan oleh Ronquillo mengirimkannya pada penjelajahan lewat jalur Panama. Ia datang pada April 1580. Walau ia wafat pada tiga tahun kemudian, kekuasaannya datang pada waktu yang penting.
Koloni Spanyol dan Portugis Dipadukan.—Pada 1580, Philip II, menaklukan dan menganeksasi kerajaan Portugal ke Spanyol, dan dengan Portugal koloni-koloni timur kaya yang direbut oleh Da Gama dan Albuquerque jatuh ke takhta Spanyol. Portugal mendapatkan lagi kemerdekaannya pada 1640. Namun, sepanjang bertahun-tahun, Manila menjadi ibukota kekaisaran kolonial, yang membentang dari Goa di India sampai Formosa.
Peristiwa pada Masa Kekuasaan Ronquillo.—Ronquillo, di bawah perintah dari mahkota, menjalin komunikasi dengan kapten benteng Portuhis di pulau Tidor, dan kapten Tidor meminta bantuan kepada Ronquillo untuk merebut kembali pulau Ternate. Ronquillo mengirim penjelajahan ke selatan. Namun, usai datang ke Maluku, penyakit beri-beri di kamp Spanyol mengalahkan kepentingan tersebut. Ronquillo juga mengirim armada kecil ke pesisir Kalimantan dan Malaka, tempat sejumlah lada tersedia.
Pada beberapa tahun masa kekuasaan Ronquillo, timbul peristiwa penting lainnya. Koloni Spanyol didirikan di Oton, pulau Panay, yang diberi nama Arévalo (Iloilo). Dan di bawah Ronquillo, lembah besar Cagayan ditaklukan untuk pertama kalinya. Di mulut sungai, petualang Jepang, Tayfusa, atau Tayzufu, mengangkat dirinya sendiri dan mengupayakan pendudukan bagian penting utara Luzon. Ronquillo mengirim Kapten Carreon untuk melawannya, yang mengusir pengganggu tersebut dan mendirikan wilayah saat ini dari kota Nueva Segovia di Lao-lo. Dua frater mendampingi penjelajahan tersebut dan pendudukan lembah tersebut oleh Spanyol dibuat menjadi permanen.
Konflik pertama antara Gereja dan Negara.—Pada Maret 1581, Uskup Manila pertama, Domingo de Salazar, datang. Nyaris secara langsung memulai konflik antara otoritas spiritual dan sipil, dan antara uskup dan ordo reguler, yang mengisi keberadaan sejarah kepulauan tersebut. Uskup tersebut adalah sosok berkarakter otoritatif, ambisius, dan arogan, yang sangat khas dalam sejarah Gereja. Ini sebagian besar dikarenakan protesnya melawan kekuasaan otokratik gubernur yang diangkat oleh raja untuk menjabat sebagai Audiencia pertama. Karakter dan kekuatan pemerintahan tersebut telah dijelaskan. Presiden dan para hakim datang pada tahun tersebut usai kematian Ronquillo, dan sang presiden, Dr. Santiago de Vera, menjadi pelaksana jabatan gubernur pada lima tahun berikutnya.
Pada 1587, Dominikan pertama, yang berjumlah lima belas orang, datang, dan mengadakan misi menonjol mereka, La Provincia del Santisimo Rosario.
Peningkatan Kekuatan Melayu.—De Vera meneruskan kebijakan para pendahulunya dan serangan tak berbuah lain yang dibuat di Ternate pada 1585. Kekuatan orang Melayu meningkat, sementara Eropa menurun. Para sultan mengusi petinggi asing mereka, dan Spanyol maupun Portugis dapat berdampak pada penaklukan Maluku. Terjadi pemberontakan penduduk asli di Manila, Cagayan dan Ilocos.
Dekrit 1589.—Namun, persoalan di kepulauan tersebut tak menyelaraskan Uskup Salazar, dan sebagai perwakilan gubernur dan uskup, seorang Yesuit, Alonso Sanchez, dikerahkan pada 1586 untuk melayangkan kebutuhan koloni di hadapan raja. Philip nampak terpengaruh dengan kebutuhan menempatkan pemerintahan Kepulayan pada basis administratif yang lebih baik. Pada akhirnya, ia menerbitkan dekrit penting tahun 1589.
Gubernur kini menjadi pegawai berbayar kerajaan, dengan gaji sepuluh ribu dukat. Untuk perlindungan koloni yang sebenarnya dan penaklukan Maluku, pasukan reguler empat ratus prajurit menyertai gubernur. Kekuatannya diperluas ke orang-orang dari waliraja sebenarnya dari raja, dan Audiencia ditiadakan. Sosok yang dipilih untuk menduduki jabatan penting tersebut adalah Don Gomez Perez Dasmariñas, yang datang dengan konstitusi baru pada Mei 1590. Sehingga, besar kemungkinan uskup ditiadakan di Audiencia dan kekuatan gubernur ditingkatkan, agar ia sendiri merancang agar Spanyol untuk melayangkan harapannya di hadapan istana.
Upya Misionaris dari Para Frater.—Dua puluh empat Fransiskan datang dengan Dasmariñas dan keberadaan tiga ordo yang membutuhkan pemisahan Kepulauan di kalangan mereka. Persaingan dan keirihatian menonjol timbul di kalangan mereka soal pelaksanaan misi di wilayah yang masih sangat asing. Untuk para misionaris pada masa itu, nampak hal memungkinkan untuk memindahkan agama bangsa-bangsa konservatif nan besar Tiongkok dan Jepang ke agama Barat.
Pada bulan kedatangan Dasmariñas, sekelompok Dominikan berniat untuk mengadakan misi ke Tiongkok dan utusan datang dari Jepang untuk menuntut penundukan dari Filipina, empat Fransiskan yang baru datang menyertai Jepang pada kepulangan mereka.
Setahun kemudian, pada 1592, utusan lain dari raja Kamboja datang, memberikan hadiah yang meliputi dua gajah, dan mengajukan permintaan mealwan raja Siam. Ini adalah permulaan persekutuan antara Kamboja dan Filipina yang berlangsung selama beberapa tahun, dan yang seringkali melaksanakan bantuan militer dan banyak upaya untuk memindahkan agama negara tersebut.
Kematian Dasmariñas.—Namun, pusat ambisi Dasmariñas adalah penaklukan efektif Hindia Timur dan perluasan kekuatan Sapnyol dan pemerintahannya sendiri atas Maluku. Dengan akhir pandangan ini, ia membuat persiapan selama tiga tahun. Selama berbulan-bulan, pesisir dibariskan dengan galangan pembangunan kapal, dan hutan besar Bulacan jatuh ke kapak Indian. Lebih dari dua ratus kapal, “galera,” “galeota,” dan “virraye,” dibangun, dan dikumpulkan di Cavite.
Pada musim gugur 1593, penjelajahan, yang meliputi lebih dari sembilan ratus orang Spanyol, pemanah dan pendayung Filipina, bersiap. Banyak orang Filipina, yang ditugaskan untuk mendayung perahu-perahu tersebut, dikatakan menjadi budak, dijual melalui kepala suku Indian oleh encomenderos Sapnyol. Gubernur mengirim maju armada besar tersebut di bawah komando putranya, Don Luis. Pada bulan Oktober, ia sendiri berniat berlayar dalam galley dengan para pendayung Tiongkok. Namun pada malam hari kedua, kala di lepas pulau Maricaban, pendayung Tiongkok berbalih melawan Tiongkok, kala terdapat sekitar empat puluh orang di kapal, dan menewaskan nyaris seluruh penumpang, termasuk gubernur. Mereka kemudian kabur ke perahu menuju pesisir Ilocos dan kemudian ke Tiongkok.
Pembunuhan panglima aktif dan menonjol tersebut menjadi pengarahan menentuan untuk proyek ambisius demi penaklukan Hindia Timur. Makalah lainny yang dibawa oleh Dasmariñas dari Spanyol adalah cedula kerajaan yang memberikannya kuasa untuk menominasikan penerusnya, yang memajukan putranya, Don Luis, yang usai beberapa kesulitan meneruskan jabatan ayahnya secara temporer.
Kedatangan Yesuit.—Pada Juni 1595, terjadi kedatangan Don Antonio de Morga, yang diangkat menjadi pendamping danw akil gubernur Kepulauan tersebut, untuk menggantikan Don Luis. Kemudian, Morga mendatangkan misionaris Yesuit pertama. ia juga penyemat ordo yang memberikan hak khusus kepada Yesuit untuk melakukan misi ke Tiongkok dan Jepang. Ordo lain dilarang melintas ke luar Kepulauan tersebut.
Upaya untuk Mengkolonisasi Mindanao.—Pada tahun 1596, Kapten Rodriguez de Figueroa meraih gelar gubernur Mindanao, dengan hak khusus untuk mengkolonisasi pulau tersebut untuk “ruang dua kehidupan.” Ia meninggalkan Iloilo pada April dengan 214 orang Spanyol, dua imam Yesuit, dan beberapa penduduk asli. Mereka mendarat di Rio Grande, Mindanao, tempat dato Silonga membentengi dirinya dan melawan mereka. Nyaris secara langsung, Figueroa bergerak di pesisir dan dibunuh oleh Moro. Pengerahan dikirim di bawah Don Juan Ronquillo, yang, usai nyaris mengirim para dato ke pengajuan, meninggalkan semua yang ia raih. Spanyol membakar benteng mereka di Rio Grande dan menarik diri Caldera, dekar Zamboanga, tempat mereka membangun presidio.
Kematian Fransiskan di Jepang.—Gubernur baru, Don Francisco Tello de Guzman, datang pada 1 Juni 1596. Ia sebelumnya menjadi bendahara Casa de Contratacion di Sevilla. Tak lama usai kedatangannya, tragedi penting dan serius terjadi di Jepang. Kapal untuk Acapulco datang berlabuh di pantai Jepang dan karho kayanya direbut oleh pangeran feodal tempat kapal memint abantuan. Fransiskan mengadakan misi di kepulauan tersebut, dan pertikaian terjadi antara mereka dan Yesuit Portugis atas lahan misionaris tersebut. Yesuit Portugis berhasil dalam memprasangkakan istana Jepang melawan Fransiskan, dan kala menekankan untuk pengembalian harta benda dari galleon yang karam, “San Felipe,” kaisar, yang terpukau atas bawaan yang melimpah, dan dipicu oleh pengkotbahan mereka, mendatangkan pengakuan agar mereka dihukum mati. Mereka dengan mengerikan disalib di pelabuhan Nagasaki pada 5 Februari 1597. Kaisar tersebut merupakan penguasa membanggakan dan kejam, Taycosama. Ia merencanakan pendudukan Filipina untuk diri mereka sendiri, kala kematian mengakhiri rencananya.
Uskup Agung Pertama di Filipina.—Sementara itu, upaya Salazar di istana Sapnyol memiliki perubahan penting berdampak untuk Kepulauan tersebut. Pendirian ulang Audiencia Kerajaan diperintahkan, dan jabatannya sendiri ditingkatkan menjadi uskup agung, dengan tiga takhta episkopal Ilocos, Cebu, dan Camarines. Ia tak hidup untuk memegang jabatan tersebut, dan uskup agung Filipina pertama adalah Ignacio Santibañez, yang juga wafat tiga bulan usai kedatangannya pada 28 Mei 1598.
Pendirian Ulang Audiencia.—Audiencia didirikan ulang dengan sambutan dan upacara besar. Segel kerajaan disematkan pada kuda penyertaan luar biasa ke katedral, tempat Te Deum dikumandangkan, dan kemudian ke Casas Reales, tempat istana terkenal dibuka terus tanpa interupsi sampai akhir kekuasaan Spanyol. Dr. Morga adalah salah satu oidores pertamanya, dan catatan yudisial terawal yang dapat ditemukan dalam arsip istana tersebut adalah kalimat yang menyertakan tanda tangannya.
Kebangkitan Pembajakan Moro.—Tahun-tahun terakhir pemerintahan De Guzman diisi dengan ketegangan untuk masa depan Kepulauan tersebut. Presidio Caldera dihancurkan oleh Moro. Menyusul kemenangan tersebut, pada tahun 1599, Moro dari Jolo dan Maguindanao mempersenjatai armada pembajak dari lima puluh caracoa, dan menyerbu pesisir Bisaya. Cebu, Negros, dan Panay membalas, kota mereka dibakar, dan penduduk mereka dibawa pergi sebagai budak.
Pada tahun berikutnya, penjelajahan yang lebih besar dan masih lebih mematikan kembali. Masyarakat Panay meninggalkan kota-kota mereka dan lari ke pegunungan, di bawah keyakinan bahwa serangan mengerikan tersebut telah terinspirasi oleh Spanyol. Untuk memeriksa pembajak tersebut, Juan Gallinato, dengan kekuatan dua ratus pasukan Spanyol, dikirim melawan Jolo, namun, seperti banyak penjelajahan yang meliputinya, ia tak menyertai. Ketidakmampuan Spanyol kini terungkap dan era pembajakan Moro dimulai. “Dari masa ini sampai sekarang” (sekitar tahun 1800), tulisan Zuñiga, “Moro tak berhenti menggerayangi koloni kami; tak terhitung Indian yang mereka tangkap, kota-kota yang mereka jarah, rancherias yang mereka hancurkan, kapal-kapal yang mereka rebut. Ini nampak jika Tuhan menyertai mereka untuk pembalasan terhadap Spanyol yang tak dapat menundukkan mereka dalam dua ratus tahun, di samping penjelajahan yang dikirim melawan mereka, persenjataan nyaris dikirim setiap tahun untuk menunjang mereka. Dalam keadaan yang sangat kecil, mereka merebut seluruh kepulauan Filipina; namun pulau kecil Jolo, sebagian Mindanao, dan pulau dekat lainnya tak dapat ditundukkan hingga kini.”
Pertempuran di Mariveles dengan Belanda.—Pada Oktober 1600, dua kapal Belanda muncul di Kepulauan tersebut; ini adalah penjelajahan terkenal laksamana Belanda, Van Noort. Mereka datang melalui Selat Magellan, pada perjalanan keliling dunia. Belanda berada dalam kebutuhan tujuan yang besar. Kala mereka berada dalam koloni musuh besar mereka, mereka merebut dan menenggelamkan banyak perahu, Spanyol dan Tiongkok, yang berada di Manila dengan beras, unggas, arak kelapa, dan setoran pangan lainnya. Di Mariveles, sebuah kapal Jepang dari Jepang dibongkar. Sementara di Mnaila, ketakjuban dan kegiatan besar timbul. Spanyol mengerahkan dua galleon dan “Oidor” Morga sendiri memegang komando dengan awak pasukan tempur besar.
Pada 14 November, mereka menyerang Belanda, kala awak besar berkurang menjadi hanya delapan puluh pasukan pada kedua kapal. Kapal yang dikomandani oleh Morga mengerahkan kapal bendera Van Noort, dan selama berjam-jam, kapal-kapal bergerak dari sisi ke sisi sementara pertarungan tangan ke tangan terjadi di dek dan berlangsung. Kapal-kapal mengeluarkan tembakan, Morga keluar dari kapalnya, yang rusak berat hingga tenggelam, dengan korban tewas yang banyak; namun Morga dan beberapa awak lainnya mencapai pulau kecil Fortuna. Van Noort dapat memadamkan api di kapalnya, dan kabur dari Kepulauan tersebut. Ia kemudian mencapai Belanda. Kapalnya yang lebih kecil ditangkap dengan dua puluh lima awak, yang semuanya digantung di Cavite.
Ketegangan Spanyol Lainnya.—Pada tahun 1600, dua kapal berlayar ke Acapulco, namun salah satunya tenggelam di lepas Catanduanes dan lainnya karam di Ladrones. “Pada puncak seluruh ketidakberuntungan lainnya, Manila terdera, dalam bulan-bulan terakhir pemerintahan tersebut, gempa bumi mengerikan, yang menghancurkan banyak rumah dan gereja Yesuit.”
Moro, Belanda, kecemasan dan kehilangan di laut, kunjungan Allah,—banyak sejarah abad ketujuh belas di Filipina diisi dengan empat hal tersebut!