Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 10

BAB X.

PALESTINA

Cinta dan Pengetahuan Tanah Suci—Tanah Alkitab—Perhimpunan dan Lembaga Alkitab untuk Penyelidikan Tanah Suci—Yayasan Penjelajahan Palestina—Kolonel Conder—Sir Charles Wilson—Sir Charles Warren—Lord Kitchener.

Cinta dan pengetahuan Tanah Suci kurang berharga ketimbang pengaruh Alkitab dan bahasanya dalam menempatkan jalan untuk pemahaman aspirasi Zionis. Apa yang lebih alami ketimbang Tanah Israel yang sangat kuat tersemat pada warga Kristen Inggris lewat pemahaman masa silamnya dan kondisi saat ininya? Ia tak dapat menempatkan tangannya pada Alkitab-nya tanpa mengingat Yordan, Lebanon, Gunung Zaitun. Setiap hari menyebut pada pikirannya akan sejarah kuno dan kemakmuran yang hilang dari “kejayaan seluruh wilayah,” sementara reruntuhan yang ada dan peminggiran negara tersebut memberikan pernyataan soal kebenaran Alkitab dan ketentuan pemberkatan yang dijanjikan.

Walau pasal-pasal familiar Kitab Suci terkait Pemulihan terhitung untuk mempromosikan upaya manusia dalam kepentingan besar tersebut—karena dalam kebanyakan pasal tersebut, penerapan spiritualnya tak terlalu menonjol, dan semuanya nampak terinspirasi oleh niat pemulangan nyata dan alamiah ke Tanah tersebut—deskripsi Alkitab soal Tanah Suci kurang berkontribusi pada propaganda dari aap yang kami sebut gagasan Zionis. Tak ada negara pada geografi, jika tak terlalu diketahui, pada tingkat yang mendekati hati manusia ketimbang tanah yang dibahas dalam Alkitab.

Selain dari karakter keilahian Kitab Suci, mereka berpegang sepanjang berabad-abad terhadap sejarah terawal dari catatan apapun yang dimiliki oleh kami, mereka memegang sejarah terawal sepanjang berabad-abad dari yang kami miliki, dan menyajikan seluruh catatan waktu dari kehidupan ekonomi, domestik dan politik dari bangsa yang menghuni salah satu daerah paling penting di dunia kuno. Bangsa dan tanah tersebut bukanlah alegori; bukanlah abstraksi; mereka adalah realitas. Mereka masih ada, dan kami dapat membawanya kembali bersama sebagaimana mereka berada dalam kondisi alamiah mereka. Mereka sama-sama khas, nyaris unik. Tak ada negara loain yang wujud geografinya secara sangat kuat ditonjolkan sebagaimana Palestina, karakter dari para penduduk yang sangat bergantung pada keteguhan posisi, tanah dan iklim. Dan tak ada bangsa lain yang memiliki karakter, sejarah dan takdir yang sebanding dengan bangsa Yahudi.

Dua jenis organisasi Inggris, tanpa bandingan di negara lain—Bible Societies dan Palestine Societies—utamanya berkontribusi pada penyelidikan Palestina. Selain dari penekanan konversionis mereka, Bible Societies didirikan dalam rangka “untuk mempromosikan pengedaran Kitab Suci, baik di dalam dan luar negeri.” Gagasan tersebut dapat mengambil kedalaman pemikiran orang-orang hanya di Inggris. Bible Society dari Britania Raya mula-mula didirikan pada 1802 (Appendix xxxviii). Tak lama setelah itu—pada 1805—“Asosiasi Palestina” didirikan untuk tujuan mempromosikan pengetahuan geografi, sejarah alam dan kekunoannyam dengan pandangan untuk penggambaran Kitab Suci. Penyelidikan organisasi tersebut ditujukan di tempat pertama untuk menentukan batas alam dan politik dari berbagai daerah dalam batas Tanah Israel, keadaan topografi kota-kota dan desa-desanya, aliran air dan sungainya, rangkaian pegunungannya, dan kebiasaan dan adat para penduduknya. Mereka menaungi produk-produk alami Tanah Suci dan daerah sekitar, terutama tanah, iklim dan mineral, dan untuk eksplorasi kekunoan Yahudi. Namun, itu tak berarti menandakan permulaan kajian Palestina: ini lebih kepada organisasi kejadian dalam persoalan tersebut. Namun, bukan tanpa kompilasi pengerjaan dan pemahaman dari Christianus Adrichomus (1533‒1585), Petrus Ravanellus (ob. 1680), Christophorus Cellarius (1638‒1707), Thomas Fuller (1608‒1661), John Lightfoot (1602‒1675), dan karya-karya paling terkini dari Dom [Antoine] Augustin Calmet (1672‒1757), Johann Heinrich Michaelis (1668‒1738), Thomas Harmer (1715‒1788), Willem Albert Bachiene (1712‒1783), dan Ijsbrand van Hamelsveld (1743‒1812), kebanyakan penekanan paling penting masih belum terruji. “Tak ada daerah yang harus sangat penting bagi kami seperti halnya Palestina, dan pada waktu yang sama, tak ada negara yang secara menonjol menghimpun penggambarannya.” Dengan semboyan tersebut, “Palestine Association” memulai pengerjaan berbuahnya, yang berlanjut selama sepanjang abad terakhir dengan keterampilan dan kesuksesan yang berkembang.

Organisasi tersebut dikenal sebagai “Palestine Exploration Fund” yang mula-mula diresmikan pada 1865. Tujuan para pendirinya adalah pelaksanaan penelitian sistematis dan ilmiah dalam segala cabang penyelidikan yang berhubungan dengan Tanah Suci, dan alasan utamanya diduga untuk mengadakan penyelidikan ini adalah penggambaran Alkitab yang dapat diharapkan untuk mengikuti penyelidikan semacam itu. Organisasi tersebut terdiri dari pendukung pertamanya di kalangan Kristen dan Yahudi. Jawatan Perang memberikan penugasan Royal Engineers untuk pengadaan pengerjaan penggalian—Kolonel Claude Reignier Conder (1848‒1910), Sir Charles William Wilson (1836‒1905), dan Sir Charles Warren. Kolonel Conder mencurahkan seluruh hidupnya untuk penelitian Palestina. Earl Kitchener (1850‒1916) memeriksa Galilea untuk organisasi tersebut, dan pengerjaannya mengembangkan peminatan besar dan berujung pada hasil penting (Appendix xxxix). Pengetahuan terkait negara tersebut sangat terbatas. Peta-peta sketsa dari negara tersebut telah dibuat, namun setiap penjelajah berturut-turut mampu menekankan penyimpangan, kekeliruan, dan bagian yang belum terjelajahi. Dengan melatih keterampilan, pemikiran dan pengerjaan organisasi tersebut memadukan kecintaan dan keantusiasan untuk Palestina yang menjadikannya memungkinkan untuk menghasilkan hasil paling menonjol. Perjuangan dari sifat teologi dari “Palestine Association” terhadap metode ilmiah “Palestine Exploration Fund” menghimpun pergerakan seluruh gagasan Palestina dari keyakinan tradisional ke aspirasi sejarah dan manusia secara luas—pergerakan yang sama yang dapat diterlusuri dalam perkembangan gagasan Zionis.