Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 14

BAB XIV.

DUA RABI YERUSALEM

Rabbi Moses Mordecai Joseph Meyuchas—Tradisi Yahudi Spanyol—Rabbi Israel Jacob Algazi—Pengaruh pemukiman Yahudi di Palestina—Wacana Zionis.

Untuk mendapatkan gagasan pandangan dan wacana Yahudi dari Palestina pada masa itu, kami menempatkan dua Hahamim dari Yerusalem—Moses Mordecai Joseph Meyuchas dan Israel Jacob Algazi.

Haham Samuel Moses Mordecai Joseph de Raphael de Meyuchas lahir pada 1738 dan wafat di Yerusalem pada 1806. Ia merupakan keturunan dari keluarga para Rabi dan cendekiawan Talmud dengan ketenaran besar di Palestina dan tempat lain. Kontribusi paling berharganya pada sastra Talmud adalah tuga karyanya: Mayim Shaal (Salonica, 5559), Shaar Ha’mayim (Salonica, 5528) dan B’rehot Ha’mayim (Salonica, 5549), yang menunjukkan pembelajaran menonjol dan pemahaman luas. Ia berada pada keintiman dengan para cendekiawan Talmud besar pada masanya, yang mengalamatkannya pertanyaan soal berbagai persoalan agama dan komunal. Dalam Prakata dari karyanya B’rehot Ha’mayim, ia bertutur soal kecintaannya “terhadap tanah terkasihnya, Yerusalem Emas,” dan “peristiwa-peristiwa yang mengubah pada masanya.” Ia berujar bahwa ia telah banyak menderita, dan bahwa serangan kemiskinan yang dialami olehnya, ia menikmati keberadaan menderanya dan mempertahankan jiwa baik; ia menyatakan rasa syukur rendahnya kepada Allah untuk memperkenankannya untuk mendapatkan “sepotong roti kering,” dan menyematkan bagiannya dalam pembangunan kota tersebut; dan menambahkan bahwa satu-satunya harapan dan wacananya adalah diperkenankan untuk menjalani masa hidupnya disana pada usia lanjut. Ia memakai ayat:—

“Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu;...” (Mazmur 147:13).

dalam kaitannya dengan apa yang ia disebut sebagai “gagasan baik,” yang ia “lakukan,” dapat diambil sebagai perwujudan tindak menonjolkan pada 5559 (1799), kala Rabi tua ini “berdiri dengan sekop di tangan bekerja pada perbentengan Yerusalem, menggali dan bekerja dengan industri terbesar untuk membuat benteng dan pertahanan baru di sekitaran benteng, Kallai,” yang bukan untuk fakta kronologi bahwa bukunya diterbitkan pada 5549 (1789). Ia menuturkan pengobatan terapan, dan walau ini bukanlah hal tak umum di kalangan Sephardi Hahamim dari generasi tua, ini mungkin mengindikasikan bahwa ia adalah sosok yang memiliki wawasan yang lebih luas ketimbang jenis Rabi biasa. Adalah sebuah kekeliruan untuk menyatakan bahwa seluruh Rabi Palestina dari generasi lama melampaui dan mencederai ilmu pengetahuan. Sephardi Hahamim pada masa itu utamanya melakukan suatu hal dari tradisi ilmiah dan rasionalistik dari mazhab Yudeo-Spanyol. Beberapa dari mereka adalah sosok berkemampuan besar, tak hanya dengan baik mengutip Talmud, namun juga dalam rumpun bahasa Timur. Mereka menyatakan kecintaan mendalam dan jujur akan Tanah Suci, dan, jika posisi orang Yahudi di negara tersebut diutamakan, walaupun seluruh kengerian dan marabahaya perang dan wabah, tekanan dan baya, ini karena penyangkalan diri dan kekuatan moral menakjubkan dari para martir bangsawan yang memandu dan menginspirasi orang-orang yang terbelenggu. Kebanyakan keturunan sosok Yahudi-Spanyol yang mendapatkan pengungsian dan penampungan di wilayah-wilayah kekuasaan Sultan, kesetiaan dan rasa syukur mereka kepada penguasa mereka bersifat jujur dan berakar mendalam. Para Rabi Yerusalem datang ke para pengajar dan teman mereka di Konstantinopel, Salonica, Smyrna, Damaskus dan Aleppo. Komunitas Yahudi, terutama orang-orang di belahan wilayah yang jauh dari Kekaisaran Utsmaniyah, mengalami penderaan berat dari waktu ke waktu, namun mereka mengangkut beban berat mereka dengan penyamaran dan pengunduran dalam rangka menghimpun dan memperkuat penjejakan mereka di wilayah tersebut. Mereka dipercaya dalam kehakiman Pemerintah Pusat, dan tak mengharapkan hal apapun dari invasi Bonaparte, atau invasi manapun lainnya dari jenis tersebut.

Haham Meyuchas pada waktu itu adalah Dayan. Cendekiawan lain dari otoritas besar adalah Kepala Rabi Yerusalem, H.H.R. Israel Jacob Algazi, seorang cicit dari Haham Solomon Algazi yang Tua (yang menjadi Rabi di Smyrna dan di Yerusalem pada abad ketujuh belas, menulis tentang seluruh subyek sastra Rabinik, mengkontribusikan banyak ilmu metodologi Talmud). Haham I. J. Algazi menulis beberapa buku bernilai tentang homiletik dan Halakhah, yang menguji kecerdikan menonjol dan industri majunya. Ia adalah seorang Rabi sempurna, menghimpun kecerdikan kuat dan esensi tugas yang tinggi. Buku-bukunya She’erith Jacob (Konstantinopel, 5511) dan Neoth Jacob (Smyrna, 5527) berisi banyak bab yang mencantumkan pernyataan kepada keinginan kuatnya untuk perkembangan komunitas Yahudi di Tanah Suci.

Kami membaca dengan peminatan khusus terhadap buku-buku yang ditulis oleh dua rabi tersebut pada masa-masa tegang. Buku-buku tersebut ditonjolkan lewat kemampuan intelektual tertinggi. Terdapat jejak kelemahan, kelesuan atau bahkan ketidakpedulian yang ditemukan; sebaliknya, kesegaran, kekuatan dan kecerdikan tak tergoyahkan mendorong seluruh ketaktereelakan. gagasan kehidupan menghimpun mereka semua. Ini tak memungkinkan bagi pembaca manapun yang merupakan murid Talmud tak tersentuh oleh kedalaman dan unsur sentimen mereka, dan nilai dan keelokan menonjol mereka, di samping kecanggungan dan kompleksitas lazim karena bahasa Rabinik lama. Sehingga, ini merupakan pemulihan yang berbalik dari intrik-intrik para Pasya dan pertumbuhan darah dari ekspedisi ke Haham Jacob Israel Algazi, yang menulis dalam jawaban kepada Yahudi Leghorn: “Kami disini tak berjumlah signifikan, rendah dalam pengerahan kami, dan kami berdoa pada Allah agar kami dapat mendukung diri sendiri. Kami disini menggunjang leluhur kami dan anak dari anak-anak kami. Pertanyaan ini bukanlah penampakan, namun kenyataan; bukan peringanan, namun tugas; bukan wacana pribadi, namun kehendak ilahi.” Kedua Rabi tersebut bersepakat dengan perkara Palestina dalam jiwa yang meningkat dan dari sudut pandang idealistik. Apapun yang berada di Palestina bersifat suci dan sublim, dan seluruh Yahudi terdorong untuk mendukung Yishub. Ini adalah catatan penting dari seluruh gagasan mereka. Haham M. M. J. Meyuchas menulis kepada Salonica: “Kami memiliki beberapa artisan dalam komunitas kami, terlalu sedikit untuk bangsa kami—karena kami harus memiliki jumlah yang lebih banyak disana—dan terlalu banyak kepedulian untuk mendukung mereka saat mereka tak bekerja; orang yang lebih kaya harus datang kesini.” Dan Haham Algazi mendiskusikan persoalan aturan rabinikal khusus terkait hak komunitas untuk mewariskan harta benda Yahudi kaya yang wafat di Palestina yang meninggalkan apra kerabat di negara-negara lain. “Ini bukanlah komunitas,” ujar Rabi pandai tersebut, “ini adalah seluruh Israel yang menjadi pewaris dalam cara ini.... Orang-orang kami, sepmnjang didera, ditindas dan direndahkan, dan menakjubkan dari permulaan sampai sekarang, seharusnya tak pernah pulih. Israel tidaklah dihiraukan,” ia berujar dalam baris lainnya. Wacana bangsa kuno, sebagaimana yang ia ketahui, tak bergantung pada intrik dan pergerakan Pasya, dan akan mengeluarkan seluruh peristiwa yang lewat tersebut.