Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 17
BAB XVII.
GAGASAN ZIONIS DI INGGRIS
Jiwa waktu—Arus berbeda—Thomas Witherby—Dr. Joseph Priestley—Anti-Socinus, alias Anselm Bayly—John Hadley Swain—William Whiston—Uskup Robert Lowth—Dr. Philip Doddridge—David Levi.
Pada tahun-tahun awal abad kesembilan belas, gagasan keagamaan menghimpun pengaruh menonjol pada pemikiran Inggris, dan sangat menjamah dalam jiwa negara tersebut. Sehingga, opini publik sangat tertuju pada Zionisme, dan bersiap untuk menerimanya dari sudut pandang keagamaan. Namun itu bukanlah satu-satunya sudut pandang dari yang pengadvokasian dan penerimaan Zionisme. Zionisme memiliki dua aspek, berkaitan dengan dua arti yang dinyatakan oleh kata “Pemulihan Israel.” Kata-kata tersebut terkadang singkatnya menyatakan penekanan terhadap kebangkitan nasional Yahudi, sebuah aspirasi sebagai unsur dasar dan alami sebagaimana jenis lainnya; pada waktu lain, gagasan “Pemulihan Israel” terhubung dengan realisasi nubutan keagamaan, dan menyatakan bahwa Yahudi atau Kristen (menurut sudut pandang tersebut) dijayakan oleh pemukiman ulang Yahudi di Palestina. Karena agama, dan khususnya Alkitab, menjadi salah satu unsur paling menonjol dalam pembentukan teori politik dan moral di Inggris, ini nyaris menyatakan bahwa gagasan Zionis saling terajut dengan opini keagamaan. Namun, di sisi lain, ini tak memungkinkan untuk melirik pengaruh gagasan nasionalis yang mendukung kepentingan Zionis dari sudut pandang lain, dan diekspresikan dalam nada dan jiwa yang berbeda. Meskipun di satu sisi khayalan keagamaan memberikan pembentukan kaya nan hangat yang masuk pada sentimen tersebut, kenegarawanan berkontribusi pada kejelasan dan penghimpunan alasan itu sendiri yang dapat diberikan.
Setiap pelajar sastra dari kisah terkait Zionisme akan siap menyatakan bahwa ada dua arus pemikiran berbeda. Mereka hanya akan merujuk kepada seorang penulis yang sama-sama memegang konversionisme, sehingga mengadopsi pandangan Zionis—Thomas Witherby (1760‒1820). Ia adalah seorang solicitor menonjol asal London, yang usai pensiun ia tinggal di Enfield dan menghimpun pembelajaran masalah politik dan sosial. Ia menulis Se buah Upaya untuk Menghilangkan Prasangka Terkait Bangsa Yahudi (Appendix xlv), dan menentang beberapa penekanan penting pada nubuat Mr. Bicheno (Appendix xlvi), namun, secara khusus, berbagi opini terkait hak bangsa Yahudi. Ia merupakan penulis Inggris pertama yang bersepakat dengan ketakselarasan khayalan kewarganegaraan Yahudi dengan klaim nasional Yahudi terhadap Palestina. Ia menyatakan bahwa prasangka melawan Yahudi, yang kala itu tak selaras dengan hal yang datang sepanjang masa, masih sangat kuat. Ia berujar “tindakan menyedihkan Kristen melawan Yahudi”; ia memuji “keteguhan Yahudi dan perhatian mereka terhadap kebangsaan dan agama mereka,” dan atas dasar ia membela klaim kewarganegaraan Yahudi. “Yahudi buruk akan menjadi warga yang buruk; Yahudi baik akan menjadi warga yang baik.” Menurut pandangannya, tuntutan adil atas kesetaraan hak untuk Yahudi tidaklah bergesekan dengan klaim bangsa Yahudi terhadap tanahnya sendiri, yang ia percayai. Kami mempersilahkannya untuk membicarakannya sendiri:
“Sebelum pemulangan Yahudi besar dan sangat menonjol ke tanah mereka sendiri, , akan ada pemulihan sebgain terhadap sebagian besar dari mereka pada tanah mereka, yang mungkin akan terdampak oleh kekuatan-kekuatan Protestan yang dapat menarik prasangka mereka terhadap mereka, dan melihat bahwa ketidakterimaan doktrin Kristen tidaklah menghalangi pemulihan mereka atas perkenanan Allah.”
Ia mengakui hak Yahudi untuk memutuskan diri mereka sendiri dalam persoalan yang berdampak pada pelestarian ras, dan validitas independen dari penonjolan yang berujung pada pengakuan hak Yahudi di seluruh negara. Ini adalah wacananya yang walau kemanusiaan dan keadilan harus enggan untuk mengakui hal apapun dalam hukum negara manapun yang beragam dengan prinsip kesetaraan, kami harus lebih siap untuk menerima klaim tinggi bangsa Israel terhadap tanah airnya sendiri.
Dengan demikian, berdirilah, kala itu, Pemulihan Israel serta Emansipasi Yahudi. Tak ada yang dapat menjadi protes yang lebih kuat dan lebih menonjol melawan asumsi keliru dari penyamaan Zionisme dan Emansipasi ketimbang pamflet peminatan dan perintah Witherby. Gagasannya—sebuah gagasan bangsawan dan bak negarawan—dilakukan untuk keadilan Yahudi yang tinggal di negara tersebut, dan sehingga membentuk bagian integral dari organisme Negara, bekerja seperti yang lainnya untuk kemakmuran dan keselamatan kawasan tersebut. Secara setara, ia menganggapnya tugas kemanusiaan suci untuk memperkenankan bangsa terwarisi dan kuno tersebut untuk membangun ulang tanah air utama untuk orang-orang dari anggotanya yang melirik kebutuhan tanah air semacam itu, dan memiliki niat untuk pergi kesana. Kebijakan negara terhadap Yahudi berdasarkan pada prinsip besar tersebut. Sehingga, manusia menjadi esensi terapan dan sorotan jelas; ia menyatakan secara jelas dan kuat soal anomali pendirian Yahudi, dan, tanpa prasangka besar, mengusahakan solusi masalah Yahudi secara keseluruhan.
Selaras dengan bagian ulasan gagasan Zionis pada umat Kristen di Inggris, kami dapat menyebutkan nama Dr. Joseph Priestley (1733‒1804). Dr. Priestley adalah filsuf, teolog dan kimiawan Inggris terkenal. Walau bukan konversionis dalam esensi istilah yang sebenarnya, ia terpengaruhi oleh sudut pandang tersebut. Ia dibantu oleh Pendeta Anselm Bayly (1719‒1794), LL.D., Wakil Dekan kapel Yang Mulia, alias Anti-Socinus, dan John Hadley Swain. Dalam suratnya kepada Yahudi (Appendix xlvii) dan dalam Perbandingan Kelembagaan Musa ... Dan Pernyataan kepada Yahudi tentang keadaan saat ini dari Dunia (Appendix xlviii) ia melontarkan argumen pada serangkaian silogisme hipotetik, satu-satunya pembelaan yang niatnya dapat sangat tertunjang. Sehingga, penekanan dihimpun olehnya pada pemahaman martabat Israel untuk pemantaban argumen. Menghimpun gagasan baik dalam penyuaraan konversionisme yang berstereotipe, ia nampak menyatakan bahwa penekanan besar akan dihasilkan pada Yahudi; namun, secara alami, metode konversionisnya memicu gelombang protes.
Ia mendapati pertentangan kuat pada David Levi (1742‒1808), seorang Hebrais dan penulis terkenal dari buku-buku yang berkaitan dengan teologi dan upacara Yahudi. Dalam kontroversinya dengan orang percaya dan orang tak percaya, David Levi berniat untuk menunjukkan bahwa misi ilahi para naebi sepenuhnya dihimpun oleh pengusiran Yahudi saat ini. Ia menerbitkan jawaban—Surat kepada Dr. Priestley, dalam menjawab hal-hal yang ia tujukan kepada Yahudi; London, 1787 (Appendix xlix)—yang menjadi titik pendirian pasif ortodoks, Zionis relijius yang diartikan dalam pernyataan berikut ini: “Dan, sebagaimana seluruh kejadian yang menimpa bangsa kami, akibat persimpangan hukum, sebagaimana yang dituturkan oleh nabi besar, dan legislator ilahi, Musa, dipenuhi dalam segala penghormatan; akibatnya, janji kejayaan dan kebesaran tersebut, yang juga dituturkan oleh nabi yang sama, nampaknya harus mendapatkan pemenuhan penuh mereka.
“Namun, wakgtu pasti penyertaan tersebut taklah diketahui siapapun, menyalamatkan Allah abadinya sendiri;... Nubuat tersebut, Sir, merupakan pemenuhan kami dalam pembuangan lama dan mematikan tersebut, dan telah menjadi dukungan kami, dalam memperkenankan kami untuk terhimpun melawan banyak penindasan besar nan mamatikan, yang kami alami....” (hlmn. 2‒3). Dalam cara tersebut, Levi menarik Mesianisme bersamaan dari pengalaman manusia dan operasi hukum pemikiran biasa.
Di sisi lain, William Whiston (1667‒1752), Uskup Robert Lowth (1710‒1787) dan Dr. Philip Doddridge (1702‒1751), mendukung gagasan pemulihan cepat Yahudi, dan, dengan pengecualian pemikiran liberal Whiston, mengadopsi pandangan konversionis. Sayangnya, terlalu banyak pertentangan keras dan besar di satu sisi, dan prasangka penetapan dan penyertaan di sisi lain; penekanan yang terlalu kuat yang menghilangkan sorotan unsur-usnur besar dari pertanyaan utama dalam memicu titik serang menonjol kami. Selain itu, pergerakan sigap gagasan Zionis tidaklah keliru pada kedua belah pihak dari kontroversi tersebut. Tanpa memandang seluruh diskusi polemik, opini publik mulai memahami bahwa Zionisme tak menentang dan tak mencampuri Milenium Kristen atau Mesias Yahudi, namun singkatnya merupakan pembentukan harfiah dari cara yang dimiliki pada kemanusiaan untuk mempersiapkan perwujudan gagasan besar tersebut.