Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 20

BAB XX.

MASALAH SURIAH

Konflik kepentingan antar Kekuatan—Apakah konflik terselesaikan?—Wacana masyarakat—Prinsip baru—Kemerdekaan Suriah—Posisi netral—Gagasan Zionis sebagai solusi tunggal—Proposisi terapan.

Wacana masyarakat telah lama berjalan di bawah penekanan bahwa intrikasi pertanyaan Timur adalah lebih kepada konflik kepentingan antar kekuatan dalam solusinya ketimbang pembatas antara mereka dan Sultan-Sultan Mahmud II., Abdul Medjid dan Mehemet Ali. Dengan Prancis dan Mehemet Ali pada satu sisi dan empat kekuatan Eropa pada sisi lainnya, ini membuktikan bahwa perang akan memiliki dampak paling besar pada pihak yang bersaing. Pertanyaan timbul apakah kepentingan antar pihak dapat diselesaikan, dan apakah ini tak memungkinkan untuk menghimpun aransemen yang diterima pada kedua belah pihak dan kemudian mencegah perang. Beberapa pemimpin politik menganggap bahwa mereka dapat menyelesaikan pertanyaan tersebut, an bahwa ini akan memungkinkan untuk mengadopsi kebijakan yang jauh lebih layak dan menyelaraskan harapan lima kekuatan.

Ini adalah pengetahuan umum bahwa dilema besar yang didapati Turki dan Mesir sendiri sepanjang bergantung pada pertanyaan Suriah. Tanpa pendudukan Suriah, kekuatan Mehemet Ali menjadi tak aman; dengannya ia akan berada dalam posisi yang sangat kuat, karena Turki hanya dapat berada lewat keberadaannya. Pada kenyataannya, pendudukan Suriah akan memberikan pergerakan ketegangan pada setiap pihak.

Sehingga, masalah tersebut memperkenankan setiap pemerintah untuk menghindari Suriah dari cengkeraman musuh. Dan hanya ada satu solusi yang memungkinkan—yakni, pendirian negara merdeka di Suriah. Landasan dari keputusan tersebut dapat dikatakan dalam serangkaian pencetusan berikut ini:

(1) Bahwa Sultan, tanpa bantuan, tak berdaya untuk mempertahankan Suriah.

(2) Bahwa Mesir tak memiliki hak untuk Suriah, kecuali sejauh tak berhukum dan kekerasan yang dapat membuat kebutuhan pendudukannya.

(3) Bahwa Mesir memiliki hak untuk merdeka, jika ia dapat mencapainya.

(4) Bahwa jika Suriah masih menjadi bagian dari Turki, kemerdekaan Mesir akan benar-benar terhambat.

(5) Bahwa jika Suriah masih menjadi bagian dari Mesir, keberadaan Turki akan memicu ketidakamanan.

(6) Bahwa posisi tak aman Turki akan membahayakan perdamaian Eropa.

(7) Bahwa Suriah, selaku kerajaan taklukan, memiliki hak untuk meraih kembali kemerdekaannya jika ia dapat.

(8) Bahwa lewat keberadaan Suriah selaku negara merdeka, Turki maupun Mesir masih akan utuh.

(9) Bahwa posisi netral negara baru akan mempertahankan Turki dan Mesir dalam pemeriksaan, dan mengindarkan setiap pihak dari menjadi terlalu kuat.

Mehemet Ali tak dapat menentang solusi yang dijabatkan. Ia akan dilindungi oleh Sultan, Abdul Medjid, dan akan bebas untuk meluaskan pengaruhnya pada pengarahan lain, Namun Sultan, selaku pemimpin tertinggi Suriah, dapat mengklaim beberapa penghimpunan untuk menentang kemerdekaan Suriah. Siapaa yang membayar penghimpunan tersebut?

Ini berada pada titik bahwa kami beralih ke gagasan lama Zionisme untuk mendapati satu-satunya solusi adil dan alami. Tanggapan Uskup Newton, pesan moral Witherby, puisi Byron—pada baris kesepakatan Zionisme kini menambahkan penekanan politik Inggris. Sebanyak seratus kali, para promotor gagasan Zionis telah diabaikan, sebanyak seratus kali mereka mengambilnya kembali. Kini perkembangan politik melawarkan latar belakang propaganda baru untuk Zionisme. Pemulihan Israel, sebuah gagasan yang tak hanya selaras dengan sentimentalis, esayis dan sastrawan, namun juga setiap orang yang percaya akan Alokitab dan setiap teman kebebasan, telah menjadi pertanyaan sebenarnya dari masa itu.

Jika hanya lima Kekuatan Eropa yang dapat menyepakati penyelesaian pertanyaan Timur atas dasar kemerdekaan Suriah, pelaksanaan penjelasannya akan menjadi persoalan yang mudah. Prancis takkan ragu sepakat untuk aransemen semacam itu. Jumlah penghimpunan yang diwajibkan oleh Turki akan berkembang dari sumber daya Suriah, didukung oleh jumlah yang dikontribusikan oleh Yahudi. Kontribusi mereka dapat dilihat pada penghimpunan pemasukan mereka ke Suriah.

Sebuah aransemen dari karakter tersebut akan menyelaraskan seluruh pihak terkait. Mehemet Ali akan menjadi penguasa pewaris Mesir. Prancis akan tertantang. Yahudi akan kembali ke tanah mereka. Suriah akan sepakat, karena negara mereka akan dalam cara ini mencapai kemerdekaan, sementara Yahudi akan membantu mereka meraih akhir tersebut.

Dari sini dan seterusnya, Yahudi akan mulai berimigrasi ke Suriah dari setiap belahan dunia; mereka akan menumpangi kereta mereka dalam pergerakan peradaban, dan akan membentuk nukleus untuk pembentukan lembaga-lembaga Eropa. Mereka akan mengakuisisi dan memegang hak dan kewajiban kewarganegaraan di negara mereka sendiri, dan akan membangun, di bawah perlindungan dan naungan lima kekuatan Eropa, pemerintaha dan kemerdekaan negara Turki-Suriah. Dan dari perubahan tersebut, pergerakan lain juga akan terjadi. Turki akan memulihkan tekanan tersebut yang telah menjadi penghancuran kepentingan mereka. Pengesahan yang diterima olehnya atas perhatiannya akan menjadi alat penghimpunan tenaganya dan pemulihan kekuatannya. Ini akan memperkenankannya untuk mendorong reformasinya dan mengembalikan posisinya sebagai negara kuat.

Ini harus sesekali dinyatakan bahwa keadaan Suriah mewakili hal berbeda, pada catatan pembagian penduduk pada jumlah suku berbeda. Namun fakta tersebut hanya menghimpun kebutuhan untuk pengenalan bahan segar, dengan pandangan menghimpun bersama seluruh kelas dalam satu komunitas harmoni. Kebutuhan pengenalan bahan segar menjadi rajutan sosial Suriah kala terhimpun, ini disusul sebagai bahan penghimpunan agar imigrasi Yahudi ke Suriah akan menyediakan bahan yang sangat diterima. Pendirian lembaga-lembaga Eropa di Asia (sepanjang mereka layak) akan menyusul, dan dalam setiap kemungkinan Inggris akan dalam cara ini menemukan sekutu baru, yang persahabatannya kemudian akan mengesahkan pergerakannya dalam kesepakatan dengan perkara Timur.