Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 26
BAB XXVI.
PERLINDUNGAN DAN PEMULIHAN
Kasus Don Pacifico—Laksamana Sir William Parker—Lord Stanley—Mr. J. A. Roebuck—Kebijakan penyerangan Lord Palmerston—Peel dan Oposisi—Rencana untuk kolonisasi Palestina—Mordecai Manuel Noah—Warder Cresson—Rev. A. G. H. Hollingsworth—Kolonel George Gawler—“Eksodus Terakhir”—Dr. Thomas Clarke.
Sebuah konflik serius pecah antara Inggris dan Yunani, dan berakibat di Inggris itu sendiri, pada 1850. Sebabnya adalah pergesekan Lord Palmerston dengan pemerintah Yunani, yang gagal melindungi Don David Pacifico (1784‒1854), seorang Yahudi Gibraltar dan warga Inggris, dari kekerasan gerombolan Athena. Armada Inggris, di bawah Laksamana Sir William Parker (1817‒1866), diperintahkan kepada Piræus dan merebut sejumlah kapal Yunani untuk menagih ganti rugi. Sebuah jajak pendapat pada proses penanganan tersebut digerakkan dan dilakukan oleh Lord Stanley (1775‒1851) di Dewan Bangsawan. Mayoritas menentang Pemerintah sejumlah tiga puluh tujuh. Dalam Dewan Rakyat, Mr. J. A. Roebuck (1801‒1879) menghimpun resolusi tandingan, mengekspresikan keyakinan dalam Pemerintahan, dan Lord Palmerston membela dirinya dalam pidato selama lima jam. Ia menyatakan kesempatan tersebut dengan frase terkenal “Civis Romanus sum,” dan menyatakan bahwa, selaku warga Inggris, mata yang menyaksikan dan tangan kuat Inggris akan melindunginya.
Di sisi lain, Gladstone menekankan bahaya dari kebijakan tersebut. Ia bertanya “Apakah tuan adalah warga Romawi? Ia adalah anggota kelas menonjol; ia masuk dari ras taklukan, kepada bangsa yang memegang seluruh ikatan lain oleh tangan kuasa yang kuat. Baginya, terdapat sistem hukum pengecualian, baginya prinsip-prinsip disertakan, dan olehnya hak-hak yang dinikmati ditolak di belahan dunia lainnya. Apakah pandangan pemimpin bangsawan semacam itu berkaitan dengan pengajuan antara Inggris dan negara lainnya?”
Pada seluruh peristiwa, hal semacam itu menjadi pandangan Dewan Rakyat, karena pergerakan Mr. Roebuck digerakkan oleh mayoritas empat puluh enam. Namun, di kedua sisi kontroversi, perlindunagn dianggap sebagai obligasi yang melibatkan tanggung jawab besar dan pencapaian jauh. Konflik tersebut memberikan kami gagasan sulit beserta pertanyaan perlindungan Yahudi di Kekaisaran Utsmaniyah yang dirancang.
Pada kesempatan debat kenangan tersebut, yang diadakan pada 24 Juni 1850, [Sir Robert] Peel [Bart.] (1788‒1850), dalam pidato singkat elok nan bijak, mengekspresikan “penekanan berulang”-nya dari pergerakan tersebut, dan menghimpun tawaran terakhirnya melawan pencegahan diplomasi, “teknik besar yang dipakai oleh masyarakat beradan untuk keperluan pengutamaan perdamaian, menjadi sebab pertikaian dan perang.”
Sukar untuk dikatakan, Oposisi tak memiliki niat apapun menyalahkan pemerintah untuk mengambil perlindungan Yahudi. Hanya adalah perbedaan sukap, bukan satu prinsip, antara Pemerintahan Palmerston dan Oposisi. Oposisi menjadi memperingati soal dampak berbahaya yang mereka pikir nampak dihasilkan dari langkah tertentu yang diambil oleh Pemerintah. Di sisi lain, Pemerintah telah dianggap secara berhati-hati setiap skema baru perlindungan Yahudi, terutama usai konflik dengan Yunani dalam kasus Don Pacifico.
Mengulas seluruh masa dan seluruh petisi, proyek dan eksperimen dalam hubungannya dengan kolonisasi Palestina oleh Yahudi, kami melihat bahwa perlindungan Britania Raya dianggap bersifat “conditio sine qua non” atas kesuksesan mereka—setidaknya sejauh Yahudi Inggris berkepentingan dalam gerakan tersebut. Ini adalah gagasan sama yang diekspresikan Zionisme modern pada separuh abad berikutnya dalam Program Basle (1897) lewat menuntut perhatian Kekuatan dalam bentuk penjagaan hukum atau pengakuan masyarakat. Rumusnya berbeda; namun gagasan fundamentalnya bersifat sama. Ini mengartikan keamanan. Sistem “Civis Romanus” Palmerston, sebuah Pemerintahan yang mengirim armada untuk menuntut penyelarasan untuk Yahudi terlindungi, dianggap penjagaan keamanan yang layak. Sehingga, ini sangat jelas bahwa kala para penentang Zionisme modern pada separuh abad kemudian memutuskan untuk menghimpun garis antara skema dan upaya lama di satu sisi, dan Zionisme politik di sisi lain, nampaknya menyepakati skema dan upaya lama dan menganatemakan Zionisme politik, mereka sebetulnya bermain dalam kata-kata, dan tak memiliki pernyataan fakta sebenarnya.
Kenapa rencana untuk Pemulihan Yahudi ke Palestina masih tak terpenuhi? Apakah ini melalui perubahan politik, untuk keinginan persiapan, atau melalui ketiadaan organisasi handal pada pihak Yahudi ? It ni bukanlah usaha kami untuk mengkritik masa lampau. Mari kita bersepakat alih-alih dengan perkembangan gagasan berikutnya, yang faktanya tak pernah diturunkan, namun, sebaliknya, melanjutkan penghimpunan dasar.
Pada 1844, pemukiman Yahudi di Palestina dicetuskan untuk dimajukan lewat memberikan mereka pekerjaan di tanah tersebut. Lady Montefiore menulis dalam jurnalnya:—
“Penyelarasan umum dinyatakan atas saran rencana yang memperkenankan kami untuk meraih kemerdekaan kehormatan. Tenaga dan bakat, kata mereka, telah ada. Tak ada yang dibutuhkan selain perlindungan dan keberanian.” Dalam surat lain, merujuk kepada persoalan yang sama, ia menulis:—“Kebangsaan berjiwa tinggi kami, di bawah perlindungan secara hukum dapat membantu pengerjaan, dalam jangka waktu, peradabannya sendiri, dan menjadi komunitas otonom yang berkembang dengan perdagangan yang ada.”
Dari sini, ini membuktikan bahwa Sir Moses meneruskan upayanya di bawah keadaan baru. Perbincangannya dengan Kepala Rabbi, Dr. Nathan Marcus Adler (1803‒1890) menunjukkan bahwa Gerejawi terkenal tersebut juga sangat bersimpati dengan gagasan tersebut (Appendix lvi).
Pada masa yang sama, pernyataan pendirian Persemakmuran Yahudi mendapati jawara kuat di kalangan lain dari Yahudi penutur inggris dan di kalangan Kristen dari aspirasi Puritan di Amerika.
Major Mordecai Manuel Noah adalah salah satu Yahudi Amerika paling terkemuka. Ia menjadi Konsul Amerika Serikat untuk Maroko dari 1813 sampai 1816. Kala kepulangannya, ia mendirikan National Advent dan setelah itu New York Enquirer, kemudian juga surat kabar mingguan, The Times. Ia menjadi Surveyor Pelabuhan dan Sheriff. Pada 1819, ia menerbitkan buku perjalanannya ke Inggris, Prancis, Spantol, dan Negeri-negeri Barbar.
Upayanya mendirikan kota pengungsi Yahudi di Grand Island, dekat Buffalo, adalah sebuah kejadian dalam akrirnya yang menyebabkan beberapa sensasi; namun ada kesepakatan besar yang lebih penting dalam kehidupan Major ketimbang peristiwa terkenal tersebut. Sehingga, ini akan menjadi rasa malu yang besar sepanjang karirnya yang diperkenankan untuk melintasi rintangan. Major Noah akan terus dikenang karena ia tak pernah datang ke Buffalo, dan tempat tersebut didedikasikan untuk Kota Ararat dari Gereja Episkopal. Ini berada pada dedikasi Sinagoge Shearith Israel di New York City pada 1818, tujuh tahun sebelum peristiwa Ararat, kala Noah berujar: “Yahudi akan menghimpun diri mereka sendiri melebihi Suriah, dan mengambil pangkat mereka di kalangan pemerintah dunia.” Lagi-lagi, pada 1844, sembilan belas tahun usai Ararat, ia memberikan ceramah umum di New York, yang diekspresikan olehnya kepada para hadirin Kristen akan keyakinan teguhnya terhadap Pemulihan Israel ke Tanah Terjanji. Penekanan yang dipegang oleh Noah terhadap gagasan kebangsaan Yahudi sepenuhnya asangat dikenal dalam pandangan fakta bahwa ia sepenuhnya merupakan orang Amerika. Leluhurnya, ia katakan dalam salah satu pernyataan yang disebutkan, dikebumikan pada Pemakaman di Lapangan Chatham. ia sendiri menjadi sastrawan besar dan sosok politik di New York. Ia dikatakan menuturkan cerita terkenal, yang melingkupi kalimat terkenal dan menulis sandiwara berbaik dari seluruh karya sezamannya. Ia adalah salah satu penyunting paling berpengaruh dari The City. Pada kesempatan berbeda, ia mendirikan Kantor Konjen di Tunis, Sheriff Daerah New York, Surveyor Pelabuhan, dan Hakim Pengadilan Sesi. “Tak ada sosok pada masanya yang memiliki klaim terbaik terhadap gelar ‘Amerika,’ sehingga sepanjang hidupnya, ia menekankan gagasan Pemulihan Yahudi ke Palestina.”
Pada 1845, ia menerbitkan Penjelasan tentang pemulihan Yahudi, yang dsmapaikan di Tabernakel pada 28 Oktober dan 2 Desember 1844. Dalam Prakata dari bukunya, ia menyebut beberapan pendukung Kristen dari gagasan tersebut, dan berujar:—
“Sebenarnya, upaya untuk menginjili mereka (Yahudi) sebaliknya, sebagaimana yang aku pikirkan, untuk mewujudkan prediksi para nabi, yang terus tiada henti, sehingga di dalamnya terdapat kepedulian dan perasaan baik, yang tak dapat gagal untuk menghimpun manfaat.” Ia kemudian mengutip surat Presiden Amerika Serikat, Mr. Adams, yang mereka sebutkan di atas (lihat Bab IX.), dan menggambarkan perhatian Amerika terhadpa gagasan Pemulihan dalam bahasa paling menonjol dan seringkali elok.
Sosok Amerika lain, Warder Cresson (1798‒1860), Konsul Amerika Serikat di Yerusalem, adalah Zionis besar pada masanya. Ia menulis buku tentang persoalan itu, kala ia menyatakan:—
“Seluruh bangsa berbeda melantik konsul di Yerusalem, sebagai antisipasi beberapa gerakan umum dan paling penting; yang dianggap dengan mata iri oleh Turki, serta kekuatan Eropa lain. ‘Inggris memiliki konsul di Yerusalem tiga tahun sebelum negara lainnya, kecuali Prusia; namun tak lama kemudian ia mengirim uskup, kala Prancis, Rusia dan Austria kemudian mengirim konsul; dan kemudian di Yerusalem—yang, pada sudut pandang komersial, selain kota Timur pelosok, tanpa perdaagngan atau pengaruh dari jenisnya—diduduki lima konsul kekuatan Eropa Besar (serta satu yang diangkat oleh Amerika Serikat), melirik satu sama lain, dan sulit untuk berujar kenapa dan dimana.’ Untuk memakai perkataan Dr. Alexander Keith (1791‒1880): ‘Sebuah negara yang pada berabad-abad sebelumnya, tak ada orang yang menyelidiki setelah, menghimpun peminatan paling hidup terbarukan di antara potensi duniawi terbesar.’”
Dengan mencurahkan beberapa waktu penting untuk kejadin Alkitab, Cresson memeluk keyakinan Yahudi, dan usai perpindahan agamanya, ia mengambil nama Michael Boaz Israel. Ia mendirikan koloni di Palestina yang menjadi salah satu usaha pionir dari jenisnya.
Sementara itu, propaganda di Inggris membuat pergerakan menonjol. Pendeta A. G. H. Hollingsworth menumbuhkan wacana publik dan mengajukan kepada Pemerintah Inggris untuk menolong Yahudi untuk meraih kembali tanah leluhur mereka. Ia berujar:—
“Tujuan semacam itu sangatlah merupakan upaya orang ebsar. Rancangannya dibawa ke kedewasaan lewat pemukiman dan perlindungan Yahudi di Palestina. Ini adalah iklim asli dan tempat tinggalnya. Disana, ia dapat merasakan tenaga tak termatikan dari rasnya, dan takdir puncak dari masa depannya. Ia miskin, ia tak berdaya, ia sendiri; terpinggirkan seperti besi di tengah-tengah tanah liat di negara-negara sekitar. Namun, lekas ia mempertanyakan perdamaian untuk hak umum dari warga Turki, sebuah negara tempat perbukitan disuarakan untuk mengingatkannya apa yang telah terjadi dan memungkinkan; dan di bawah bendera perlindungan Victoria, ia akan dapat, atas ijin ilahi, menghimpun dirinya dengan nilai-nilai kepahlawanan dalam seluruh hal yang membuat orang menjadi kuat, berharga, beragama dan bebas.”
Sosok Inggris terkenal lainnya, Kolonel George Gawler (1796‒1869), Gubernur Australia Selatan (1838‒1841), yang mencurahkan seluruh hidupnya untuk tujuan keagamaan dan kedermawanan, merupakan Zionis yang lebih politis, dan bersepakat dengan pertanyaan dari pendirian politik Inggris. Ia menyatakan:—
“Kehadiran Ilahi telah menempatkan Suriah dan Mesir dalam celah antara Inggris dan wilayah paling penting dari perdagangan kolonial dan asingnya, India, Tiongkok, Kepulauan Hindia dan Australia. Ia tak mengharuskan atau mengharapkan peningkatan wilayah—lekas ia (yang terancam bahaya) lebih mengarahkan kekuasaan yang dapat dengan mudah ia utamakan; namun ia melakukan kebutuhan secara terlalu padat dari jalur komunikasi terpendek dan teraman ke wilayah yang siap diduduki.... Mesir dan Suriah berdiri dalam hubungan intim. Kekuatan pertikaian asing berada di dalamnya, yang kemudian membahayakan perdagangan dan komunikasi Inggris melalui pihak lain. Sehingga, saruan kehadiran padanya, menghimpun dirinya secara bertenaga untuk menghimpun kondisi kedua wilayah tersebut. Mesir sangat terhimpun oleh pengaruh Inggris, dan kini bagi Inggris berniat untuk menangani perombakan Suriah, melalui satu-satunya orang yang tenaganya akan secara khusus dan permanen dalam pengerjaan tersebut,—anak-anak sebenarnya dari tanah tersebut, bani Israel.”
Seorang penulis anonim menganggapnya tanda waktu bahwa peristiwa luar biasa diumumkan untuk ditempatkan terkait Yahudi. Ia adalah penulis beberapa pasal paling indah dalam sastra Zionis oleh seorang sosok Kristen Inggris (Appendix lvii).
Dr. Thomas Clarke, penulis Palestina untuk Yahudi, menulis: “Orang manapun yang mengkaji unsur masa lalu, dan melihat secara mendalam tanda-tanda saat ini, dapat melihat kejadian mengerikan yang datang; dan jika, terlepas dari pertikaian, Polandia, Hun, Magyar, Slavia dan Italia— ... apa ditimbulkan, juga bukan bangsa yang seperti halnya Kafir yang memegang gelar pada pemberkatan mereka, dan leluhur mereka, lebih dari empat ribu tahun lalu, menjadi teman Allah? Dan aku, selaku warga Inggris, tak dapat menutup mataku sendiri dengan fakta bahwa, meskipun ini akan berada pada perkiraan terhadap tempat tinggal Israel, ini juga akan menjadi kemajuan terbesar yang memungkinkan bagi kami; karena jika ini telah menjadi kebutuhan pada masa-masa lambau bahwa kerajkaan Turki harus berdiri sebagai kekuatan netral, dan bahwa perbatasannya harus tetap terhimpun sebagai pertahanan dan perbatasan ... secara pasti, ... pendudukan Palestina oleh ... Yahudi, di bawah perlindungan Inggris, harus menjadi kebutuhan yang lebih besar dari yang pernah ada.... Jika Inggris, lagi-lagi ... menggerakkan perdagangannya sebagai patu penjuru kebesarannya, jika salah satu saluran terdekat dan terbaik dari perdagangan tersebut melintasi poros tiga benua besar, dan jika Yahudi secara khusus menjadi bangsa pedagang ... , apa kealamian yang harus mereka tanam di sepanjang jalan besar dari lalu lintas kuno? Apakah bukan pemikiran yang diisi dengan perkiraan pada landasan kemungkinan semacam itu? Bagaimana lingkaran zaman nampak selain revolusi roda waktu raksasa, dan bagaimana masa lalu hanyalah benih ... masa depan,... Untuk, dalam realisasi dari aap yang tentunya melebihi kemungkinan, kini nyaris terlupakan dan kota-kota yang lama terkubur Palmyra, Babylon, Bagdad dan khususnya Balsorah kuno (sic), pada persimpangan dua sungai timur besar—sebuah posisi yang sempat dialami Konstantinopel sendiri,—harus kembali menjadi emporium (sic) kekayaan, dan membangkitkan pengerahan dan kesetaraan penting, atau petinggi, terhadap apa yang mereka datangkan dalam kejayaan mereka.— ... Suriah harus diduduki oleh orang-orang pedagang ... —ini terbentang dalam rute besar perdagangan kuno; dan Kekuatan Utsmaniyah disingkirkan, agar rute perdagangan lama akan langsung dibuka kembali. Perdagangan akan mengalir sekali lagi dalam saluran lamanya melintasi Suriah dan sepanjang lembah Efrat ... dan dalam apa yang menjadi penanganan yang lebih terampil dapat bertukar pemberitahuan yang dinyatakan Timur dan Barat? Di pelabuhannya akan ada kapal-kapal Eropa yang menawarkan hasil rajutan dan pabrik industri Barat, dan ditukar dengan arak dan minyak, sutra dan akik Timur. Secara sempurna, Suriah hanya akan selamat di genggaman bangsa berani, independen dan berjiwa, yang secara mendalam diwarnai dengan sentimen kebangsaan,... Orang-orang semacam itu dimiliki pada Yahudi.... Memulihkan kebangsaan dan negara mereka sekali lagi, dan tak ada kekuatan di bumi yang dapat merebutnya dari mereka.”