Sejarah Zionisme, 1600-1918/Volume 1/Bab 35

BAB XXXV.

KOLONISASI DAN PEMULIHAN

Henry Wentworth Monk—Zionisme di Prancis—“Le Renouvellement de l’Orient” karya Jean Henri Dunant—Napoleon III.—Uskup Stephen Watson—“L’Orient” di Brussels.

Pengamalan, bukan nasionalisme, adalah dasar “Perhimpunan Ibrani London untuk Kolonisasi Tanah Suci” (Appendix lxvii), yang dibentuk oleh Yahudi pada 1861. Percobaan tersebut, sebagaimana yang dituturkan, tak dapat berhasil, bahkan sebagai skema pengamalan, karena perhimpunan tersebut kurang gagasan nasional besar, yang menjadi jiwa dan esensi Zionisme, dan tanpa kebangkitan yang mungkin dapat berhasil. Perlu dicatat bahwa Kristen Inggris yang merupakan salah satu promotor kolonisasi Palestina menghiraukan kebenaran tersebut; dan menyampaikan surat berikut dari Yerusalem kepada pers Yahudi di Inggris:—

6 November 1863. Jewish Chronicle dan Pengamat Ibrani (p. 3).

“Rencana Koloni Pertanian di Tanah Suci.”

“Kepada Penyunting Jewish Chronicle.

“Sir,

“Kemarin perhatianku tertuju kepada editorialmu yang ke-4 oleh Rabbi Sneersohn, yang pada saat yang sama memintaku untuk berupaya dan menjelaskan kenapa Yahudi miskin di negara ini tak sukses dalam meraih kemerdekaan lewat penanaman lahan, sebagaimana orang miskin di negara lain yang umumnya melakukan beberapa hal. Ia menganggap bahwa akku berniat untuk memahami suatu hal tentangnya, karena aku dibesarkan di pertanian Kanada, tempat orang miskin umum meraih kesuksesan dalam meraih kehidupan yang baik lewat pertanian; dan karena sekitar dua tahun (pada 1854 dan 1855) aku juga memiliki pengalaman dalam merujuk kepada pertanian di negara ini, tempat hal ini harus diajukan bahwa ini telah menjauhkan hal lainnya.... Sebab keinginan besar dari kesuksesan tersebut, yang nampak padaku, adalah, karena orang secara tak adil menganggap pergerakan besar dan pengaruh pertentangan menyertai, dan secara serius tergerak untuk bekerja menyertai tantangan tersebut dengan jenis terawal yang orang gerakkan untuk dikerjarkan untuk membangun jalur kereta api, atau menjalin pemahaman besar lain, yang kami putuskan sangat dilakukan pada pergerakan masyarakat, dan untuk laba kami sendiri juga.... Kala Yunani membuat upaya untuk menjadi bangsa lagi, dan Italia atau Roma berniat untuk memulihkan suatu hal dari bekas kebesaran mereka, haruskah Israel sendiri yang sepenuhnya berbeda dapat menjadi bangsa atau tidak? Kemalangan Israel menghimpun bagian mereka—mereka datang kesini dalam ribuan untuk hidup atau mati, sebagaimana Allah atau manusia harus mengijinkannya. Lekaslah orang kaya dan wirausaha melakukan bagian mereka, dan kemudian lekas mereka melihat kala mereka kemudian harus sukses bahkan lebih baik ketimbang yang dilakukan Yunani atau Romawi.

“Kau benar sekali,

“Henry Wentworth Monk.

“Yerusalem, Palestina, 1 Okt. 1863.”

Pada masa yang sama, gagasan politik diambil di Prancis oleh Jean Henri Dunant (1828‒1910), penulis Un Souvenir de Solferino. Secara teknis warga Swiss, lahir di Jenewa, walaupun dalam seluruh gagasannya ia berbahasa Prancis. Pada 1859, ia meluncurkan gagasan organisasi kelompok relawan permanen dari pekerja kemanusiaan, dan juga perjanjian traktat internasional terkait luka pada perang. Ia kemudian menghadap kepada Napoleon III., yang menjadi meminati proyeknya dan langsung memberikan perintah kepada pasukannya untuk berhenti memenjarakan para dokter dan perawat musuh. Kemudian, Dunant membentukn “Komite Bantuan” di Jenewa, dan tak lama setelah itu menerbitkan Souvenir de Solferino (1859), yang secara antusias diterima dan sangat disanjung. Gagasan pengamalan dari bukunya diterima dengan peminatan oleh banyak penguasa Eropa, dengan pengartian persahabatan, melalui perbincangan atau surat menyurat. Ia memikat pemerintah-pemerintah dalam proyeknya agar berbagai bangsa mengirim delegasi kepada Konferensi Internasional, yang diadakan di Jenewa pada 1863, kala konferensi tersebut memutuskan untuk mendirikan Komite Nasional. Kongres diplomatik internasional tentang subyek tersebut diadakan pada 1869 di Jenewa, atas undangan Pemerintah Swiss. Perjanjian disana dirancang untuk menerima proyek Dunant, dan pembentukan Perhimpunan Palang Merah diputuskan. Kemudian, seorang sosok, yang terinspirasi oleh sentimen murah hati dan kesetiaan pada sesamanya, dimiliki oleh upaya penyetirannya sendiri mencapai realisasi dari gagasannya, dan kemudian membantu pergerakan umat manusia. Dunant menjadi negarawan, dan dianggap menjadi orang suci. Keinginan terawalnya adalah untuk menyampaikan pesan simpati, keyakinan dan pengetahuan kepada mati orang miskin dan negara tertindas. Pada propaganda menunjangnya, yang sebetulnya disunting olehnya dalam bentuk pamflet dan artikel dalam banyak bahasa, dan giat berjelajah ke seluruh Eropa, ia berjalan ke semua tempat yang ia lewati, dan selama beberapa tahun tak lagi mendengar orang baik dan sederhana tersebut. Pada 1897, ia mendapati desa Swiss yang bernama Heiden, tempat ia hidup dalam kemiskinan di sebuah “Rumah Rehat” untuk lansia. Pada 1901, kala Penghargaan Perdamaian A. B. Nobel (1833‒1896) dianugerahi untuk pertama kalinya, penghargaan tersebut diberikan kepada pendiri Perhimpunan Palang Merah tersebut.

Penjelasan biografi tersebut dimengerti sejauh mereka memajukan apresiasi kegaitan mereka dari sosok besar tersebut, yang juga mengadvokasikan regenerasi Timur, dan pemulihan Palestina oleh orang Yahudi. Dunant lebih terinspirasi oleh dorongan politik ketimbang emosi keagamaan. Ia adalah jawara gagasan kemanusiaan dalam kehidupan politik Eropa, dan ia sepakat dengan masalah Timur dan Yahudi dari sudut pandang tersebut. Ia menyampaikan “Surat Terbuka” kepada masyarakat yang, sejauh dari pengulangan gagasan dan saran lama yang dimajukan pada banyak kesempatan di Inggris dan Prancis, memberikan penekanan spontanitas dan keaslian yang merasuk (Appendix lxviii).

Unsur sebenarnya dari banyak tulisan Zionis adalah ketidakfamiliaritas penulis dengan aap yang ditulis secara berulang pada masa sebelummnya. tak ada rujukan kepada saran dan upaya sebelumnya, tak ada alusi atau kenangan apapun. Setiap penulis dimulai secara ab ovo; setiap orang membuat penemuan-penemuan baru. Apakah karena ini fakta bahwa tak ada konsentrasi sastra, tak ada sejarah sastra Zionis, tak ada daftar pustaka? Jawabannya adalah: Selain alasan sebenarnya adalah, dalam wacana kami, kemerdekaan gagasan dalam seluruh penulisan. Setiap penulis tak tertekan oleh apap yang ia baca—kebanyakan dari mereka tak membaca hal apapun tentang Zionisme—namun lewat kemunculan masalah sebagaimana yang ditunjukan sendiri kepadanya. Setiap orang menemukan kebenaran dengan caranya sendiri, dan semuanya datang kepada kesimpulan yang sama secara sangat independen. Henri Dunant merencanakan dan memperhitungkan seluruh penjelasan skema besarnya untuk dirinya sendiri. Sebagaimana yang kami lihat, ia memiliki pembentukan politik yang jelas dari Zionisme; gayanya juga jelas dan menyenangkan. Ia memiliki pemikiran yang menakjubkan untuk meniadakan kesulitan. Selain itu, ia memulai kegiatan politik, dan dalam penghormatan ini, ia menjadi penggerak Herzl.

Ia memulai karyanya di Prancis. Rumor berbeda beredar pada masa itu (1866) di Inggris tentang propaganda Zionis besar di Prancis. “Sebuah gerakan mencolok dan penting sedang terjadi untuk suatu waktu berdampak pada keadaan dan kemakmuran ras Yahudi di seluruh belahan dunia,” kami membacanya dalam editorial dalam The Morning Herald, London (6 Feb. 1866). “Ini lebih kepada nasional ketimbang karakter keagamaan. Seperti yang diketahui juga, pergerakan Sir Moses Montefiore ke Maroko, Persia dan tempat lainnya sangat bergantung pada kondisi lokal Yahudi, walau mereka masih ditindas dan ditekan di banyak wilayah: namun fakta paling menonjol dari semuanya, telah menjadi wawancara antara Kaisar Prancis dan para anggota utama masyarakat di Paris. Tujuan pelaksanaan informal tersebut adalah, pada pihak Napoleon III., untuk menentukan sejauh apa keyakinan dan keinginan yang tersemat dalam pikiran Yahudi, bahwa mereka dapat kembali tertintas lagi di wilayah asli mereka; dan tentunya tanpa gagasan, sejak pasukan salib, yang dapat lebih romantis atau menonjol, alih-alih pihak yang harus menjanjikan mereka pemenuhan harapan kuno tersebut melalui cara apapun....” Penulis artikel tersebut menyimpulkan: “Apapun pengakuanmu, kami tak dapat melupakan kotbah yang bagus dari Uskup Weston yang kala itu ia katakan bahwa, kala melihat Yahudi, pemikiran terbaiknya selalu dibawa kembali ke permulaan dan pemberkatan terawal di dunia. Sehingga, ini melebihi jiwa zaman kuno ketimbang yang kami amati dengan simpati terhadap penolakan ras tersebut untuk berkembang, kala tertantang untuk meneruskan posisi hilang mereka di dunia, teriakkan Hierosolyma est perdita....” Rumor terkait wawancara yang diterima Kaisar Prancis kepada para anggota utama masyarakat di Paris tanpa ragu dikarenakan propaganda Henri Dunant, yang menjadi persona gratissima di Istana Prancis.

Kemudian, perbandingan dinyatakan ulang dalam surat kabar politik dimulai di Brussels dengan judul L’Orient, yang mencurahkan banyak perhatian keapda perkara Timur.

“Palestina,” tulis dalam salah satu artikel, “yang berada di titik persimpangan tiga benua, merupakan kunci Asia: kawasan tersebut menduduki bagian utama dalam rujukan kepada Timur serta Barat: situasinya sama antara negara-negara Utara dan Selatan: tak ada kawasan di dunia yang dapat dalam penghormatan ini dibandingkan dengannya. Apakah kekuatan Eropa dapat memegang pendiriannya tanpa mengirimkan pada dirinya, di belahan lainnya, perang paling berdarah dan berlarut-larut? Namun, satu solusi masih akan memungkinkan pada, di samping persaingan dan revolusi yang bertahan pada masyarakat Eropa, jalan yang menyertai. Solusi akhir pertanyaan Timur dapat disertai jika Palestina dibuka kembali untuk orang-orang Israel. Kami kemudian mengambil pengesahan prinsip kebangsaan yang pada zaman kami memainkan bagian penting semacam itu: untuk menyematkan dalam pikiran posisi terisolasi dari orang Yahudi di dunia, yang terkucilkan di kalanagn bangsa-bangsa di dunia selama ribuan tahun tanpa ditinggalkan oleh mereka; dan untuk mempelajari kondisi orang israel dalam tujuh puluh tahun terakhir, kekayaan mereka, pengaruh yang didapatkan oleh mereka dalam dunia perdagangan, dalam ranah industrial dan pada Pemerintahan. Pengatian dari seluruhnya akan menjadi suatu hal yang berada dalam penyetoran untuk orang Yahudi. Pemulangan orang Yahudi ke Tanah Suci dapat dipandang daru dua sudut pandang berbeda: agama dan politik. Terdapat banyak pasal kitab suci yang memprediksi pemulangan Yahudi.... Orang Israel dan Arab atau suku Ismael, yang dengan adil dapat disebut bangsa-bangsa tertua di dunia, disertai oleh Sang Mahakuasa, sementara orang lainnya yang hidup dalam pembuangan menghilang dari panggung dunia. Kami bergantung padanya, takdir orang Israel, yang sangat unik dan misterius dalam ranah mereka, pada masa mendatang masih akan bergulir ketimbang mereka yang berada pada masa lalu: dan mereka harus terhitung bahwa jika mereka kemudian berharap untuk datang pada solusi pertanyaan Timur, yang nampak sangat terkomplikasi.”