Sekaten
       oleh: Ifa Nur .W.
    Senin pagi,

Aku bersekolah seperti biasa. Beberapa temanku sedang asyik bercerita di bangku tengah. Aku mendekati dan mencoba bergabung. Kebetulan sekali, bel tanda masuk berbunyi.

    Guru pengajar memasuki kelas. Kami duduk diam di bangku masing-masing. Guru mulai mengajar.
    Ada sedikit pembicaraan tentang 'Sekaten' yang aku sendiri tidak tahu apa artinya. Mungkin saja, guru tersebut sedang memberikan pelajaran tentang kebudayaan Jawa yang sering disebut-sebut oleh orang tua di rumah ketika berbincang di terasan rumah.
    Sepulang sekolah,

Aku berganti pakaian dan bermaksud untuk pergi bermain. Ibu sedang mencuci pakaian dan berteriak,

    "Ranti, jangan main dulu! Lebih baik kamu tidur. Nanti malam, ayahmu akan mengajakmu ke Sekaten."
    Aku bingung. Hanya bisa menjawab,"Ya, Bu." Lalu kembali ke kamarku. Beberes dan lalu berangkat tidur.
    Sore hari,

Aku menemui ayahku dan bertanya,

    "Pak, apa itu 'Sekaten'?"

Ayahku tertawa kecil.

    "Sekaten adalah upacara adat Jawa yang menggelar atau mempertontonkan seni gamelan (musik) guna mengumpulkan orang-orang untuk kemudian di Syahadat. Kata Syahadat itulah yang menjadi kata 'Sekaten' untuk lidah orang Jawa. Nanti malam, mari kita tonton di Alun-alun Keraton Yogyakarta."
     Itulah penjelasan yang aku dapat dari ayah tentang 'Sekaten'yang sering dibicarakan oleh orang-orang di sekitarku.