Serupa Tapi Tak Sama
Pengarang
suntingEmshol, biasa menulis pengetahuan ilmiah populer untuk pembaca dewasa dengan gaya bahasa suka-suka. Belum terlatih menulis fiksi, apalagi untuk anak-anak, dengan gaya bahasa sesopan Wikipedia.
Ringkasan Cerita
suntingDewan Kerajaan Laut mengadakan lomba Serupa Tapi Tak Sama untuk hewan-hewan yang mirip dan sering disangka sama oleh manusia. Pemenangnya ternyata tidak disangka-sangka.
Lokasi Cerita
suntingLaut Jawa.
Cerita Pendek
sunting“Pengumuman. Pengumuman. Harap dengarkan baik-baik. Dewan Kerajaan Laut Jawa mengadakan lomba ‘Serupa Tapi Tak Sama’. Lomba ini untuk hewan-hewan yang mirip dan sering disangka sama oleh manusia. Kalian, hewan-hewan yang memenuhi syarat, silakan datang ke Dewan Kerajaan Laut besok. Pemenangnya akan mendapat hadiah makan gratis selama setahun. Terima kasih.”
Seekor hiu putih berkeliling lautan mengumumkan lomba yang diselenggarakan oleh Dewan Kerajaan Laut Jawa. Ia berkeliling hingga ke pesisir Pulau Kalimantan, Jawa, Madura, dan Bali. Hewan-hewan laut berkerumun di dekat hiu putih, mendengarkan pengumuman itu dengan gembira.
Dewan Kerajaan Laut Jawa dipimpin oleh orca, sang paus pembunuh. Ia mendapat julukan Raja Lautan karena bisa mengalahkan hiu putih, sang pemangsa hewan laut. Hiu putih adalah pemimpin kedua jika paus orca sedang tidak ada.
Esok harinya, pagi-pagi sekali, datang seekor udang yang berenang sambil meloncat-loncat, bersama seekor lobster yang berjalan merayap ke Dewan Kerajaan Laut. “Kami mau ikut lomba,” kata lobster.
“Baik. Silakan ceritakan tentang persamaan dan perbedaan kalian,” kata hiu putih yang menjadi panitia lomba.
“Manusia sering menyangka kami sama. Aku disangka sebagai udang yang sudah besar. Padahal kami berbeda. Bentukku dan bentuk udang memang mirip. Tapi aku punya capit besar seperti capit kepiting. Ukuran capitku kadang bisa sebesar tubuhku. Capit udang kecil. Cangkangku juga lebih keras daripada cangkang udang,” jawab lobster.
“Baik, kalian terdaftar sebagai peserta nomor satu. Silakan tunggu pengumumannya, ya,” kata hiu putih.
Lobster dan udang senang sekali. “Tos! Kita pasti menang,” kata udang. Mereka bersulang sungut dan capit.
Setelah udang dan lobster pergi, datang sepasang hewan lagi, yaitu kepiting dan rajungan.
“Kami juga mau ikut lomba,” kata kepiting sambil mengangkat capitnya tinggi-tinggi.
“Baik, kalian kelihatan mirip. Ceritakan kepada kami apa saja persamaan dan perbedaan kalian,” kata hiu putih.
“Aku kepiting. Ini temanku, rajungan. Manusia lebih banyak mengenal aku daripada rajungan sebab aku banyak hidup di pantai. Rajungan hidup di tengah laut. Aku bisa naik ke darat, bermain-main dengan manusia. Rajungan tidak bisa hidup di darat. Manusia sering menyangka rajungan sebagai aku,” jawab kepiting.
“Bukankah rajungan juga masih keluarga kepiting?” tanya hiu putih.
“Ya, memang rajungan masih termasuk keluarga kepiting tetapi nama dia bukan kepiting. Akulah kepiting. Dia rajungan. Sebetulnya kami masih punya satu teman lagi yang mirip, namanya yuyu. Tetapi ia tidak bisa datang ke laut sebab ia hidup di darat dan air tawar,” jawab kepiting.
“Baik, kalian terdaftar sebagai peserta lomba nomor dua. Silakan tunggu pengumumannya nanti,” kata hiu putih.
Kepiting dan rajungan merasa senang sekali. Keduanya pun bersulang capit. “Tos! Kita pasti menang!” kata mereka.
Setelah kepiting dan rajungan pergi, datang tiga ekor hewan yang punya lengan banyak, yaitu cumi-cumi, sotong, dan gurita.
“Kami juga mau ikut lomba," kata cumi-cumi.
"Baik, kalian sepertinya mirip. Ceritakan siapa saja kalian, apa persamaan dan perbedaan kalian," kata hiu putih.
“Aku cumi-cumi. Yang ini dua temanku, sotong dan gurita. Kami sama-sama punya tinta. Aku paling dikenal oleh manusia. Sampai-sampai semua yang mirip denganku disebut cumi-cumi. Padahal kami berbeda. Bentuk tubuhku seperti silinder, panjang dan runcing. Aku punya tulang lunak di dalam tubuhku. Bentuknya panjang, warnanya bening. Aku bisa berenang dengan cepat,” kata cumi-cumi.
“Yang ini aku, sotong. Aku dan cumi-cumi sama-sama punya tentakel tapi badanku lebih pipih dan lebar. Aku juga punya tulang di dalam tubuh tapi bentuknya pipih, warnanya keruh, dan keras. Aku berenang lebih lambat daripada cumi-cumi tetapi aku lebih pandai menyamarkan diri,” kata sotong.
“Yang ini aku, gurita. Tubuhku bulat dan pendek. Aku tidak punya tulang, juga tidak punya tentakel. Yang menjulur di badanku ini bukan tentakel tetapi lengan. Aku juga pandai menyamarkan diri. Aku bisa mengubah warna kulit, bahkan bisa mengubahnya menyerupai batu, pasir, atau karang,” kata gurita.
“Baik, kalian terdaftar sebagai peserta lomba nomor tiga. Silakan tunggu pengumumannya,” kata hiu putih.
Cumi-cumi, sotong, dan gurita senang sekali. Mereka bersulang lengan dan tentakel. “Hore, kita pasti menang!”
Setelah cumi-cumi dan dua kawannya pergi, datanglah dua ekor hewan lain yang badannya cukup besar, yaitu anjing laut dan singa laut.
“Kami juga mau ikut lomba,” kata singa laut.
“Baik, kalian sepertinya mirip. Silakan ceritakan persamaan dan perbedaan kalian,” kata hiu putih.
“Aku singa laut. Aku punya daun telinga. Aku lebih pandai berjalan di darat sebab aku bisa berjalan menggunakan kaki sirip. Karena aku pandai berjalan, manusia sering mengajak aku bermain atraksi. Suaraku kencang,” kata singa laut.
“Yang ini aku, anjing laut. Aku lebih pendiam daripada singa laut. Badanku memang mirip dengan singa laut tetapi aku tidak punya daun telinga. Manusia tidak suka mengajakku bermain atraksi. Aku tidak pandai berjalan di darat sebab aku berjalan dengan perutku,” kata anjing laut.
“Baik, kalian terdaftar sebagai peserta nomor empat. Silakan tunggu pengumumannya, ya,” kata hiu putih.
Singa laut dan anjing laut sangat senang. Mereka pun bersulang sirip. “Tos! Kita pasti menang!”
Setelah singa laut dan anjing laut pergi, datang seekor lumba-lumba.
“Kami juga mau ikut lomba,” kata lumba-lumba.
“Kami? Kamu datang sendiri kok bilang kami. Lomba ini tidak bisa diikuti satu hewan. Harus ada yang dibandingkan,” kata hiu putih.
“Ya, maksudku, aku ingin ikut lomba ini dengan peserta aku sendiri dan pesut. Pesut tidak bisa datang ke sini karena ia hidup di Sungai Mahakam di Kalimantan,” jawab lumba-lumba.
“Oh, begitu. Baik, ceritakan persamaan dan perbedaan kalian,” kata hiu putih.
“Aku lumba-lumba. Manusia lebih banyak mengenalku. Mereka menyangka pesut sebagai aku. Padahal aku berbeda dari pesut. Bentuk tubuh kami memang mirip tapi moncongku panjang dan runcing sementara moncong pesut pendek dan tidak runcing. Aku bisa melompat tinggi sekali di atas air. Pesut tidak bisa. Sirip di punggungku panjang. Sirip pesut pendek,” kata lumba-lumba.
“Baik, kalian terdaftar sebagai peserta lomba nomor lima. Silakan tunggu pengumumannya,” kata hiu putih.
“Hore, aku pasti menang!” kata lumba-lumba sambil melompat tinggi sekali di atas air.
Setelah lumba-lumba pergi, datang seekor penyu dengan berenang meliuk-liuk.
“Aku tadi melihat lumba-lumba datang sendirian dan boleh ikut lomba. Aku juga datang sendirian. Aku penyu. Aku mau ikut lomba untuk aku sendiri dan kura-kura. Kura-kura tidak bisa datang karena ia hidup di sungai,” kata penyu.
“Baik,ceritakan persamaan dan perbedaan kalian,” kata hiu putih.
“Kami sama-sama reptil. Manusia lebih banyak mengenal kura-kura karena ia bisa hidup di sungai dan di darat. Kura-kura bisa berjalan di darat sebab ia punya kaki. Manusia menyangka aku sebagai kura-kura karena bentukku memang mirip dengan kura-kura. Kami sama-sama punya tempurung. Kura-kura bisa bersembunyi di dalam tempurungnya sedangkan aku tidak bisa. Aku hidup di laut. Hanya sesekali naik ke darat untuk bertelur. Aku lebih pandai berenang daripada berjalan sebab kakiku berbentuk sirip dayung,” kata penyu.
“Baik, kalian terdaftar sebagai peserta nomor enam. Tunggu pengumumannya, ya,” kata hiu putih.
“Hore, aku pasti menang,” kata penyu dengan gembira sambil meluncur cepat di dalam air.
Setelah penyu pergi, datang seekor keong laut dan seekor kelomang yang berjalan tergesa-gesa.
“Kami juga mau ikut lomba,” kata keong laut sambil terengah-engah.
“Kalian sepertinya mirip. Baik, ceritakan kepada kami persamaan dan perbedaan kalian,” kata hiu putih.
“Aku keong laut. Manusia lebih mengenal keong daripada kelomang karena keong banyak juga hidup di sungai dan di darat. Bentuk cangkangku dan cangkang kelomang memang sama tapi sebetulnya yang punya cangkang itu aku. Kelomang tidak punya cangkang. Ia hanya meminjam cangkang keong yang sudah mati. Bentuk badan kami sebetulnya berbeda. Kelomang punya capit dan kaki yang gesit seperti kepiting. Kelomang bisa berjalan cepat. Aku tidak bisa berjalan cepat. Kelomang lebih dekat kerabatnya dengan kelompok kepiting daripada keong,” kata keong laut.
“Baik, kalian terdaftar sebagai peserta nomor tujuh. Tunggu pengumumannya, ya,” katahiu putih.
“Hore, kita pasti menang,” kata keong dan kelomang.
Setelah keong dan kelomang pergi, datang seekor buaya.
“Aku buaya. Aku juga mau ikut lomba untuk aku sendiri dan aligator. Aligator tidak bisa datang karena ia hidup di air tawar,” kata buaya.
“Baik, ceritakan kepada kami persamaan dan perbedaan kalian,” kata hiu putih.
“Bentuk badan kami memang mirip tapi kami punya banyak perbedaan. Moncongku lebih lancip seperti huruf V sedangkan moncong aligator lebih tumpul seperti huruf U. Gigi aligator hanya tampak sedikit kalau dia menutup mulut. Gigiku tetap kelihatan walaupun aku menutup mulut. Aligator hidup di air tawar. Aku bisa hidup di air tawar maupun air asin di muara sungai. Sebetulnya ada juga hewan lain yang mirip dengan kami, namanya kaiman. Tapi ia tidak mau kuajak ikut lomba ini,” kata buaya.
“Baik, kalian terdaftar sebagai peserta nomor delapan. Tunggu pengumumannya, ya,” kata hiu putih.
Rupanya banyak sekali hewan yang ingin ikut lomba. Setelah buaya pergi, datang lagi hewan-hewan lain yang ikut lomba. Ada ikan tuna yang ikut lomba bersama ikan tongkol dan cakalang.
Ada bidadari laut yang mendaftar bersama kupu-kupu laut. Ada juga dugong yang datang bersama manatee.
Berita mengenai lomba ini juga sampai tersebar di kalangan hewan-hewan air tawar, bahkan juga hewan darat. Banyak sekali yang ingin mengikuti lomba ini tetapi mereka tidak bisa datang ke laut. Mereka mengirimkan pesan lewat buaya yang hidup di muara.
Ada kodok yang mendaftar bersama katak. Ada kelinci yang mendaftar bersama terwelu. Ada jaguar dan macan tutul. Serigala dan anjing hutan. Tawon dan lebah. Kijang dan rusa.
Ada juga kerbau dan bison. Ikan cupang dan ikan gupi. Bajing dan tupai. Curut dan tikus. Bekicot dan siput. Ikan sidat dan belut, dan masih banyak lagi. Setelah panitia menerima banyak sekali pendaftar, lomba ini pun ditutup.
Esoknya hari pengumuman pemenang yang sudah ditunggu-tunggu oleh para hewan itu pun datang. Hiu putih bersiap-siap membacakan pengumuman. Dia dikelilingi oleh hewan-hewan laut yang sudah tidak sabar menunggu pengumuman.
“Setelah menyeleksi puluhan peserta lomba, dengan ini kami mengumumkan bahwa pemenang lomba kali ini adalah…” hiu putih berhenti bicara cukup lama untuk membuat peserta lomba penasaran. “Pemenangnya adalah… Tuan Paus Orca…”
Semua hewan laut saling memandang heran. “Bagaimana sih ini? Yang mengadakan lomba ini kan Dewan Kerajaan Laut yang dipimpin oleh Tuan Paus Orca. Kok pemenangnya Tuan Orca sendiri?” kata singa laut menggerutu. Semua hewan laut juga menggerutu.
“Tenang. Semua harap tenang. Akan aku jelaskan. Yang mengadakan lomba ini memang Dewan Kerajaan Laut tetapi Tuan Paus Orca juga berhak ikut."
"Tuan Paus Orca sebetulnya bukan paus. Manusia menyebutnya paus karena ukuran badannya besar seperti paus. Dia sebetulnya adalah sejenis lumba-lumba. Lihat saja bentuk tubuhnya kan lebih mirip lumba-lumba. Jadi dia adalah saudara lumba-lumba yang mirip paus,” kata hiu putih.
“Tuan Orca harusnya tidak boleh ikut lomba." cumi-cumi protes keras sampai tak sengaja menyemburkan tinta hitam dari tubuhnya, "Dia yang mengadakan lomba ini, masa dia pesertanya, dia juga jurinya. Harusnya pemenangnya adalah salah satu dari kami.”
“Maaf, keputusan dewan juri tidak bisa diganggu gugat. Aku sendiri tidak berani membantah Tuan Paus Orca. Kalian tahu alasannya kan? Sebab Tuan Orca bisa memakan isi perutku!" kata hiu putih.
“Wah, curang! Mentang-mentang penguasa, maunya menang sendiri!” lumba-lumba juga marah. "Walaupun Tuan Orca masih kerabatku, aku tidak mau berkawan dengan dia karena dia curang."
Akhirnya semua warga laut membubarkan diri. Sejak itu mereka benci kepada hiu putih dan paus orca. Setiap kali ada hiu putih atau paus orca lewat, hewan-hewan laut itu selalu menghindar.