Subjek:Bahasa Indonesia/Materi:kalimat

Pengertian Kalimat sunting

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.

Ciri-ciri Kalimat sunting

Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut ialah: bermakna, bersistem urutan frasa, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Kelima ciri tersebut ialah ciri umumsebuah kalimat. kalimat yang memenuhi kelima ciri tersebut ialah kalimat bahasa Indonesia, namun hal itu belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.

Contoh kalimat:
di tempat itu dijadikan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.

Kalimt ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo (1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.

Kalimat Gramatikal sunting

Kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku yang harus memenuhi kaidah yang berlaku di dalam bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut menurut Susilo (1990:4) ialah harus memenuhi tata kalimat (sintaksis), tata frasa (frasiologi), tata morfem (morfologi) dan tata fonem (fonemik, fonologi). Kalimat bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri atas unsur subjek dan unsur predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa objek atau keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan. Karena kedua unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat ketergantungan. Unsur subjek tidak akan memiliki makna tanpa unsur predikat, begitu pula sebaliknya dengan unsur predikat takkan memiliki makna tanpa adanya unsur subjek.

Contoh kalimat:
George W. Bush telah kehilangan akal untuk menemukan keberadaan Usamah.

Kalimat diatas terdiri dari unsur subjek Geoarge W. Bush, unsur predikat kehilangan akal, dan unsur keterangan untuk menemukan keberadaan Usamah. Jika unsur keterangan dihilangkan maka kalimat itu masih dapat diterima dalam tatanan kalimat bahasa Indonesia. Tapi, lain halnya jika unsur subjek atau unsur predikatnya dihilangkan maka kalimat itu menjadi tak memiliki makna.

Kata-kata Mubazir Dalam Bahasa Indonesia sunting

Dalam pembuatan kalimat pemakaian kata-kata harus diperhitungkan penggunaan fungsinya. Jika, ada unsur kata yang tidak berfungsi dalam sebuah kalimat akan menimbulkan kalimat menjadi tidak baku. Menurut Susilo (1990:10) kata-kata mubazir ialah kata-kata yang tidak berarti dan tidak berfungsi. Unsur mubazir dalam suatu kalimat dapat disebabkan oleh faktor bahasa asing. Misalnya kata adalah pada kalimat gadis itu adalah mahasiswa unesa. Kata adalah merupakan pengaruh to be (is) dalam bahasa inggris the girl is unesa student. To be (is) dalam bahasa Inggris merupakan sendi kalimat yang tak bisa ditinggalkan (badudu, 1980:132). Struktur bahasa Indonesia berbeda dengan struktur bahasa Inggris, sehingga pemakaian kata adalah dalam kalimatgadis itu adalah mahasiswa unesa tidak diperlukan dalam struktur bahasa Indonesia. Pemakaian dua kata yang sama dalam sebuah kalimat juga merupakan pembubaziran kata, seperti dalam kata: demi untuk, agar supaya, amat sangat, mulai dari, sejak dari. Seharusnya hanya salah satunya yang dipakai tidak perlu memakai keduanya. Misalnya: demi atau untuk, agar atau supaya, amat atau sangat, mulai atau dari, sejak atau dari.

Kontaminasi sunting

Kontaminasi berarti rancu atau kacau. Kontaminasi dalam bahasa Indonesia berarti kerancuan akibat munculnya dua bentuk yang sama dalam sebuah kalimat. Susilo (1990:10) menyatakan kontaminasi merupakan kerancuan dua kalimat, dua unsur atau dua struktur, biasanya dapat dikembalikan pada bentuk asalnya.

Kerancuan dalam bahasa Indonesia oleh badudu (1980:60) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu;

  1. Kontaminasi bentuk kata, kontaminasi bentuk kata merupakan kerancuan yang diakibatkan oleh pembentukkan kata-kata baru. Kata dipelajarkan merupakan unsur kontaminasi yang berasal dari dua bentuk dipelajari dan diajarkan. Kata mengenyampingkan juga merupakan kerancuan bentuk kata. Kata ini berasal dari kata dasar samping lalu diikuti kata depan ke yang menjadi ke samping. Kata ke samping lalu mengalami penambahan imbuhan me-kan sehingga merubahnyanya menjadi kata mengesampingkan. Kata daras samping juga ada yang langsung diberi imbuhan me-kan sehingga menjadi menyampingkan, antara kata mengesampingkan dengan menyampingkan kemudian mengalami kerancuan kata menjadi mengenyampingkan.
  2. Kontaminasi bentuk frasa, kalimat bahasa Indonesia terdiri dari beberapa frasa. Frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif (kridalaksana, 1982:46). Kalimat berulang kali ia telah dinasehati terdiri dari tiga frasa berulang kali, ia, telah dinasehati. Kata berulang kali berasal dari kata berulang-ulang dan berkali-kali, kedua kata itu kemudian digabungkan sehingga menjadi kata berulang kali yang sebenarnya merupakan frasa yang rancu.
  3. Kontaminas bentuk kalimat, kontaminasi kalimat terlihat pada contoh kalimat ini Mahasiswa dilarang tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir. Jika, ada yang bertanya tentang pertanyaan tersebut apa yang dilarang jawabnya adalah tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir (tidak memalsu tanda tangan daftar hadir) makna kalimat ini justru bertolak belakang dengan maksud sebenarnya. Kerancuan kalimat tersebut dapat dikembalikan pada bentuk aslinya sebagai berikut:
  1. Mahasiswa dilarang memalsu tanda tangan daftar hadir.
  2. Mahasiswa tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir.
Interferensi sunting

Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengalami banyak masukan dari bahasa daerah di Indonesia maupun bahasa asing. Kosa kata yang berasal dari bahasa daerah misalnya mantan, nyeri, gambut dsb. Sedangkan kosa kata asing yang masuk ke bahasa Indonesia berasal dari berbagai negara misalnya kosa kata Belanda lapor, polisi, kantor dan bahasa Inggris misalnya ekonomi, remidi, biografi dsb. Kosa kata yang berasal dari Arab seperti pasal, wakaf, wajib, wahyu dsb. Kosa kata dari bahasa portugis seperti nona, permen, jendela dsb.

Masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat menguntungkan dan merugikan bahasa Indonesia. Menurut Susilo (1990:11) unsur yang memeperkaya bahasa Indonesia dapat diterima sebagai unsur serapan, sedangkan unsur yang memiskinkan ditolak karena merugikan bahasa Indonesia. Interfensi tidak hanya terjadi pada bahasa Indonesia saja, tapi juga terjadi pada bahasa daerah yang mengalami interferensi dengan bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Seperti yang terlihat pada kata sekolahan konteks kalimat saya akan berangkat ke sekolahan. kata sekolahan interferensi dari bahasa jawa. Di dalam bahasa Indonesia seharusnya kalimat berbunyi saya akan berangkat kesekolah. Interferensi bahasa daerah yang lain pada kata latihan dengan konteks kalimat anak-anak sedang latihan drama. Dalam bahasa Indonesia akhiran -an berfungsi untuk membentuk kata benda, sedangkan kata latihan berfungsi sebagai kata kerja.

Lafal Bahasa Indonesia Baku sunting

Pemakaian lafal sebagai ujaran dalam bahasa Indonesia masih sering dipakai secara tidak konsisten oleh masyarakat. Lafal bahasa Indonesia baku menurut badudu (1980:115) lafal yang tidak memperdengarkan "warna" bahasa daerah, dialek dan "warna" lafal bahasa asing. Ketidak bakuan dalam pelafalan bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa daerah seperti lafal t yang dilafalkan oleh penutur bahasa Jawa dan Bali pelafalannya menjadi th seperti pada kata kota untuk bahasa Bali dan bathi (untung) untuk bahasa Jawa.

Ketidakbakuan akibat pengaruh asing juga terdapat pada pelafalan pasca suku kata ca seharusnya dilafalkan sesuai bentuk fisiknya, namun pelafalan yang lebih sering terdengar ialah suku kata ka seperti pelafalan pada kata suka. Kata pasca berasal dari kata sanksekerta yang berarti sesudah.

Jenis-jenis Kalimat sunting

Kalimat memiliki beberapa jenis yang membedakannya, yaitu:

Berdasarkan Pengucapan sunting

  • Kalimat Langsung ialah kalimat yang secara cermat menirukan suara orang lain. Cirinya adalah 2 tanda petik ("..."), kalimat langsung tidak hanya berupa kalimat pernyataan tapi juga dapat berupa kalimat perintah dan kalimat tanya.
Contoh:
Kalimat Pernyataan
" Ayah senang akhirnya kamu lulus ujian ini. " kata Ayah;
Rima mengatakan, " Rama berusahalah dipertandingan nanti. "
Kalimat Perintah
Ibu berkata, " Budi tutup pintu itu. "
Kalimat Tanya
" Siapa yang membuat prakarya itu? ", Tanya Pak guru
  • Kalimat Tak Langsung ialah kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat langsung yang menggunakan tanda petik, ke bentuk berita yang tidak menggunakan tanda petik.
Contoh:
Ayah berkata kalau dia senang saya lulus ujian.
Rima mengatakan kepada Rama untuk berusaha dalam pertandingan nanti.
Ibu meminta saya menutup pintu itu.

Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal) sunting

  • Kalimat Tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
KB + KK (kata benda + kata kerja)
Contoh:
Ibu memasak.
KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh:
Anak itu sangat rajin.
KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh:
Apel itu ada dua buah.
Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.
Contoh:
Adik perempuan saya ada dua orang.
Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
Contoh:
Saya sedang mandi.
Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada tiap unsur-unsurnya. Dengan adanya penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur utama masih dapat dengan mudah dikenali. Perluasan kalimat tunggal itu terdiri atas:
  1. Keterangan tempat, misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah ini, dll. Contoh: Rumahnya ada di daerah ini.
  2. Keterangan waktu, misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun depan, kemaren, lusa, dll. Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30 pagi.
  3. Keterangan alat, misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll. Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
  4. Keterangan cara, misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll. Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
  5. Keterangan modalitas, misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll. Contoh: Saya harus giat berlatih.
  6. Keterangan aspek, misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah. Contoh: Dia sudah menyelesaikannya.
  7. Keterangan tujuan, misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang, dll. Contoh: Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
  8. Keterangan sebab, misalnya: karena rajin, karena panik, dll. Contoh: Dia lulus ujian karena rajin belajar.
  9. Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan), contoh: penerima medali emas, taufik Hidayat.
  10. Perluasan kalimat yang menjadi frasa, contoh: orang itu menerima predikat guru teladan.
Contoh perluasan kalimat tunggal:
Ibu sedang menyapu halaman.
Adik saya ada 2 orang yang masih sekolah.
Saya sedang mandi pagi itu.
  • Kalimat Majemuk ialah Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
  1. Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
    1. Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” atau “serta”. Contoh: "Aku menulis surat itu dan Dia yang mengirimnya ke kantor pos.", "Murid-murid membuat prakarya itu serta memajangnya di pameran."
    2. Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”. Contoh: "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.", "Ibu memasak didapur, sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang membuat prakarya itu bukan adiknya, melainkan kakaknya yang membuat prakarya itu.", "Dia tidak membuat makanan itu namun hanya menyiapkannya untuk para tamu."
    3. Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”. Contoh" "Dia bingung memilih antara buah apel atau buah anggur."
    4. Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”. Contoh: "Dia tidak hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi."
  2. Kalimat Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 10 macam, yakni:
    1. Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini. Contoh: "Rumah makan itu sudah berdiri sejak orang tuaku menetap di kota ini.", "Orang tuaku meninggalkan kota ini ketika umurku beranjak 3 tahun."
    2. Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu. Contoh: "Dia pergi dari rumah karena bertengkar dengan istrinya."
    3. Akibat, misal: hingga, sehingga, maka. Contoh: "Hari ini hujan sangat deras di Ibukota hingga mampu menggenangi beberapa ruas jalan."
    4. Syarat, misal: jika, asalkan, apabila. Contoh: "Dia harus giat belajar jika ingin nilainya sempurna.", "Tanaman itu bisa tumbuh dengan subur asalkan dirawat dengan baik."
    5. Perlawanan, misal: meskipun, walaupun. Contoh: "Dia ingin masuk ke perguruan tinggi di Jakarta walaupun nilai kelulusannya tidak memenuhi syarat.", "Dia selalu pergi kesekolah dengan berjalan kaki meskipun dia tahu kalau jarak antara rumah dan sekolahnya sangat jauh."
    6. Pengandaian, misal: andaikata, seandainya. Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara 1 andaikata kita berusaha lebih keras lagi."
    7. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk. Contoh: "Dia bekerja disini agar mendapatkan biaya hidup.", "Pria itu membuatkan sebuah rumah di daerah "A" untuk kedua orangtuanya."
    8. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti. Contoh: "Wajah anak itu bagai bulan kesiangan.", "Anaknya yang suka membangkang itu ibarat Malin Kundang di zaman modern."
    9. Pembatasan, misal: kecuali, selain. Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi selain bakat bermain musik."
    10. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll. Contoh: "Orang itu pergi ke kantor dengan mobil."
    11. Kesertaan, misal: dengan + orang. Contoh: "Murid-murid sekolah dasar pergi berdarmawisata dengan para guru."
  3. Kalimat Majemuk Campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
  1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
  2. Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
  3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya. (kalimat majemuk campuran)

Berdasarkan Isi atau Fungsinya sunting

  • Kalimat Perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan tanda seru (!).
Beberapa bentuk kalimat perintah :
  1. Kalimat Perintah Permintaan, contoh: Tolong, tutup pintu itu!
  2. Kalimat Perintah Larangan, contoh: Jangan membuang sampah sembarangan!
  3. Kalimat Perintah Ajakan, contoh: Marilah kita bersama-sama melestarikan kebudayaan Indonesia!
  • Kalimat Berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat berita ini.
Beberapa bentuk kalimat berita:
  1. Kalimat Berita Kepastian, contoh: Kita akan berangkat ke bandara besok siang.
  2. Kalimat Berita Pengingkaran, contoh: Saya tidak akan menghadiri rapat hari ini.
  3. Kalimat Berita Kesangsiang, contoh: Guru itu kemungkinan tidak memiliki kinerja yang baik.
  4. Kalimat Berita Bentuk Lain, contoh: Saya tidak tahu kenapa orang itu selalu datang ke rumah kami.
  • Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering digunakan untuk membuat kalimat Tanya ini ialah bagaimana, dimana, kemana, kapan, berapa, siapa, mengapa.
Contoh:
Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
Dimana peristiwa itu terjadi?
Kemana korban bencana alam itu diungsikan?
Kapan mereka akan menyerahkan tugas perkuliahan itu?
Berapa banyak dana yang sudah terkumpul?
Siapa yang akan terpilih menjadi ketua pelaksana di acara tersebut?
Mengapa orang-orang itu berhamburan pergi keluar gedung?
  • Kalimat Seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan. Dalam pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
Contoh :
Wah, indah sekali pemandangan itu!

Berdasarkan Unsur Kalimat sunting

Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

  • Kalimat Lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah predikat. Kalimat majas juga bisa dikategorikan sebagai kalimat lengkap.
Contoh :
Kami membersihkan kelas bersama-sama.
  • Kalimat Tak Lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh:
Selamat siang!
Tegakkan disiplin.
Tutup pintu itu!
Kenapa diam?
Ayo, berangkat!
Terima kasih.
Wah, sangat cantik!
Jangan dilempar!
Hai!
Astaga, indahnya!

Berdasarkan Pola Subjek - Predikat sunting

Kalimat yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

  • Kalimat Inversi
Kalimat Inversi ini dicirikan dengan adanya kata predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama kali muncul pada kalimat versi merupakan tolok ukur yang akan mempengaruhi makna kalimat, bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.
Contoh:
Bawa buku itu kemari!
Keterangan:
Bawa = Predikat
buku itu kemari! = Subjek
  • Kalimat Versi
Kalimat Versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar Bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
¤ Kami membeli peralatan sekolah di toko itu.
Keterangan:
Kami = Subjek
membeli = Predikat
peralatan sekolah = Objek
di toko itu = Keterangan
¤ Tukang itu sedang membuat pondasi rumah.
Keterangan:
Tukang itu = Subjek
sedang membuat = Predikat
pondasi rumah = Objek
¤ Barang-barang ini akan dijual di pasar.
Keterangan:
Barang-barang ini = Subjek
akan dijual = Predikat
di pasar = Keterangan

Berdasarkan Gaya Penyajiannya sunting

Berdasarkan gaya penyajiannya kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

  • Kalimat yang melepas
Kalimat ini akan terwujud jika kalimat majemuk diawali dengan induk kalimat (kalimat utama) dan diikuti oleh anak kalimat. Gaya penuilisan itu disebut gaya penyajian melepas.
Contoh:
Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman jika saya selesai mengerjakan pekerjaan rumah.
Keterangan:
Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman (induk kalimat/kalimat utama)
jika saya selesai mengerjakan pekerjaan rumah. (anak kalimat)
  • Kalimat yang klimaks
Kalimat ini akan terbentuk jika anak kalimat berada di awal kalimat majemuk dan diikuti oleh kalimat utama (induk kalimat).
Contoh :
Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit Maagnya sering kambuh.
Keterangan:
Karena pola makan yang tidak teratur (anak kalimat)
penyakit Maagnya sering kambuh. (induk kalimat/kalimat utama)
  • Kalimat yang berimbang
Kalimat ini biasanya disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau kalimat majemuk campuran. Gaya penyajian seperti ini ialah untuk memperlihatkan kesejajaran bentuk dan informasinya.
Contoh:
Harga pangan saat ini makin melonjak, pedagang dan konsumen mempermasalahkan harga yang semakin naik.

Berdasarkan Subjeknya sunting

Berdasarkan subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

  • Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan suatu tindakan (pekerjaan). Untuk predikatnya sendiri dalam kalimat ini berupa kata kerja yang berawalan “me-“ dan “ber-“, selain itu juga dapat berupa kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan “me-“ seperti: mandi, pergi, dll (kecuali makan & minum)
Contoh:
Imbuhan "me-"
Koki itu membuat menu baru untuk restorannya.
Imbuhan "ber-"
Kami bermain di taman.
Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
  • Kalimat Aktif Transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita. Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kami membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi Kue dibuat oleh kami. (kalimat pasif)
  • Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita. Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Kami berjaga diluar rumah.
Andi berteriak dari dalam kamar mandi.
  • Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek.
Contoh:
Adiknya menyerupai Rain.
Keterangan:
Adiknya = Subjek
menyerupai = Predikat
Rain = Pelengkap
Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
Keterangan:
Tata tertib ini = Subjek
berdasarkan = Predikat
Keputusan bersama = Pelengkap
Dia menjadi ketua kelas.
Keterangan:
Dia = Subjek
menjadi = Predikat
ketua kelas = Pelengkap
  • Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan. Kalimat bentuk ini memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
  • Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.
Contoh:
Sampah dibuang Rina.
Barang itu dijual paman.
  • Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“)
Contoh:
akan saya sampaikan pesanmu.
Saya berikan bukuku.