Sejarah sunting

Andy Rubin sunting

Andy Rubin adalah lulusan Computer Science - Utica College, New York yang mengawali karir sebagai development engineer di Carl Zeiss Microscopy pada tahun 1986 - 1987.[1]. Kemudian ia pindah ke Swiss untuk bekerja pada perusahaan robotika.

Ketika liburan di Kepulauan Cayman pada 1989, Rubin bertemu dengan Bill Caswell, seorang engineer Apple. Caswell menawari Rubin untuk bekerja di Apple, yang kemudian ia terima. Ia bekerja sebagai software engineer di Apple pada tahun 1989 - 1992. Kegemarannya dalam bidang robotika mengakibatkan ia diberi julukan "Android" oleh rekan kerjanya di Apple.

Pada tahun 1995, Rubin keluar dari Apple untuk bergabung di "General Magic", sebuah perusahaan teknologi yang membuat perangkat komputer genggam, sebuah versi awal dari smartphone modern zaman sekarang.

Kemudian, ia bergabung ke WebTV. Ketika WebTV diakusisi oleh Microsoft menjadi MSN TV, diapun ikut bergabung menjadi karyawan Microsoft.

Hingga akhirnya, pada 1999, Rubin keluar dari Microsoft untuk membuat startup yang memproduksi telepon genggam : Danger. Startup ini, bekerjasama dengan operator T-Mobile, berhasil memproduksi sebuah telepon genggam yang bernama "T-Mobile Sidekick"

Android Inc sunting

Andy Rubin bersama beberapa rekannya mendirikan Android Inc pada Oktober 2003. Pada awalnya, mereka berencana untuk membuat sistem operasi untuk kamera digital, agar mudah dihubungkan dengan komputer dan layanan penyimpanan data cloud.[2]

Namun, setelah menyadari kecilnya peluang pasar kamera digital, mereka beralih untuk membuat sistem operasi untuk telepon genggam. Fokus utama mereka adalah membuat telepon genggam "pintar" yang dapat mengetahui lokasi pengguna dan preferensi pribadinya.

Selain itu, mereka juga menyadari masalah besar yang terjadi di industri telepon genggam pada waktu itu. Meskipun harga hardware cenderung terus menurun, harga software cenderung tidak berubah. Akibatnya, mayoritas ongkos produksi telepon genggam semakin lama semakin didominasi oleh harga software. Ide utama Android adalah membuat software telepon genggam menjadi bersifat open-source dan gratis, kemudian menjadikan software itu sebagai platform untuk menjual produk dan layanan digital lain.

Akuisisi Google sunting

Pada tahun 2004, kondisi keuangan Android Inc cenderung bermasalah : kehabisan modal, tidak ada investor yang tertarik dengan ide Android, bahkan nyaris diusir dari kantornya sendiri karena tidak mampu membayar sewa.[1] Rubin menelpon temannya ketika dulu bekerja bersama di Apple, Steve Perlman, untuk meminta bantuan. Perlman bergegas datang ke Bank untuk mengambil uang $10.000 dalam pecahan $100 dan langsung memberikannya ke Rubin. Keesokan harinya, Perlman mentransfer tambahan dana lagi. Android Inc terselamatkan dan mampu bertahan lebih lama lagi.

Rubin bertemu dengan Larry Page (pendiri Google) pada suatu acara di Universitas Stanford. Kemudian, pada bulan Januari 2005, Rubin bersama Nick Sears (salah satu pendiri Android Inc, sebelumnya bekerja sebagai marketing executive T-Mobile ketika melakukan proyek kerjasama dengan startup Rubin untuk meluncurkan telepon genggam "T-Mobile Sidekick") mendatangi markas Google untuk berbincang bersama Larry Page (pendiri Google), Sergey Brin (pendiri Google), dan Georges Harik (penasehat di Google Ventures).

Mayoritas isi pembicaraan ini membahas mengenai produk terakhir yang dirilis startup milik Rubin, yaitu telepon genggam "T-Mobile Sidekick". Brin menanyakan beberapa pertanyaan mendalam, mengenai teknologi yang digunakan pada telepon tersebut. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan apa apa yang dihasilkan setelah pertemuan tersebut.

Hingga akhirnya, 45 hari kemudian, Google menghubungi Rubin lagi untuk membahas pertemuan selanjutnya. Pada pertemuan kedua ini, seluruh pendiri Android Inc hadir. Mereka juga menunjukkan prototype sistem operasi Android yang bisa didemonstrasikan kepada Google. Hingga akhirnya, Georges Harik menyatakan bahwa Google ingin membeli Android. Sempat terjadi pertentangan di kubu Android Inc. Tiga dari keempat founder Android (Rubin, Chris White, Sears) sepakat, namun Rich Miner tidak setuju dengan rencana pembelian ini.

Pada akhirnya, Google resmi mengakuisisi Android dengan nilai $50 juta. Tim Android pindah ke kantor Google pada 11 Juli 2005.

Di dalam Google, Android tetap "menolak" untuk bergabung dengan Google. Tim Android bekerja sendiri, terpisah dengan tim Google yang lainnya, bahkan tidak mau ikut dengan aturan Google di pusat. Misalnya, tim Android menolak aturan Google yang mewajibkan proses code review untuk meningkatkan kualitas. Meskipun dapat meningkatkan kualitas, prosed code review yang terlalu sering dapat menghambat kecepatan pengembangan. Oleh karena itu, proses code review di tim Android baru dilakukan setiap satu atau dua tahun sekali.

G1 sunting

Google dan Android berhasil mengembangkan telepon genggam Android pertamanya : G1. Masalah selanjutnya adalah mencari operator yang mau memasarkan ponsel ini. Pada saat itu, hanya operator telekomunikasi yang dapat menjual telepon genggam secara sepaket beserta kartu SIMnya. Operatorlah yang menjadi penghubung antara produsen hardware telepon genggam dengan pembeli telepon genggam.

Pada awalnya tidak ada satupun operator yang mau bekerjasama dengan Google. Alasan awalnya, operator tidak mau membagi monopoli keuntungan penjualan ponsel dengan perusahaan manapun. Verizon menolaknya. Sprint tidak tertarik. AT&T tidak mau menjawab. Negosiasi 6 bulan dengan AT&T juga gagal.

Namun pada akhirnya, berkat usaha Nick Sers (founder Android, mantan marketing executive T-Mobile) yang meyakinkan Robert Dowson (CEO T-Mobile), akhirnya T-Mobile mau bekerjasama dengan Google untuk memasarkan ponsel Android pertama ini.

Namun semua berubah ketika iPhone dirilis ke publik. Rubin sangat terkejut mendengar kabar perilisan iPhone yang tiba-tiba. Ketika sedang dalam perjalanan menuju pertemuan, ia menyuruh supirnya menepi sejenak agar dapat fokus menonton livestreaming peluncuran iPhone. Saat itu juga, ia memutuskan untuk membatalkan perilisan G1.

Sekitar tahun 2000-an, Blackberry merupakan jenis ponsel yang cukup populer. Oleh karena itu, desain awal G1 mengikuti gaya ponsel Blackberry, yaitu dengan keyboard dan tanpa touch-screen. iPhone-lah yang berani menjadi trendsetter pertama untuk ponsel dengan layar sentuh. Tim Android pun mengikuti tren ini untuk mengubah desain G1 menjadi menggunakan layar sentuh.

Dalam waktu singkat, iPhone berhasil mematahkan dominasi Blackberry sebagai jenis ponsel terpopuler pada masa itu. iPhone pun berhasil mendisrupsi industri ponsel yang sebelumnya didominasi oleh operator. Pada iPhone, Apple berhubungan langsung dengan konsumen, sementara itu sebelumnya, operator-lah yang berhubungan langsung dengan konsumen. Tidak hanya itu, karena Apple menjalin kerjasama eksklusif dengan AT&T sebagai operator tunggal, banyak orang berbondong-bondong meninggalkan operator lamanya untuk pindah ke AT&T, semua demi agar bisa menggunakan iPhone. Operator yang selama ini menikmati monopoli penjualan ponsel tiba-tiba merasa terancam. Apalagi, operator tersebut tidak mempunyai produk apapun yang mampu menandingi iPhone sebagai "smartphone layar sentuh" pertama.

Hingga akhirnya, operator tersebut, yang sebelumnya menolak permintaan Google dulu, berbondong-bondong untuk bergabung dalam Android. Tujuannya agar bisa bertahan dan mampu melawan kembali dominasi iPhone. Apalagi, Android, yang kini sudah memiliki desain full-touchscreen, mengikuti jejak iPhone, dipandang sebagai sebuah "smartphone" yang mampu menandingi iPhone di pasaran. Gerakan "serangan balik" ini dimulai pada tahun 2009 ketika Motorola dan Verizon merilis "Droid". Meskipun ponsel ini belum mampu menyaingi iPhone, ponsel ini mampu menarik perhatian operator dan pengguna ponsel mengenai keberadaan "Android", sebuah pesaing baru iPhone.

Arsitektur Sistem sunting

Intinya, Linux LTS + Java Runtime yang berjalan di atas Linux + aplikasi android yang dibuat menggunakan kumpulan file framework Java (kelas, interface, precompiled code) yang dijalankan di atas Java Runtime.

  • Kernel linux LTS (Long Term Supported) upstream, beserta kernel-space native daemon (init, healthd, logd, storaged) dan native library-nya (libc, liblog, libutils, libbinder, libselinux)
  • User-space "hardware abstraction layer" : sebuah interface untuk mengakses hardware yang diimplementasikan oleh masing-masing vendor hardware.
  • Android runtime (ART) : sebuah Java runtime environment. Mengkonversi bytecode aplikasi android menjadi processor-specific code.
  • System services : berjalan diatas ART, bertugas untuk membantu aplikasi android untuk mengakses hardware sistem.
  • Android framework : kumpulan kelas, interface dan precompiled code (dalam bahasa Java) yang digunakan untuk membuat aplikasi android. Beberapa bagiannya dapat diakses menggunakan Android API, sedangkan beberapa bagian yang lain hanya dapat diakses oleh pabrikan smartphone menggunakan system API. Android framework berjalan di dalam suatu process milik aplikasi android tersebut.
    • System API (@systemApi) : Hanya dapat diakses pabrikan smartphone
    • Android API : API yang dapat diakses oleh seluruh developer aplikasi Android

Referensi sunting

  1. 1,0 1,1 Lisa Eadicicco (27 Maret 2015) "The Rise of Android : How a flailing startup become the world's biggest computing platform" Insider
  2. Jay Alabaster (16 April 2013) "Android Founder : We Aimed to Make a Camera OS" PC World