Ternyata Bukan Nenek Galak
Sinopsis
suntingDi sebuah taman dalam perumahan, terdapat empat orang anak kecil yang sedang bermain bersama. Suatu ketika salah satu dari teman tersebut mengusulkan untuk mengejutkan sang nenek yang terkenal galak karena tampang nenek terlihat kurang ramah. Dengan berani mereka mendekati rumah nenek perlahan-lahan. Setelah melihat situasi sudah aman dan sang nenek sedang duduk di teras, mereka menjalankan rencananya. Selanjutnya bagaimana reaksi nenek terhadap anak-anak nakal yang tidak beradab ini.
Lakon
suntingGio, Nenek, Dono, Tono, dan Susi
Lokasi
suntingTaman bermain perumahan, dan rumah nenek
Cerita Pendek
suntingPada suatu hari, empat orang anak kecil bernama Gio, Dono, Susi, dan Tono sedang bermain di taman setelah pulang sekolah. Di dekat taman tersebut, ada sebuah rumah yang dihuni oleh seorang nenek dan dijuluki nenek galak karena penampilan raut muka terpampang tidak ramah bagi anak-anak.
“Eh, kita ke rumah itu kagetin nenek di dalam yuk,” ajak Dono yang bosan setelah main petak umpet barusan. “Jangan ah, kamu kan tahu nenek itu dari penampilannya saja sudah terlihat garang,” ucap Gio menolak mentah-mentah. “Cuma sebentar saja, habis itu lari sekencang-kencangnya,” katanya lagi si Dono. “Bener juga tuh, kayaknya seru nih,” Tono setuju dengan usulan Dono. Sedangkan Susi yang sedari diam saja pun mengangguk setuju juga. Tetapi, usulan mereka lagi-lagi ditolak sama Gio. “Tetap saja, kalau kita kagetin, sama saja kita nyari masalah. Nanti diomelin loh,”
“Aih, kan sudah kubilang kita lari biar tidak kena omel. Ah, aku tahu, kamu pasti takut kan. Ya sudah deh, lebih baik kita bertiga saja teman-teman. Sedangkan yang penakut diam disini,” ucap Dono sambil melenggang pergi bersama Tono dan Susi. Menolak dikatakan penakut, Gio menggeleng-gelengkan kepala kemudian berkata, “Tidak, siapa takut. Aku ikut,” susul Gio bersama teman-temannya.
Akhirnya, mereka berempat bersembunyi di balik bak sampah di samping rumah nenek tersebut sebelum melaksanakan misinya. Terlihatlah, nenek sedang duduk di bangku teras sambil mengayunkan kipasnya. Matanya terlihat menutup seperti tidur, walaupun tangannya bergerak menggerakan kipas. Setelah di pastikan kondisi aman, mereka berempat memberikan kode satu sama lain untuk mengejutkan nenek itu bersama. Tono memberi isyarat jarinya menghitung angka satu.. dua.. “BAAA,” tepat di hitungan ketiga mereka sontak berhasil mengejutkan nenek hingga membuka matanya sambil memegang dada karena terkejut.
“Berani sekali kalian!! Kemari semua!” kata nenek tersebut sembari bangun dari tempat duduknya. Dono pun mengucap “Kaburrr,” hingga mereka berempat melengos pergi dengan cepat sambil cekikikan. Ketika sudah agak menjauh, mereka menghentikan langkahnya dan mengambil nafas. “Serukan?” tanya Dono. “Iya, raut muka nenek tadi lucu sekali, hahaha,” kata Susi. “Lain kali jangan begitu teman-teman. Kasihan nanti jantungnya,” ucap Gio karena merasa bersalah setelah mengikuti usulan temannya. “Ah, sudahlah. Mending sekarang kita pulang. Langit sudah mau gelap,” ujar Tono. “Ya, sudah. Aku balik dulu ya semua.. sampai ketemu besok,” kata Dono. “Sampai jumpa,” ucap semuanya sambil meninggalkan tempat.
Keesokan harinya, Dono baru saja pulang dari sekolah sendirian. Ketika melewati beberapa rumah, Ia tersentak kaget karena sebentar lagi rumah yang akan dilewatinya adalah rumah nenek. Ia mengingat kemarin sempat mengejutkan nenek dan takut dimarahi. “Ah, lebih baik aku lari saja agar tidak ketemu.” pikirnya. Seperti rencana, Gio pun berlari sekuat tenaga hingga tiba-tiba, BRUK, Gio terjatuh tepat di depan nenek yang sedang duduk di teras. “Aduh sakit,” Gio mengeluhkan kakinya karena berdarah. Tetapi, saat dia melihat nenek tersebut, Ia langsung ketakutan dan berusaha bangkit untuk pergi dari tempat. “Ahh,” erangnya. Perihnya tidak bisa Ia tahan sehingga tidak bisa bangun.
Seketika itu juga, nenek berjalan mendekati Gio. “Ampun nek, maafkan saya,” Gio menutup mata sambil mengatupkan tangannya untuk meminta ampun. Nenek tidak bergeming, perlahan-lahan memegang kaki Gio yang berdarah. Lalu, Ia berkata, “Sini ikut nenek masuk kedalam, diobati dulu lukamu,” ucap nenek. Gio meneteskan air mata karena menahan kaki yang perih. Nenek tersebut langsung menawarkan tangannya untuk mengajak Gio masuk ke dalam rumahnya.
Ketika kaki Gio sudah diobati, nenek itu tersenyum sambil berkata, “Kamu bisa berdiri nak?” Gio mencoba berdiri walaupun masih sakit, “Bisa nek, terima kasih ya sudah mengobati lukaku,” sambil menunjukan senyum manisnya. “Ya sudah kalau gitu balik ke rumah untuk istirahat, jangan bermain dulu nanti makin sakit,” ujar nenek dengan lembut. Ucapan yang dilontar begitu halus di telinga Gio. “Baiklah nek, terima kasih sekali lagi dan aku ingin meminta maaf karena kemarin sempat mengejutkan nenek,” Gio masih merasa bersalah. "Tidak masalah, jika itu seru bagi kalian. Sebenarnya nenek juga tahu kalian sedang bersembunyi. Jadi, nenek pura-pura terkejut saja saat kalian mengejutkan nenek,” ucap nenek.
Definisi nenek galak bagi Gio pun berubah menjadi nenek yang lemah lembut karena ucapannya terdengar halus. “Nenek sering berpura-pura memarahi anak-anak seperti kami?” tanya Gio. “Bukan berpura-pura, jika ada anak nakal ingin mengerjai nenek, baru nanti nenek kasih pelajaran” nenek menatap Gio sesaat lalu menjawil hidung Gio, “Seperti kamu kemarin,”
“Hehehe, maafkan aku dan teman-teman yang kemarin ya nek,”
“Bukan apa-apa, sekarang kamu balik ke rumah supaya tidak dikhawatirkan orang tuamu,” ujar nenek dengan lembut. “Baik nek,” Gio pun berjalan keluar dari rumah nenek itu dengan pincang dan tersenyum sambil melambaikan tangan.
Awalnya Gio berpikir nenek tersebut galak karena raut muka selalu terlihat masam dan cemberut ketika duduk diteras, ternyata justru sebaliknya. Rupanya penampilan bukanlah suatu yang dapat menilai karakter, tetapi tindakanlah yang menilai.
Penulis
suntingNama samaran Popcorn lahir di DKI Jakarta, tepatnya di Jakarta Barat. Seorang mahasiswa yang sedang menempuh bagian jurusan sastra Inggris di salah satu Universitas di kota Bandung sejak tahun 2021. Cerita pendek “Ternyata Bukan Nenek galak” merupakan cerpen yang pertama kali di terbitkan di Wikibuku.